23 Desember 2024
19:58 WIB
Pengendara Malam Penolong Warga Luka
Ambulans pribadi membantu warga yang membutuhkan saat fasilitas milik pemerintah sulit diakses karena beragam keterbatasan.
Penulis: Aldiansyah Nurrahman
Editor: Leo Wisnu Susapto
Ilustrasi ambulans pribadi. Shutterstock/Firmansyahbudhi
JAKARTA – Malam sudah menyentuh pukul 10.00 WIB, waktu buat Noval Verdiansyah (32), warga Tangerang Selatan (Tangsel) berpatroli dengan ambulans miliknya. Hanya dua jam berkeliling dengan rute Ciputat hingga Pamulang.
Sudah empat tahun, aktivitas malam itu dia lakukan. Namun, tak selalu ada kejadian membutuhkan bantuan ambulans yang dia kemudikan, meski telah dua jam berkendara, mengitari rute di kota tempat dia tinggal.
“Saya lebih banyak menemukan balap liar,” ujar Noval di Ciputat, Tangsel, Senin (16/12).
Namun, urai dia, ambulans yang dia kemudikan, sudah banyak mengangkut korban kecelakaan lalu lintas. Semua korban dibawa ke rumah sakit untuk mendapat penanganan.
Noval bercerita, dia lebih sering dihubungi polisi untuk mengangkut korban. Itu terjadi karena ambulans seperti ini bekerja sama dengan kepolisian setempat. Polisi butuh ambulans selain milik pemerintah maupun rumah sakit untuk cepat menolong korban.
Selain polisi, warga juga bisa mengakses jasa Noval untuk beragam kondisi. Lantaran, ambulans pribadi seperti milik Noval, lebih cepat dihubungi untuk datang ke lokasi, sedangkan ambulans rumah sakit punya SOP (Standar Operasional Prosedur) sendiri.
Karena masalah waktu dan kebutuhan mendadak yang membutuhkan jasa ambulans selain milik pemerintah dan rumah sakit, Noval mengajak beberapa orang untuk melakukan hal serupa. Sejak empat tahun lalu, terbentuklah Lintas Ambulans Indonesia (LAI) untuk menolong warga.
Saat menolong korban kecelakaan lalu lintas, Noval bercerita, ada beragam kondisi korban. Ada yang tak sadarkan diri, atau terus mengerang karena kesakitan. Bahkan, ada yang sudah tak tertolong lagi nyawanya. Ada juga beberapa korban dengan tubuh rusak.
“Berbeda perlakuan membawa korban berdasarkan kondisinya. Mereka yang masih hidup, harus saya bawa cepat ke rumah sakit,” terang Noval yang sudah enam tahun menjadi sopir ambulans di rumah sakit di Tangsel.
“Namanya laka lantas enggak selamanya dapat korban yang enak. Kalau dapat fraktur terbuka atau tulang patah itu kita harus bisa. Di ambulans harus punya benda buat kaki patah juga,” katanya.
Tak hanya membawa korban ke rumah sakit, Noval juga berupaya menghubungi kerabat korban. Agak ringan jika korban masih sadar, mereka bisa memberitahu identitasnya. Agak menyulitkan jika korban tak sadarkan diri.
Noval lalu mencari di tempat kejadian perkara (TKP) kecelakaan. Bila dokumen identitas korban mereka temukan, maka kerabat korban lewat gawai akan diperiksa dengan disaksikan warga sekitar agar tak terjadi kesalahpahaman.
Jika saat dihubungi tak ada respons, relawan LAI Tangsel berbagi tugas. Ada yang langsung mendatangi rumah korban atau keluarganya. Sementara itu, Noval membawa korban ke RS.
Jika alamat korban di luar Tangsel, Noval menghubungi pegiat ambulans untuk membantu memberi kabar kecelakaan tersebut.
Media sosial juga dimanfaatkan buat relawan untuk mengunggah foto korban jika identitasnya tak ditemukan. Tak jarang, kerabat korban pun bisa ditemukan para relawan.
Jika korban meninggal, Noval tak lantas segera membawa ke RS. Harus mendapat arahan dari kepolisian terlebih dulu.
Pihak kepolisian perlu menyusuri TKP, membuat Berita Acara Pemeriksaan (BAP) dan sketsa. Baru kemudian kepolisian meminta Noval dan rekan untuk mengevakuasi korban.
