c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

NASIONAL

26 Agustus 2025

16:22 WIB

Kemenkes Imbau Orang Tua Bawa Anak Imunisasi Campak

Kementerian Kesehatan hingga 24 Agustus 2025 mencatat 46 Kejadian Luar Biasa (KLB) campak pada 42 kabupaten/kota di 14 provinsi, salah satunya Sumenep, Jawa Timur

Editor: Nofanolo Zagoto

<p>Kemenkes Imbau Orang Tua Bawa Anak Imunisasi Campak</p>
<p>Kemenkes Imbau Orang Tua Bawa Anak Imunisasi Campak</p>

Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa (kiri) saat melihat langsung kondisi anak-anak yang terpapar campak di Kabupaten Sumenep, Sabtu (23/8/2025). ANTARA/HO-Biro Adpim Pemprov Jatim


JAKARTA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengimbau seluruh orang tua ataupun pengasuh agar segera membawa anaknya menuju fasilitas kesehatan terdekat, seperti posyandu dan puskesmas, untuk memperoleh imunisasi campak.

“Kami mengimbau kepada seluruh masyarakat, khususnya orang tua dan para pengasuh, untuk segera membawa anak ke fasilitas posyandu, puskesmas, atau fasilitas pelayanan kesehatan terdekat lainnya yang memberikan layanan imunisasi,” kata Direktur Imunisasi Kemenkes Prima Yosephine dalam konferensi pers mengenai penanganan Kejadian Luar Biasa (KLB) campak, Selasa (26/8), seperti dilansir Antara.

Prima mengingatkan penyakit campak dapat dicegah melalui imunisasi. Oleh karena itu, orang tua ataupun para pengasuh tidak boleh menunda waktu bagi anaknya untuk mendapatkan imunisasi campak.

Saat ini, kata dia, Kemenkes telah memasukkan imunisasi campak dalam Program Imunisasi Nasional. Dalam program itu, terdapat tiga kali waktu imunisasi yang meliputi usia anak 9 bulan, 18 bulan, dan pada saat berada di kelas 1 sekolah dasar.

Prima menjelaskan, pemberian imunisasi campak pada anak dilakukan minimal sebanyak dua kali yakni di usia anak mencapai 9 bulan dan 18 bulan.

Imunisasi campak menurut Prima harus dilakukan guna mencegah penyebaran kasus campak pada anak, mengingat saat ini sejumlah provinsi telah menetapkan KLB campak.

“Memang perlu diberikan imunisasi agar secara aktif anak itu membentuk sendiri antibodi terhadap campak,” ucapnya.

Ia juga meminta orang tua ataupun pengasuh untuk segera membawa anak ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat apabila menemukan gejala campak pada anak, seperti demam yang disertai bercak merah pada kulit.

“Segera periksakan ke puskesmas atau ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat kalau anak atau anggota keluarga kita mengalami demam disertai dengan bercak-bercak merah pada kulit, batuk, pilek, dan mata merah,” ujarnya.

Kalau orang tua dan pengasuh dihadapkan pada suatu kendala ketika hendak membawa anak mereka ke fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, maka tindakan isolasi dapat dilakukan sementara untuk mencegah penularan.

“Tentunya juga harus diberikan makanan dengan gizi yang seimbang untuk bisa meningkatkan daya tahan tubuhnya,” ia mengingatkan.

Kemenkes, kata Prima, Per 24 Agustus 2025 mencatat 46 KLB campak pada 42 kabupaten/kota di 14 provinsi. Salah satu kabupaten yang tengah mengalami KLB campak adalah Sumenep.

Prima menyampaikan hingga 24 Agustus 2025 terdapat total 2.139 kasus suspek atau dugaan campak di kabupaten yang terletak di ujung timur Pulau Madura itu. Dari dua ribuan kasus suspek itu didapati 205 kasus positif, dengan angka kematian mencapai 17 kematian.

Diketahui, campak merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan yang sangat menular dan ditandai dengan ruam kulit di seluruh tubuh dan gejala seperti flu yang disebabkan oleh virus rubella.

“Penyakit ini sangat menular, bahkan penularannya itu lebih cepat kalau dibandingkan dengan covid-19, jadi sangat-sangat menular,” ucap Prima.

Vaksin Dijamin Aman
Sebelumnya, Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono mengimbau masyarakat Indonesia agar tidak khawatir mengikuti vaksinasi. Vaksin yang disiapkan telah teruji secara klinis dan dijamin aman.

"Vaksinasi-vaksinasi yang kita sudah berikan kepada masyarakat itu sudah dikaji secara empiris, dengan waktu yang lama, sehingga aman," kata Wamenkes di Kantor BRIN Jakarta, Senin (25/8).

Dante mendapati berbagai faktor masyarakat masih takut untuk melaksanakan vaksin. Beberapa di antaranya seperti alasan yang berkenaan dengan agama, maupun kekhawatiran akan adanya efek samping.

Menurutnya, kurangnya kepatuhan masyarakat dalam melaksanakan vaksinasi bisa menyebabkan wabah penyakit tertentu, seperti halnya wabah campak di Sumenep, Jawa Timur.

"Kalau gizi kurang, kan imunitasnya rendah, gampang kena penyakit lainnya, gampang kena penyakit pada anak-anak misalnya pernapasan," ungkapnya.

Oleh karena itu, Dante menekankan pemerintah kini telah mewajibkan 14 jenis vaksin berbeda yang harus diterima oleh setiap masyarakat, guna mengurangi risiko masyarakat terkena penyakit.

"Jadi ini akan berdampak pada perkembangan dan kesehatan masyarakat, terutama tubuh kembang anak," tutur Dante.

Diketahui, kasus wabah campak di Sumenep Jawa Timur telah dinyatakan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) setelah terdapat 17 orang meninggal dunia. Di samping itu, terdapat pula 2.035 kasus suspek yang tersebar di 26 kecamatan.

Adapun sebanyak 78.569 anak di Sumenep menjadi sasaran vaksinasi campak guna mencegah penyebaran jenis penyakit tersebut.

Seluruh anak yang menjadi sasaran vaksin campak itu, berusia sembilan bulan hingga enam tahun, dengan pelaksanaan selama 21 hari, yakni mulai 25 Agustus hingga 14 September 2025.

Jumlah vaksin yang kini tersedia untuk program vaksinasi massal itu sekitar 18 ribu vial, setara dengan lebih dari 80 ribu dosis.

Selain di 26 puskesmas, vaksinasi untuk menangani KLB kasus campak itu juga akan digelar di beberapa puskesmas pembantu di Sumenep.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar