06 November 2025
09:13 WIB
MUI: Semua Mantan Presiden Layak Sandang Gelar Pahlawan
MUI nilai tiap presiden adalah pemimpin bangsa yang jasanya layak dihormati.
Editor: Leo Wisnu Susapto
Ketua MUI Bidang Fatwa Asrorun Niam Sholeh. ANTARA/HO-MUI/pri.
JAKARTA - Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Fatwa, Asrorun Niam Sholeh menyatakan, setiap mantan presiden yang telah tiada layak diangkat sebagai pahlawan nasional, mengingat perjuangan dan pengorbanan yang telah mereka berikan saat memimpin negeri.
“Setiap zaman ada tokoh pahlawannya. Kita harus menghargai perjuangan para tokoh pemimpin bangsa, termasuk para mantan presiden yang telah memimpin Indonesia. Mereka adalah pahlawan bagi bangsa Indonesia. Pak Karno, Pak Harto, Pak Habibi, dan Gus Dur, adalah para pemimpin bangsa yang layak menjadi pahlawan," demikian Antara mengutip keterangan tertulis Niam di Jakarta, Rabu (5/11).
Niam mengajak bangsa Indonesia bersatu, saling mendukung, dan menguatkan untuk membangun bangsa bersama-sama.
Bagi dia, bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai pahlawannya, termasuk para pemimpin negara yang sudah mendarmabaktikan hidupnya untuk bangsa dan negara.
Masyarakat tidak boleh menyimpan dendam dan mengungkit keburukan para pemimpin terdahulu. Karena memang tidak ada orang yang sempurna.
Baca juga: 40 Nama Diusul Jadi Pahlawan Nasional, Ada Soeharto, Gus Dur, Dan Marsinah
“Dan usulan pahlawan dari para tokoh berbagai latar belakang itu menunjukkan kenegarawanan Presiden Prabowo untuk merangkul dan membangun harmoni serta kebersamaan,” lanjut dia.
“Dalam Islam, diperintahkan untuk mengingat jasa dan kebaikan orang yang telah wafat, terlebih itu adalah pemimpin yang secara nyata telah berjasa dan menanam kebaikan bagi bangsa,” Kiai Niam menambahkan.
Sebelumnya, Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Ahmad Fahrur Rozi (Gus Fahrur) menyatakan dukungannya terhadap usulan Kementerian Sosial Republik Indonesia kepada Dewan Gelar atas menetapkan Soeharto dan Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai Pahlawan Nasional.
Menurut Gus Fahrur, bangsa Indonesia perlu belajar dari masa lalu baik dari kebaikan maupun kekurangannya untuk membangun masa depan yang lebih bijak dan berkeadaban.