Noval mengungkapkan, kondisi korban yang sudah meninggal ini kondisinya beragam. Bagian yang terpisah, lalu dikumpulkan, kemudian dimasukan ke dalam plastik kuning bersama dengan kantong jenazah. Kemudian, jenazah dibawa ke RS sesuai arahan polisi.
Noval, sebenarnya dia orang yang penakut. Dia kerap terbayang ketika sedang bertugas sendiri dan membawa korban meninggal. Bahkan, rasa takut itu sampai berhari-hari.
Saat bertemu, pihak keluarga korban selalu menanyakan biaya jasa Noval. Dia menjawab, minimal Rp250 ribu hingga Rp300 ribu, meski dia sebenarnya tak mematok tarif. Kalau keluarga yang tak mampu, Rp50 ribu sudah dia nilai cukup. Sering juga digratiskan.
“Bukannya saya enggak butuh uang, tapi insyaallah rezeki ada saja. Nah, uang terkumpul diputar untuk kegiatan berikutnya,” jelas Noval.
Dia bilang, sudah sewajarnya sesama manusia untuk menolong korban laka lantas. Ada nyawa yang mesti diselamatkan.
Karena tak mengharap imbalan, pada awal dia membawa ambulans pribadi, istrinya selalu marah-marah. Akibat pulang tanpa membawa uang.
Perjuangan untuk memberi pengertian pada istrinya dia jalani. Sampai akhirnya, istri kerap menemani saat mengevakuasi korban. Menolong korban di tempat kejadian, berbekal ilmu sebagai apoteker dan asisten dokter di sebuah klinik.

Menggaet Kepedulian Warga
Aktivitas evakuasi korban laka lantas juga dilakukan Ketua Relawan Ambulance Ciledug (RAC) Dwi Adha Meinanda.
Dia menjadi relawan karena pengalaman pribadi membantu korban laka lantas. Saat menemukan langsung korban kecelakaan di jalan, di Tangerang, tapi tidak ada ambulans yang membawa ke RS. Padahal, ia sudah menelepon ke 119.
“Malah, saya dilempar ke relawan setelah dua jam lapor tanpa respon, lanjut Dwi pada, Selasa (17/12).
Akhirnya, relawan RAC meminjam mobil losbak agar bisa membawa korban ke RS.
Dari kejadian ini, Dwi akhirnya membeli ambulans agar bisa digunakan untuk menolong korban laka lantas.
Mantan sopir ambulans ini mengaku tak memberikan tarif bagi korban laka lantas yang ditolongnya. Hanya saja terkadang ada saja orang yang memaksa atau menyelipkan uang ketika RAC melakukan aktivitas sosialnya. Dari situ, uang digunakan untuk operasional ambulans.
Dwi juga kerap datang ke acara demonstrasi memberi pertolongan medis membawa ambulansnya, salah satunya saat ribuan massa menggelar aksi unjuk rasa kawal Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) di depan kompleks Parlemen DPR RI, Jakarta, 22 Agustus 2024 lalu.
Pada pengawalan putusan Nomor 60/PUU-XXII/2024 soal penurunan ambang batas pencalonan kepala daerah untuk partai politik itu, Dwi menemukan peserta aksi yang tangannya sobek hingga mendapati tembakan gas air mata yang jatuh persis dekat ambulansnya.
“Pada ngumpet di dalam ambulans (peserta aksi). Ada yang datang, ‘Bang minta tolong bang ini bang ditembak gas air mata. Panas’ Sudah pakai jaket padahal, tapi tembus, sobek,” sambung dia.
Selain itu ada yang pingsan dan dilindas motor. “Bang tolong dong temen gua diinjak-injak,” tambah Dwi menirukan perkataan peserta aksi.
Ikatan Membantu Korban
Ketua Siaga Ambulans Indonesia (Sibulan), Muslim Fikri menjelaskan pemilik ambulans di Indonesia memiliki ikatan. Saling terhubung satu sama lain agar memudahkan pertolongan pasien antar daerah.
Seperti Sibulan yang merupakan perkumpulan layanan ambulans di Indonesia. Sibulan tersebar di tujuh provinsi. Fikri menjelaskan ambulans-ambulans di Sibulan ini merupakan ambulans yang dimiliki organisasi, yayasan, dan perseorangan atau individu.
