28 Januari 2025
13:44 WIB
Gunung Semeru Terus Erupsi Dengan Letusan Hingga 1 Km
Gunung Semeru masih berstatus Waspada. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melarang masyarakat melakukan aktivitas apa pun di sektor tenggara, delapan kilometer dari puncak
Gunung Semeru erupsi dengan tinggi letusan hingga 1 km pada Selasa (28/1/2025). ANTARA/ PVMBG
LUMAJANG - Gunung Semeru yang memiliki ketinggian 3.676 meter di atas permukaan laut (mdpl) tercatat beberapa kali erupsi, dengan letusan setinggi 800 meter hingga 1 kilometer (km) di atas puncak, Selasa (28/1). Erupsi pertama terjadi pada pukul 06.21 WIB dengan tinggi kolom letusan teramati sekitar 1.000 meter atau 1 km di atas puncak atau 4.676 meter di atas permukaan laut (mdpl).
"Kolom abu teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas tebal ke arah timur dan tenggara. Erupsi itu terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 21 mm dan durasi 181 detik," kata Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru Sigit Rian Alfian, dalam laporan tertulis yang diterima di Lumajang.
Erupsi kedua terjadi pada pukul 07.11 WIB dengan tinggi kolom letusan teramati sekitar 800 meter di atas puncak dan kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal ke arah timur laut. Erupsi itu terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 21 mm dan durasi 124 detik.
Selang beberapa menit kemudian atau tepatnya pukul 07.35 WIB, gunung tertinggi di Pulau Jawa itu kembali erupsi dengan tinggi letusan teramati sekitar 800 meter di atas puncak.
"Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal ke arah timur laut dan timur. Erupsi ini terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 22 mm dan durasi 119 detik," jelasnya.
Kemudian pada pukul 08.48 WIB terjadi erupsi kembali dengan tinggi kolom letusan teramati sekitar 800 meter di atas puncak dan kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal ke arah timur laut dan timur. Erupsi terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 22 mm dan durasi 110 detik.
"Gunung Semeru erupsi lagi pukul 10.28 WIB dan visual letusan tidak teramati, namun erupsi itu terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 22 mm dan durasi 123 detik," tuturnya.
Sigit menjelaskan Gunung Semeru masih berstatus Waspada, sehingga Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memberikan sejumlah rekomendasi. Masyarakat dilarang melakukan aktivitas apa pun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan sejauh delapan kilometer dari puncak (pusat erupsi).
Di luar jarak tersebut, lanjut dia, masyarakat tidak boleh melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan, karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 13 kilometer dari puncak.
"Masyarakat juga tidak boleh beraktivitas dalam radius 3 kilometer dari kawah/puncak Gunung Semeru, karena rawan terhadap bahaya lontaran batu pijar," katanya.
Selain itu, kata dia, masyarakat juga perlu mewaspadai potensi awan panas, guguran lava, dan lahar hujan di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Semeru. Terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat, serta potensi lahar di sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.
Pendaki Ilegal
Sebelumya, Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) melakukan pencarian terhadap sejumlah orang yang diduga telah melakukan aktivitas pendakian secara ilegal ke Gunung Semeru. Kepala Balai Besar TNBTS Rudijanta Tjahja Nugraha di Kota Malang, Jawa Timur, Kamis (23/1_, mengatakan sudah mengetahui rekaman yang menampilkan sejumlah orang pendaki sedang berada di puncak Gunung Semeru.
"Memang kami sudah meminta teman-teman (petugas) mengecek, tetapi setelah ditelusuri akun orang yang mengunggah video tersebut sudah hilang," kata Rudi.
Selain mengecek akun media sosial dari pemilik terduga pengunggah video tersebut, pihaknya juga secara langsung meminta petugas penjaga Gunung Semeru untuk melakukan penelusuran di lapangan.
"Saya coba memastikan ke petugas di sana (Gunung Semeru) tapi tidak ada, karena kalau melihat rentang tanggal (video diunggah) jalur pendakian masih ditutup. Kalau kondisi saat ini hanya ada perbaikan sarana," ujarnya.
Balai Besar TNBTS melakukan penutupan pada jalur pendakian di Gunung Semeru hingga 8 Februari 2025, karena mempertimbangkan imbauan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terkait potensi terjadinya cuaca ekstrim. Penutupan itu diumumkan oleh Balai Besar TNBTS melalui surat dengan Nomor: PG.2/T.8/TU/KSA.5.1/B/01/2025 yang diterbitkan pada 17 Januari 2025.
Rudi menyatakan, lantaran jalur resmi pendakian ditutup, maka para pendaki yang diduga melakukan aktivitas mendaki secara ilegal melalui jalur tidak resmi. "Belum teridentifikasi (identitas pendaki), kalau tanggalnya sudah tapi akun pengunggah ini posisinya sudah hilang," ucapnya.
Oleh karena itu, upaya pencarian terhadap para pendaki itu masih terus dilakukan. Balai Besar TNBTS tak segan memberikan sanksi berupa pemblokiran akses pendakian ke seluruh gunung, apabila orang di dalam video tersebut terbukti melanggar aturan.
"Tetapi sudah saya minta untuk mencari dan akan di-banned orang itu. Kami akan informasikan kepada gunung di kawasan konservasi lain, termasuk ke (Direktorat Jenderal) Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE)," ucapnya.
Sebagaimana diketahui, di media sosial sempat muncul unggah video yang memperlihatkan aktivitas beberapa orang pendaki di area puncak Gunung Semeru. Video tersebut diunggah beberapa waktu ini oleh salah satu akun media sosial.
Unggahan tersebut memperlihatkan narasi aksi dugaan pendakian ilegal oleh sekelompok orang tak dikenal.
"Gimana pendapatmu? Di saat jalur pendakian Gunung Semeru ditutup, rombongan pendaki ini nekat naik sampai ke puncak Semeru. Diperkirakan mereka naik weekend kemarin, tanggal 18 Januari 2025. Kabarnya mereka nekat mendaki Semeru lewat jalur ilegal. Semoga cepat ditindaklanjuti," tulis keterangan di dalam unggahan tersebut.