c

Selamat

Senin, 17 November 2025

NASIONAL

19 Mei 2023

16:48 WIB

Legislator Minta Pemerintah Gencarkan Edukasi Flu Babi

Edukasi flu babi penting meski belum ada kasus orang yang tertular oleh virus ASF ini.

Penulis: Gisesya Ranggawari

Editor: Leo Wisnu Susapto

Legislator Minta Pemerintah Gencarkan Edukasi Flu Babi
Legislator Minta Pemerintah Gencarkan Edukasi Flu Babi
Peternak menyemprotkan cairan disinfektan di kandang ternak babi di Desa Timbuseng, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Rabu (17/5/2023). Antara Foto/Abriawan Abhe

JAKARTA - Anggota Komisi IX DPR, Netty Prasetiyani meminta, pemerintah segera menggencarkan edukasi terkait African Swine Fever (ASF) atau virus flu babi Afrika ke masyarakat.

Menurut Netty, edukasi terkait virus flu babi Afrika ini masih banyak belum dilakukan pemerintah. Padahal terdapat beberapa kasus di Indonesia yang terindikasi disebabkan oleh virus ASF.

"Ada kasus yang terjadi di Luwu Timur dan daerah lain menyebabkan belasan ribu ternak babi mati. Masyarakat harus diedukasi soal ini " kata Netty dalam keterangan tertulis, Jumat (19/5).

Ia menyebut, sejauh ini memang virus ASF belum ditemukan menular ke manusia, namun sangat menular pada babi hingga dapat menyebabkab kematian 100% pada komunitas ternak yang terjangkiti. 

Apalagi dari riset yang ia baca, virus ini bisa bertahan lama pada babi yang sudah mati di lingkungan. Imbasnya, ternak sehat yang memakan sisa-sisa makanan bercampur daging babi terinfeksi ASF juga akan langsung terpapar. 

"Kejadian di Luwu Timur dimana belasan ribu ternak babi mati setelah diberi sisa makanan menunjukan bahwa masyarakat belum paham ciri-ciri daging yang terinfeksi," papar dia.

Untuk itu, Wakil Ketua Fraksi PKS ini menilai pemerintah perlu memberikan pemahaman kepada masyarakat. Khususnya soal cara membedakan ciri-ciri daging terinfeksi dan gejala ternak yang terpapar, serta bagaimana penanganan awal yang cepat.

"Itu harus disosialisasikan oleh pemerintah pada masyarakat di daerah dengan tingkat konsumsi daging babi tinggi," imbuh Netty. 

Dia juga meminta kementerian atau lembaga pemerintah terkait agar saling bersinergi dan berkoordinasi guna memperbaiki tata kelola kesehatan hewan di Indonesia. 

Pasalnya, imbas ekonomi virus ASF ini cukup besar karena dapat menghentikan ekspor babi. Contohnya Singapura yang langsung menyetop impor babi dari Indonesia setelah ditemukan virus ASF pada babi di Pulau Bulan.

Ironisnya, Pulau Bulan sebelumnya sudah ditetapkan sebagai kompartemen bebas ASF dengan Keputusan Menteri Pertanian tahun 2021. 

"Jadikan kasus ini sebagai   momentum untuk memperbaiki tata kelola kesehatan berbagai jenis hewan. Jangan sampai kelalaian menyebabkan potensi peternakan kita sebagai penyumbang pendapatan negara terganggu," tandas Netty. 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar