c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

NASIONAL

07 Maret 2025

18:48 WIB

Penyebab Banjir Bekasi Alih Fungsi Lahan DAS

Penyebab banjir di Bekasi diamati Greenpeace Indonesia salah satunya akibat alih fungsi lahan di aliran sungai (DAS) Kali Bekasi, serta berkurangnya area resapan air

Penulis: Aldiansyah Nurrahman

Editor: Nofanolo Zagoto

<p>Penyebab Banjir Bekasi Alih Fungsi Lahan DAS</p>
<p>Penyebab Banjir Bekasi Alih Fungsi Lahan DAS</p>

Banjir bekasi. Warga melintas di samping mobil yang terendam banjir di pertokoan Galaxy, Bekasi, Jawa Barat, Selasa (4/3/2025). AntaraFoto/Fakhri Hermansyah

JAKARTA - Greenpeace Indonesia menyebut penyebab banjir di Bekasi salah satunya adalah alih fungsi lahan di aliran sungai (DAS) Kali Bekasi. Sebanyak 42% dari total luas DAS Kali Bekasi sudah terbangun pemukiman.

“Artinya sudah banyak yang beralih fungsi menjadi nonresapan air. Karena pemukiman ini kan resapan airnya hampir nol,” jelas Senior Data Strategist Greenpeace Indonesia, Sapta Ananda Proklamasi kepada Validnews, Jumat (3/7).

Ia menjelaskan, alih fungsi ini berasal dari pertanian lahan kering yang sebetulnya merupakan area vegetasi dengan resapan besar.

Faktor lainnya yang menyebabkan banjir di Bekasi ada di hulu DAS Kali Bekasi yang di antaranya berada di Sentul, Gunung Pancar, dan Hambalang, Kabupaten Bogor.

Di daerah tersebut, kata Sapta, sudah banyak bangunan yang menyebabkan resapan air berkurang, sehingga saat terjadi hujan esktrem limpahan airnya langsung ke sungai, dan menyebabkan debit air naik.

“Kalau karakter yang di Bekasi ini, ini hulunya banyak. Jadi, beberapa sungai nanti nyambung jadi satu. Nah, pas nyambung jadi satu volumenya makin besar. Sungai yang debitnya besar ini menyebabkan overcapacity, sehingga banjir di daerah tengah dan hilir. Kebetulan yang di tengahnya ini di daerah Jatiasih, Bekasi,” tuturnya.

Untuk mengatasi masalah ini, menurutnya harus dilakukan pembenahan atau tata kelola ruang DAS, terutama di hulu. Perlu dikaji ulang tara ruangnya untuk konservasi atau resapan air cukup atau tidak. Kemudian periksa juga yang beralih fungsi.

“Apakah banyak pemberian izin-izin yang menyalahi fungsinya. Nah, ini yang harus di-review, izin-izin, terutama yang di hulu tadi sama yang di sempadan sungai. Karena di sempadan sungai pun juga ada aturannya harus 50 meter dari tepi sungai,” katanya.

Tindakan tegas, kata Sapta, juga harus dilakukan. Ia mencontohkan seperti di kawasan Ciliwung yang melakukan pembongkaran bangunan-bangunan, karena berada di area resapan ataupun di area konservasi.

Selanjutnya, Sapta menyarankan untuk atasi banjir di Bekasi yang harus dibenahi adalah revitalisasi sungai ataupun tata kelola air.

Sapta menambahkan, perbaikan mesti dilakukan dari hulunya, hilir, ataupun tengahnya, karena ini merupakan satu kesatuan. Maka dari itu lintas pemda harus bekerjasama melakukan perbaikan di wilayahnya masing-masing.

“Yang di hulunya Kabupaten Bogor, tapi di hilir masuk Bekasi. Yang Bekasi perbaiki seperti apapun, tapi karena dia satu kesatuan dengan hulunya, ya pasti akan masih akan sering banjir. Kalau di hulunya tidak dibenahi juga,” pungkasnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar