02 Juni 2021
08:00 WIB
Editor: Leo Wisnu Susapto
MANADO – Ketua Umum Asosiasi Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Indonesia, Ida Pangelingsir Agung Putra Sukahet mengatakan, Indonesia bisa bersatu karena Pancasila dengan Bineka Tunggal Ika-nya.
"Kita sangat yakin, kita sebagai bangsa Indonesia pada 1 Juni yang dikaitkan dengan sarasehan merajut kerukunan itu sesuatu yang sangat tepat karena sangat berkaitan," sebut Sukahet di Minahasa Utara, Selasa (1/6) seperti dikutip dari Antara.
FKUB Sulut menggelar 'Webinar Sarasehan Nasional Merajut Kerukunan' bertemakan 'Toleransi Sulut Cermin Kebhinekaan' dan peluncuran 'Pekan Kerukunan dan Konas FKUB keenam se Indonesia' di Kabupaten Minahasa Utara.
"Sarasehan ini adalah sesuatu yang sangat tepat, tepat sasaran, hari yang baik, momentum karena diselenggarakan pada hari yang sangat membahagiakan, sedang memperingati hari kelahiran Pancasila," lanjut dia.
Mengapa? Karena selalu diingatkan bahwa bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote, tidak mungkin bersatu karena budaya, adat istiadat, suku bangsa.
Tidak mungkin menjadi Islam semuanya, Hindu, Kristen, Katolik, tidak bisa menjadi Minahasa semua, Jawa, Bali, disatukan karena Pancasila dengan Bhineka Tunggal Ika-nya.
Dia mengatakan, saat berkunjung ke Sulut, khususnya Manado untuk berwisata, ditemui keramahan, penuh senyum yang membuat dirinya merasa aman, damai dan bahagia.
"Kerukunan, toleransi umat beragama di Sulut patut diacungi jempol, patut menjadi referensi bagaimana kerukunan itu dibangun, dijaga dan dirawat dengan sangat baik seperti yang sering didengar dasarnya yaitu torang semua ciptaan Tuhan, torang samua basudara (kita semua ciptaan Tuhan, kita semua bersaudara)," ujar dia.
Negara Indonesia yang majemuk ini, lanjut dia, sungguh bergantung kepada kerukunan terutama kerukunan antaragama.
"Indonesia begitu majemuk, ada enam agama besar, ada ratusan suku bangsa, adat istiadat, bahasa daerah ada ribuan, beraneka ragam, dan itu mesti dikelola dengan sangat baik dengan manajemen sebaik-baiknya," urai Sukahet.
Apabila salah manajemen, kalau kehidupan bangsa tidak rukun antaragama, tidak mustahil negara dan bangsa ini akan berantakan, pecah belah, hancur berkeping-keping. Lalu, menjelma menjadi kekacauan, penderitaan, tangisan air mata dan tetesan darah yang tidak berkesudahan.
"Dan inipun sangat dipahami oleh kelompok-kelompok baik asing dan dalam negeri yang memang menginginkan Indonesia hancur, Indonesia tidak kuat, tidak mau Indonesia bersatu," urai dia.