Kondisi ambulans itu juga berbeda-beda. Sebagian ada yang perlengkapannya sudah lengkap dan ada yang belum.
“Indonesia itu orang-orangnya dermawan. Tidak kita pungkiri ada beberapa yang saking dermawannya memunculkan ambulans yang mungkin sangat sederhana. Artinya, belum ada tabung oksigennya atau alat lainnya,” jelasnya, Senin (16/12).
Untuk itu, ia berpesan, memang perlu disesuaikan ambulansnya. Bagi pasien yang membutuhkan tabung oksigen, berarti dia mesti mendapat layanan ambulans yang ada tabung oksigennya.
Sementara itu, Sosiolog Universitas Indonesia (UI) Rissalwan Habdy Lubis mengatakan aktivitas bantuan pelayanan ambulans konsisten dengan skor Indeks Kedermawanan Indonesia yang selalu tinggi dalam beberapa tahun belakangan. Masyarakat Indonesia memang suka sekali menolong.
“Sebetulnya yang memantik itu semua kan pandemi covid-19 kemarin. Dampak dari covid-19 bukan hanya kesehatan, tapi juga ekonomi. Nah, jadi kesulitan itu membentuk rasa solidaritas sosial yang sangat tinggi,” katanya, Rabu (18/12).
Yang membantu pun sebetulnya tak melulu mereka yang mempunyai ekonomi yang baik, bahkan juga yang kesulitan turut membantu.
Pandemi covid-19 juga membuat masyarakat semakin berani menolong. Seperti aksi menolong orang kecelakaan. Jika sebelum pandemi masyarakat cenderung masih takut menolong orang kecelakaan, sekarang lebih berani.
Akan pelayanan ambulans ini, Rissalwan mengatakan, ini merupakan momentum untuk memperkenalkan ada orang yang perhatian dan layak untuk mendapatkan penghargaan dari negara. Misalnya, dengan memberikan insentif perawatan kendaraan teknis gratis atau biaya murah bahan bakar minyak (BBM).
Mengutip Indonesia Baik, Senin (23/12), jumlah kasus kecelakaan laka lantas di Indonesia mencapai 146.854 kasus pada 2023 sekaligus menjadi yang tertinggi sejak lima tahun terakhir. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan pada 2019 terjadi 116.411 kasus, 2020 sebanyak 100.028 kasus, 2021 berjumlah 103.645 kasus, dan 2022 sebanyak 139.258.
Kemudian, data dari Korps Lalu Lintas Kepolisian Negara Republik Indonesia (Korlantas Polri) menunjukkan delapan jenis kasus laka lantas di 2023 paling banyak. Pertama, kecelakaan akibat kendaraan yang lepas kendali dan keluar ke sisi kiri jalan, totalnya 18.961 kasus.
Kemudian, tabrakan antara kendaraan dari arah depan dan belakang mencapai 18.638 kasus. Tidak jauh berbeda, tabrakan frontal atau tabrakan depan-depan tercatat sebanyak 17.337 kasus.
Kasus kecelakaan lain adalah tabrakan saat menyalip, yang tercatat sebanyak 9.124 kasus. Diikuti dengan pejalan kaki menyebrang dan lepas kendali keluar ke kanan jalan sebanyak 8.274 dan 6.038 kasus.
Selanjutya tabrakan saat menyalip dari kanan 5.662 kasus dan tabrakan antara kendaraan yang sedang berbelok kanan dengan kendaraan dari arah berlawanan tercatat sebanyak 5.607 kasus.
Atas tingginya angka laka lantas, masyarakat diminta untuk memiliki kehati-hatian dalam berkendara. Karena itu, pentingnya untuk berkendara dengan aman, yakni selalu fokus saat berkendara, pastikan istirahat yang cukup sebelum berkendara, tidak membawa muatan barang berlebih, dan jangan mengemudi saat mengantuk ataupun saat sedang mabuk.
Penanganan segera korban laka lantas juga krusial. Pasalnya, dari 139.258 kasus laka lantas di 2022, sebanyak 13.364 orang mengalami luka berat. Sedangkan Luka Ringan 160.449 orang. Kemudian korban yang meninggal 28.131 orang.