c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

NASIONAL

13 Juni 2023

17:50 WIB

Ongkos Cetak Jadi Tantangan Penyediaan Buku Braille

Di seluruh Indonesia, hanya 52 SLB (sekolah luar biasa) yang memiliki mesin cetak buku braille

Penulis: Ananda Putri Upi Mawardi

Editor: Nofanolo Zagoto

Ongkos Cetak Jadi Tantangan Penyediaan Buku Braille
Ongkos Cetak Jadi Tantangan Penyediaan Buku Braille
Seorang pegawai mencetak kertas dengan mesin cetak braille di Yayasan Raudlatul Makfufin (Taman Tuna netra), Serpong, Tangerang Selatan, Senin (13/2/2023). ValidNewsID/Aldiansyah Nurrahman

JAKARTA - Buku pelajaran berbentuk braille untuk memenuhi kebutuhan sekolah luar biasa (SLB) belum semuanya tercetak. Sebab, biaya pencetakan buku braille tergolong mahal. 

Hal ini disampaikan oleh Tenaga Ahli Direktorat Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Dit PMPK Kemdikbudristek), Ngadirin.

"Tantangan mencetak buku braille itu yang jelas untuk mencetaknya lumayan mahal ya. Jadi, kita belum bisa mencetak seluruh buku, baru sebagian," ujar Ngadirin ketika ditemui Validnews di Kompleks Kemdikbudristek Cipete, Jakarta Selatan, baru-baru ini.

Ngadirin menyebutkan anggaran untuk pencetakan buku braille adalah Rp50 juta per sekolah. Namun, biaya ini hanya diberikan kepada sekolah yang memiliki alat pencetak buku braille. Di seluruh Indonesia hanya 52 SLB yang memiliki alat ini.

"Untuk konversinya ada dua cara. Dulu, melalui sekolah tapi bukan oleh ahli khusus, oleh guru, sehingga hasilnya enggak banyak," jelas Ngadirin.

Untuk mengatasi keterbatasan itu, pihaknya bekerja sama dengan berbagai lembaga dan yayasan yang bergerak di bidang disabilitas netra. 

Namun, kerja sama ini juga terbatas karena jumlah lembaga dan yayasan yang ada tidak banyak.

Sejak dua tahun lalu pihaknya menjalin kerja sama dengan Yayasan Mitra Netra. Melalui yayasan tersebut diperoleh sekitar 39 dokumen buku pelajaran dalam bentuk braille yang siap cetak. 

Yayasan itu juga memberikan akses ke Komunitas E-Braille Indonesia (KEBI) yang menyimpan banyak dokumen buku braille selain buku pelajaran.

"Jadi, sekolah-sekolah diberikan user, password, untuk bisa akses buku-buku itu untuk dicetak," simpulnya. 

Selain itu, keterbatasan buku braille juga diatasi dengan memperkenalkan teknologi screen reader pada peserta didik. Screen reader merupakan perangkat lunak yang dapat mengubah teks pada layar komputer menjadi suara.

"Itu yang kita dukung untuk dilatihkan kepada anak-anak," tutup Ngadirin.

Berdasarkan Data Pokok Pendidikan (Dapodik) per 31 Mei 2023, terdapat 4275 peserta didik tuna netra di seluruh Indonesia. Angka ini merupakan total dari seluruh SLB di jenjang pendidikan TK, SD, SMP, dan SMA.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar