c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

NASIONAL

18 Juli 2024

16:28 WIB

Pemerintah Targetkan Angka Kejadian TBC Turun Hingga 50% Pada 2025


Pemerintah menargetkan insidensi atau angka kejadian tuberkulosis (TBC) turun hingga 80% menjadi 65 kasus per 100.000 penduduk pada tahun 2030, sementara kematian akibat TBC ditargetkan turun hingga 90%

Penulis: Ananda Putri Upi Mawardi

Editor: Nofanolo Zagoto

<p>Pemerintah Targetkan Angka Kejadian TBC Turun Hingga 50% Pada 2025</p><p><br></p>
<p>Pemerintah Targetkan Angka Kejadian TBC Turun Hingga 50% Pada 2025</p><p><br></p>

Seorang warga melakukan proses skrining tuberkulosis (TBC) melalui aplikasi Ransel TBC di Kota Tangerang, Banten, Kamis (4/7/2024). AntaraFoto/Sulthony Hasanuddin

JAKARTA - Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin mengatakan, pemerintah menargetkan insidensi atau angka kejadian tuberkulosis (TBC) turun hingga 50% pada 2025.

Sementara itu, angka kematian akibat TBC ditargetkan turun hingga 75% pada tahun yang sama. Hal ini sesuai dengan target global yang ditetapkan World Health Organization (WHO).

"Indonesia yang kenanya kan 1,06 juta per tahun, jadi sekitar 300-an insidensi (per 100.000 penduduk). Jadi, kalau kita mau mengejar targetnya WHO, ya kita harus turun ke 163 per 100.000 penduduk," ujar Budi dalam Pertemuan Nasional "Kebijakan dan Strategi Eliminasi TBC 2030 di Indonesia" yang digelar hybrid di Jakarta, Kamis (18/7).

Lebih jauh, lanjutnya, pada 2030 insidensi TBC ditargetkan turun hingga 80% menjadi 65 kasus per 100.000 penduduk. Sedangkan, kematian akibat TBC ditargetkan turun hingga 90% menjadi enam kematian per 100.000 penduduk.

Untuk mencapai target itu Budi mengaku pihaknya melakukan sejumlah strategi, misalnya penemuan kasus aktif, pengobatan, dan pencegahan melalui imunisasi serta Terapi Pencegahan TB (TPT). Hal ini seperti tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2021 tentang Tuberkulosis dan Strategi Nasional Penanggulangan TB.

Sementara itu, perwakilan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Agus Dwi Susanto berkata, Indonesia masih menghadapi sejumlah masalah dalam menurunkan insidensi TBC. Pada 2022, misalnya, sebagian besar upaya penurunan insidensi TBC belum mencapai target.

Contohnya, angka penemuan kasus aktif mencapai 32% dari target 90%, pemberian TPT mencapai 2,6% dari target 90%, dan masih ada 11 provinsi dengan cakupan pengobatan TBC di bawah 50%. Menurut Agus, target yang tidak tercapai ini membuat TBC terus ada dan menular.

"Kalau kita tidak melakukan suatu upaya yang luar biasa, kita bisa menggantikan India (sebagai negara dengan insidensi TBC terbanyak di dunia)," ujar Agus yang juga Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Universitas Indonesia (UI) itu.

Menurutnya, Indonesia bisa berkaca dari negara-negara lain dalam eliminasi TBC. Misalnya, India yang melakukan penemuan kasus aktif secara masif dan membuka National TB Call Centre. Meski menjadi negara dengan kasus TBC terbanyak, India berhasil menurunkan insidensi TBC sebanyak 16% pada 2024.

Indonesia, sebut Agus, juga bisa belajar dari Ethiopia yang mengadakan skrining massal rutin pada masyarakat miskin, pelosok, dan berisiko tinggi. Mereka pun melibatkan masyarakat adat dalam pemberian TPT. Hasilnya, Ethiopia berhasil mereduksi insidensi TBC sebanyak 20% sepanjang 2015-2020.

KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar