c

Selamat

Senin, 17 November 2025

NASIONAL

30 Maret 2024

12:07 WIB

Guru Menilai Penerapan Kurikulum Merdeka Terburu-buru

Kurikulum Merdeka menurut P2G belum punya dasar kuat untuk jadi kurikulum nasional.

Penulis: Ananda Putri Upi Mawardi

Editor: Leo Wisnu Susapto

Guru Menilai Penerapan Kurikulum Merdeka Terburu-buru
Guru Menilai Penerapan Kurikulum Merdeka Terburu-buru
Ilustrasi kegiatan belajar di kelas sekolah. Valid NewsID/Arief Rachman.

JAKARTA - Kepala Bidang Advokasi Guru Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G), Iman Zanatul Haeri menilai, penetapan Kurikulum Merdeka sebagai kurikulum nasional terburu-buru. Kurikulum ini seharusnya dievaluasi terlebih dahulu karena ada sejumlah persoalan sehingga mendapat penolakan di lapangan.

Salah satunya, para guru kesulitan memahami Kurikulum Merdeka. Ini karena sosialisasinya dipercepat melalui Platform Merdeka Mengajar (PMM). Artinya, guru melakukan pelatihan mandiri dengan menonton video dan mengisi soal di aplikasi.

Padahal, sebut Iman, para guru memiliki kapasitas yang berbeda sebagai individu. Mereka juga memiliki sumber daya seperti listrik, akses internet, dan gawai yang berbeda. Ini dapat menghambat mereka.

"(Pelatihan) itu sangat naif menurut kami," ujar Iman ketika berbincang dengan Validnews, Jumat (29/3).

Tak hanya dari sisi penerapan, ia menilai internal kurikulum ini juga bermasalah. Ini terlihat dari Capaian Pembelajaran (CP) peserta didik yang berganti sebanyak lima kali sepanjang Kurikulum Merdeka diterapkan pada 2021-2024. Beberapa perubahan ini lahir dari protes guru.

"Perubahan-perubahan itu kami kira harusnya tidak terjadi. Kalau memang proses penggodokan kurikulum ini matang," tambah dia.

Dengan berbagai masalah ini, Iman menyebut, Kurikulum Merdeka berpotensi diganti oleh menteri yang akan datang. Namun, P2G mungkin akan mendorong agar menteri yang baru hanya melakukan revisi, bukan perubahan yang signifikan. Sebab, perubahan signifikan akan memakan anggaran dan tenaga yang sangat besar.

"Agar pekerjaan di masa depan ini tidak terlalu berat, tolong yang sekarang ini jangan menambah beban. Mereka harus aware, sadar, perbaiki apa yang bisa diperbaiki sebelum akhir masa jabatan," pesan Iman.

Ia menyebut, evaluasi dapat dilakukan menggunakan data penerapan Kurikulum Merdeka dalam empat tahun terakhir. Evaluasi harus dilakukan secara transparan dan partisipatif terhadap kritik. Sehingga, kurikulum ini bisa mengakomodasi kebutuhan siswa dan guru sebagai penggunanya.

"Kami sebagai guru sebetulnya paling merasa lelah ya kalau harus ganti kurikulum lagi. Tetapi, kemudian kurikulum ini juga bermasalah. Kan dilema kita jika dipaksa untuk menjalani sesuatu yang bermasalah," tutup Iman.

Powered by Froala Editor


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar