15 November 2025
12:11 WIB
Media Sosial Tantangan Berat Asuh Anak
Orang tua mesti segera sadar pengaruh buruk media sosial bagi anak agar tumbuh dengan emosi stabil.
Penulis: Ananda Putri Upi Mawardi
Editor: Leo Wisnu Susapto
Warga menggunakan aplikasi media sosial Instagram dan TikTok di Kota Cimahi, Jawa Barat, Jumat (31/1 /2025). AntaraFoto/Abdan Syakura.
JAKARTA - Pakar Ilmu Keluarga IPB University, Dwi Hastuti saat ini orang tua menghadapi tantangan besar dalam proses pengasuhan anak. Yakni, anak sering terpapar media sosial, film, maupun lagu yang mungkin mengandung konten yang tidak sesuai dengan usianya, contohnya unsur pornografi dan kekerasan.
Dia mengingatkan, jika orang tua mengasuh anaknya tanpa sadar akan tantangan itu, sama saja membiarkan buah hatinya tumbuh dengan pengaruh negatif.
“Apalagi, jika lingkungan sekolah dan masyarakat mendukung, moral dan emosi anak makin mengarah pada perilaku kekerasan atau perilaku asusila,” demikian pendapat Dwi dikutip dari laman IPB, Sabtu (15/11).
Oleh karena itu, dia mengingatkan orang tua untuk segera sadar akan pengaruh buruk bagi anak dan cepat mencari cara untuk mengatasinya.
Dia menyarankan agar orang tua menerapkan program pengasuhan berjenjang berdasarkan tingkat urgensi untuk menjamin perkembangan moral dan emosi anak.
Dia menjelaskan, pada jenjang pertama atau level primer diperlukan tindakan promotif seperti sosialisasi dan edukasi untuk menghindari terjadinya kerusakan moral pada anak. Langkah itu diikuti dengan tindakan preventif pada level sekunder.
Baca juga: Ledakan di SMAN 72 Jakarta Jadi Alarm Bagi Kemendikdasmen
“Level sekunder dengan tindakan preventif yaitu memberikan layanan konsultasi dan konseling kepada anak yang membutuhkan," jelas Dwi dikutip dari laman resmi IPB University, Sabtu (15/11).
Dia melanjutkan, setelah itu terdapat level tersier yang bersifat kuratif. Hal ini dilakukan dengan memberikan layanan rehabilitasi sosial pada anak atau dengan menerapkan family based care alternative.
Dia menambahkan, proses pengasuhan itu juga harus mengakomodasi nilai-nilai spiritual dan religius. Pesan tentang kasih sayang, empati, dan tanggung jawab harus terus disuarakan melalui berbagai kanal komunikasi agar tertanam dalam kesadaran anak.
Di sisi lain, nilai-nilai negatif seperti materialisme, kesombongan, dan ujaran kebencian perlu digantikan dengan The God Command Theory. Ini adalah keyakinan bahwa setiap tindakan manusia akan mendapat balasan dari Tuhan.