c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

NASIONAL

27 Agustus 2024

14:47 WIB

Presiden Jokowi Putuskan Aktifkan Kembali Sistem Deteksi Dini Penyakt Menular

Deteksi dini penyakt menular untuk cegah penyebaran lebih meluas caramonyet atau mpox.

Editor: Leo Wisnu Susapto

<p>Presiden Jokowi Putuskan Aktifkan Kembali Sistem Deteksi Dini Penyakt Menular</p>
<p>Presiden Jokowi Putuskan Aktifkan Kembali Sistem Deteksi Dini Penyakt Menular</p>

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin saat menyampaikan keterangan terkait Mpox di kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (27/8/2024). ANTARA/Andi Firdaus/aa.

JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) memutuskan untuk mengaktifkan kembali sistem deteksi dini penyakit menular, guna mencegah importasi penyakit mpox atau cacar monyet di dalam negeri.

Hal itu disampaikan Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin usai menghadiri rapat terbatas bersama Presiden Jokowi di kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (27/8).

"Bapak Presiden tadi sudah memutuskan, kita akan aktifkan lagi Electronic Surveillance Card. Dulu dikenal sebagai PeduliLindungi," kata Menkes dikutip dari Antara.

Budi melanjutkan, upaya tersebut merupakan strategi surveilans yang ditempuh pemerintah dalam merespons kemunculan strain mpox terbaru yang bernama 1B, karena lebih berisiko mematikan dari strain pendahulunya, 2B.

"Strain 1B ini fatalitasnya lebih tinggi daripada yang sebelumnya, yang ada di Indonesia, di Asia itu umumnya 2B. Jadi rupanya kekhawatirannya lebih, karena adanya varian baru yang fatalitasnya mendekati 10% dibandingkan dengan varian lama yang 0,1%," sambung Menkes.

Metode Electronic Surveillance Card, kata Budi, sama halnya seperti Aplikasi PeduliLindungi yang sebelumnya diterapkan sepanjang periode pandemi covid-19.

Setiap orang yang datang dari luar negeri, kara Budi, akan memindai kode batang atau QR code, yang merekam riwayat perjalanan, dengan notifikasi warna kuning, hijau, dan merah.

"Kalau hijau, ya enggak usah diapa-apain. Kalau kuning, merah kami lihat suhunya, kalau ternyata memang tinggi dan ada ruam-ruam nanti diambil PCR," jelas Menkes.

Kemenkes sudah menyiapkan dua unit mesin PCR yang bisa 30-40 menit mendeteksi gejala mpox, masing-masing disimpan di Jakarta, Cengkareng, dan Bali.

"Lokasi itu dipilih, karena akan ada acara Asia-Afrika Leaders Meeting di Indonesia. Jadi, kalau ada yang kami identifikasi pernah datang di Afrika, suhunya tinggi langsung diambil, langsung dalam waktu singkat bisa lihat apakah dia positif atau tidak," urai Budi.

Kalau pelaku perjalanan itu dinyatakan positif, kata Budi, langsung dibawa ke fasilitas isolasi yang tersedia di rumah sakit.

"Karena obat-obatan kita sudah siapkan antivirusnya, sudah dikirim ke Bali, juga sebagian ada di Jakarta dan semua reagen-reagen buat PCR, reagen-reagen buat whole genome sequencing-nya sudah kita persiapkan dan lengkap," sambung dia.

Kemenkes mencatat, ada 88 kasus mpox varian 2B sejak sekarang, dan seluruhnya telah sembuh.

"Sejak status Public Health Emergency of International Concern diumumkan oleh WHO pada 2022, Indonesia telah melaporkan total 88 kasus Mpox," kata Menkes Budi.

Menteri menjelaskan, dari jumlah tersebut, 73 kasus terjadi pada tahun 2023, sementara tahun 2024 mencatat 14 kasus yang telah dikonfirmasi positif hingga saat ini.

“Paling banyak 2023, sekitar 73 kasus. Di tahun 2024 sendiri itu ada 14 kasus yang kita sudah konfirmasi positif dari awal tahun," katan Budi.

Maeotiras terutama di wilayah Jawa dan Kepulauan Riau.

"Namun, setelah WHO kembali menaikkan status Mpox menjadi pandemi pada Agustus 2024, sebanyak 11 kasus suspek telah diuji, dan semuanya dinyatakan negatif melalui tes PCR," kata Budi menambahkan.Ia juga menambahkan bahwa semua kasus yang teridentifikasi adalah varian clade 2B, yang telah melalui proses genome sequencing dengan hasil konsisten.

"Jadi, karena fasilitas laboratoriumnya bagus, PCR-nya bagus, genome sequencing-nya bagus, sudah kita genome sequence semuanya 2B," kata dia.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar