c

Selamat

Kamis, 18 April 2024

NASIONAL

12 Oktober 2021

10:28 WIB

Perempuan Alami Kerentanan Ganda Saat Pandemi

Alami kendala akses kesehatan dan pendidikan, serta ekonomi

Penulis: Oktarina Paramitha Sandy

Editor: Leo Wisnu Susapto

Perempuan Alami Kerentanan Ganda Saat Pandemi
Perempuan Alami Kerentanan Ganda Saat Pandemi
Ilustrasi ibu dan anak. Ist

JAKARTA – Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), I Gusti Ayu Bintang Darmawati mengungkapkan, perempuan dan anak alami kerentanan ganda akibat pandemi covid-19.

Menurut Bintang, perempuan dan anak mengalami masalah terkait pemenuhan hak ekonomi, kesehatan, maupun pendidikan. Pandemi covid-19 telah meningkatnya jumlah pekerja anak akibat sulitnya ekonomi dan tidak mumpuninya sarana prasarana pembelajaran jarak jauh. Selain itu, perkawinan anak, terutama anak perempuan juga meningkat pada masa pandemi covid-19.

Pandemi juga berdampak pada menurunnya perempuan dan anak yang mengakses layanan kesehatan karena alasan takut. Padahal, lanjut Bintang, Indonesia banyak mengalami pekerjaan rumah dalam ranah kesehatan perempuan dan anak. Seperti, masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan stunting.

“Belum lagi anak perempuan kerap kali dinomorduakan dari anak laki-laki karena keterbatasan sumber daya akibat pandemi,” ungkap Bintang dalam keterangan pers yang diterima Senin (11/10) malam.

Menurut Bintang, salah satu penyebab masalah tersebut adalah konstruksi sosial patriarki. Yakni, menempatkan perempuan dan anak perempuan pada posisi yang lebih rendah sehingga menghambat potensi mereka. 

Hal ini terlihat dalam berbagai data, termasuk Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang mengukur kualitas hidup manusia dalam aspek kesehatan, pendidikan, dan ekonomi.

“Pada 2020, IPM perempuan lebih rendah dibanding laki-laki, yaitu 69,19% dibanding 75,98%. Bahkan, IPM laki-laki sudah masuk dalam kategori pencapaian tinggi, sementara IPM perempuan masih dalam taraf sedang,” ungkap Bintang seperti yang dia sampaikan dalam webinar Sosialisasi Program ‘Girl Empowerment’.

Berbagai sumber membuktikan, perempuan merupakan penentu lahirnya generasi penerus yang berkualitas. Bahkan, dalam perjuangan melawan covid-19, perempuan menjadi tulang punggung dari proses pemulihan di dalam komunitas, baik secara sosial maupun ekonomi. Melihat hal tersebut, perlu ada gagasan baru yang terus digaungkan untuk mengikis pemikiran patriarki yang berkembang di tengah masyarakat.

“Perempuan adalah kekuatan dalam seluruh sendi kehidupan. Masa depan kita bergantung kepada bagaimana kita memampukan perempuan sejak ia masih kanak-kanak,” tambah Bintang.

Sementara itu, Gender Equality and Social Inclusion Expert Leya Cattleya mengatakan, pemberdayaan anak perempuan (girl empowerment) memiliki implikasi yang besar. Untuk itu, pemerintah perlu menggeser pendekatan memperlakukan anak perempuan sebagai penerima manfaat, tetapi harus menjadi aktor pengubah. 

Pada saat yang sama juga harus mengubah relasi kuasa perempuan dan laki-laki agar perempuan memiliki posisi tawar.

Leya menjelaskan, Rotary Internasional mendorong “The Girls Empowerment’ terutama dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Juga kesetaraan gender dan pemberdayaan anak perempuan dengan berbagai langkah, salah satunya mencegah anak perempuan putus sekolah dengan menyediakan beasiswa.  

Selain itu perlu juga meningkatkan keterampilan dan pengetahuan hingga pencegahan kekerasan dan diskriminasi terhadap anak perempuan dan penyediaan bantuannya.

“Artinya dengan mendengarkan suara anak-anak perempuan berarti menawarkan pilihan kepada mereka,” ucap Leya.

 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar