c

Selamat

Senin, 17 November 2025

NASIONAL

08 Oktober 2024

16:03 WIB

RIDO Janji Wujudkan Transportasi Air Di Jakarta

Selain BKT, Banjir Kanal Barat (BKB) juga sangat dimungkinkan dengan rute Tanah Abang, Halimun hingga Manggarai. Kemudian, Ciliwung tengah, mulai dari selatan sampai Cijantung dan Condet

<p>RIDO Janji Wujudkan Transportasi Air Di Jakarta</p>
<p>RIDO Janji Wujudkan Transportasi Air Di Jakarta</p>

Calon Gubernur DKI Jakarta nomor urut 1 Ridwan Kamil saat menyusuri Sungai Ciliwung di kawasan Condet, Jakarta Timur, Kamis (3/10/2024). Antara/ Tim Pemenangan Ridwan Kamil-Suswono

JAKARTA - Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta nomor urut 1 Ridwan Kamil - Suswono (RIDO) berjanji akan mewujudkan moda transportasi air (waterway) di sungai-sungai di Jakarta. Juru Bicara Pasangan RIDO Bernardus Djonoputro di Jakarta, Selasa, mengatakan, beberapa sungai di Jakarta sangat mungkin untuk menjadi jalur waterway.

"Contohnya, Banjir Kanal Timur (BKT), saluran buatan dengan lebar antara 100-300 meter, tergantung lokasinya. Sedangkan bantaran kalinya masing-masing 18 meter di sisi kiri dan kanan," serunya.

Karakteristiknya juga lurus, panjang dan dalam. "Ini potensial dibuat transportasi dan wisata air," kata Bernie, panggilan Bernardus Djonoputro.

Selain BKT, Banjir Kanal Barat (BKB) juga sangat dimungkinkan dengan rute Tanah Abang, Halimun hingga Manggarai. Sungai lain yang berpotensi dibuatkan moda transportasi air adalah Ciliwung tengah, mulai dari selatan sampai Cijantung dan Condet.

Kehadiran transportasi air ini akan membuat sungai menjadi lebih terpelihara dan lebih bagus. "Saat ini, sebenarnya sungai juga sudah dimanfaatkan warga, hanya saja saat ini tidak termanajemen dengan baik," tuturnya.

Menurut dia, transportasi air bisa menjadi salah satu jenis moda angkutan umum massal yang akan dikembangkan untuk mengatasi kemacetan lalu lintas. Terlebih, moda transportasi air pernah ditetapkan dalam program Pola Transportasi Makro (PTM) Pemprov DKI Jakarta pada tahun 2003.

Mulai tahun 2007, Sutiyoso yang menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta kala itu sempat mencanangkan integrasi Bus Rapid Transit (BRT), Light Rail Transit (LRT), Mass Rapid Transit (MRT) dan Angkutan Sungai (Waterways).

Tim teknis RIDO mengenali beberapa kendala dalam mewujudkan transportasi air, seperti sampah dan debit air yang tidak pasti. "Saat ini, kami sedang membuatkan kajian secara mendalam," ucapnya.

Kajian itu diperlukan untuk mengantisipasi risiko hujan karena debit air bisa melewati batas atas ketinggian dalam pengoperasian kapal. Begitu pun sebaliknya, saat tidak hujan, bisa menyebabkan debit air berada di bawah batas pengoperasian kapal.

"Untuk menghidupkan sungai, RIDO akan menyiapkan Ruang Sungai atau Room For River, sungai akan dinormalisasikan sesuai dengan kodrat alaminya alias natural, agar bisa ditanami dengan rapi juga bisa dilengkapi dengan pedestrian," ucapnya.

Dengan begitu, sangat dimungkinkan warga sekitar bisa healing di tepian sungai karena memiliki ruang sungai yang indah, dipenuhi rindangnya pepohonan dan memiliki air yang jernih.

Pintu Air
Pengamat transportasi sekaligus Ketua INSTRAN (Inisiatif Strategis untuk Transportasi) Darmaningtyas menilai gagasan Ridwan Kamil untuk membangun transportasi air, sudah memiliki pijakannya pada masa Gubernur Sutiyoso tahun 2007. Ia membeberkan, program angkutan sungai (waterway) sudah digagas dan diwujudkan oleh Gubernur Sutiyoso, meskipun tidak berlanjut hingga kini. Selain itu, dia mengatakan pengembangan angkutan sungai sudah ada dalam Pola Transportasi Makro (PTM)

“Jadi tidak mengada-ada dan berarti landasan hukumnya sudah cukup kuat, tinggal mengimplementasikan saja. Memang dibutuhkan investasi yang besar untuk membenahi sungai di Jakarta. Tapi itu lebih baik sekaligus menjadi peluang untuk membenahi sungai-sungai di Jakarta agar terpelihara dengan baik,” kata Darmaningtyas.

Lebih lanjut Darmaningtyas mengatakan, syarat untuk dapat terwujudnya transportasi air adalah debit sungai harus cukup memadai dan stabil.

"Memadai dalam arti bisa untuk jalannya perahu dan stabil. Ini butuh pengelolaan Sungai yang optimal agar pada musim kemarau debit tetap stabil, tapi pada musim penghujan juga tidak meluber sehingga transportasi air tetap berfungsi dengan baik,” jelas Darmaningtyas.

Namun, Darmaningtyas menjelaskan gagasan itu semestinya tidak menjadi masalah untuk Jakarta. Sebab, debit air sebetulnya dapat dibuat, misalnya dengan membersihkan dan mengeruk sungai agar kedalamannya merata, lalu dikendalikan di pintu air agar saat kemarau tidak terjadi kekeringan, tapi saat penghujan tidak meluber.

Tak hanya itu, menurutnya kanan kiri sungai juga perlu dibersihkan, sehingga menjadi lingkungan yang tertata rapi dan menarik. Gagasan Ridwan Kamil juga dinilai dapat membuka lapangan kerja baru.

 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar