30 Juli 2025
13:45 WIB
Potensi Tsunami, BNPB Minta Pantai 5 Provinsi Dikosongkan
Potensi tsunami, akibat gempa M8,7 di Rusia tetap harus waspada dan tak bisa dianggap remeh berdasarkan pengalaman sebelumnya.
Penulis: Gisesya Ranggawari
Editor: Leo Wisnu Susapto
Ilustrasi Gempa Bumi. Shutterstock.dok.
JAKARTA - Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari mengimbau agar pantai dan pesisir di Sulawesi Utara, Maluku Utara, Gorontalo, Papua dan Papua Barat agar dikosongkan.
Imbauan ini sebagai guna mencegah dampak terjadinya tsunami akibat gempa Rusia dengan magnitudo 8,7 yang diperkirakan akan sampai di Indonesia Timur pada Rabu (30/7) sore hari waktu setempat.
"Kami meminta evakuasi untuk menjauhi daerah pantai di jarak satu kilometer dari pantai, dikosongkan untuk sementara," ujar Muhari dalam konferensi pers secara daring, Rabu (30/7) di Jakarta.
Dia menjelaskan, estimasi gelombang yang sampai di Indonesia Timur memang di bawah 50 cm, namun terdapat potensi amplifikasi yang menyebabkan peningkatan estimasi gelombang tsunami ke 3,8 meter.
Baca juga: Gempa Rusia Berdampak Pada Indonesia
Muhari yang akrab disapa Aam ini menyampaikan, berdasarkan pengalaman pada tahun 2011 saat gempa di Jepang dan Papua mengalami tsunami 50 cm tidak bisa dianggap remeh, karena telah menelan korban jiwa 1 orang.
"Evakuasi dilakukan mulai dari sejam sebelum waktu estimasi tsunami tiba sampai dua jam setelah," imbuh Aam.
Dia menambahkan, tsunami yang melintasi samudera justru gelombang terbesarnya datang pada gelombang ke-3 sampai ke-5, maka idealnya pantai dikosongkan selama 2-3 jam.
"Kita tidak mau korban jiwa pada 2011 terulang, walaupun tsunami pada saat itu 50 cm, tapi bisa membunuh," beber Aam.
Direktur Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Tsunami, Daryono menerangkan dampak tsunami dari gempa Rusia di berbagai memang berada di bawah 50 cm. Gelombang tertinggi hanya terjadi di pusat gempa, yaitu 64cm.
Kendati demikian, Daryono meminta seluruh pihak agar waspada karena ada faktor-faktor lokal yang menyebabkan peningkatan tinggi gelombang. Misalnya teluk yang sempit dan amplifikasi air laut yang memungkinkan menaikan gelombang tsunami.
"Itu bisa jadi faktor meningkatkan gelombang lebih dari 50cm dan dari pengalaman itu bisa merusak serta menimbulkan korban jiwa," tutur Daryono.