20 September 2024
14:11 WIB
Gunung Semeru Erupsi Hingga Sembilan Kali Jumat (20/9) Pagi
Gunung Semeru masih berstatus Waspada. Sehingga PVMBG melarang masyarakat melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara sepanjang Besuk Kobokan sejauh delapan kilometer dari puncak (pusat erupsi)
Asap vulkanis yang keluar dari kawah Gunung Semeru terlihat dari Desa Supiturang, Lumajang, Jawa Timur, Kamis (19/9/2024) dini hari. Antara Foto/Irfan Sumanjaya
LUMAJANG - Gunung Semeru yang memiliki ketinggian 3.676 meter di atas permukaan laut (mdpl), tercatat mengalami erupsi terus menerus hingga sembilan kali pada Jumat (20/9) pagi, sejak pukul 06.00 hingga 11.00 WIB.
"Terjadi erupsi Semeru pada hari ini, Jumat, 20 September 2024, pukul 06.11 WIB dengan tinggi letusan teramati sekitar 300 meter di atas puncak dan abu vulkanik berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas sedang ke arah selatan," kata Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru Liswanto, dalam keterangan tertuli, Jumat.
Erupsi kedua terjadi pukul 06.37 WIB dengan tinggi kolom abu teramati sekitar 300 meter di atas puncak atau 3.976 mdpl. Kolom abu teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas sedang ke arah selatan.
Kemudian, erupsi ketiga terjadi pukul 06.40 WIB dan visual letusan tidak teramati. Kemudian erupsi kembali pukul 08.35 WIB dengan tinggi kolom abu teramati sekitar 300 meter di atas puncak. "Kolom abu teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas sedang ke arah tenggara. Saat laporan itu dibuat, erupsi juga masih berlangsung," tuturnya.
Berdasarkan catatan petugas, gunung tertinggi di Pulau Jawa itu erupsi kembali pada pukul 08.45 WIB, kemudian 09.36 WIB, pukul 09.51 WIB, selanjutnya pukul 10.41 WIB dan pukul 10.48 WIB dengan visual letusan tidak teramati.
Liswanto mengatakan, Gunung Semeru masih berstatus Waspada, sehingga Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memberikan sejumlah rekomendasi. Masyarakat dilarang melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan sejauh delapan kilometer dari puncak (pusat erupsi).
Kemudian di luar jarak tersebut, masyarakat tidak boleh melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan, karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 13 km dari puncak.
Masyarakat juga tidak boleh beraktivitas dalam radius tiga km dari kawah/puncak Gunung Semeru, karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar).
Potensi Lahar
Selain itu, perlu mewaspadai potensi awan panas, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Semeru, terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat. Termasuk potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.
Untuk diketahui, Gunung Semeru adalah salah satu gunung api paling aktif di Indonesia yang terus mengalami serangkaian erupsi sepanjang 2024. Aktivitas vulkanik terus berlanjut, dengan letusan besar pada bulan-bulan seperti Januari, Maret, Mei, dan September.
Sebagian besar erupsi menghasilkan kolom abu vulkanik yang mencapai hingga 1.200 meter di atas puncak. Material letusan, termasuk awan panas, lahar, dan aliran piroklastik, merupakan ancaman besar bagi wilayah di sekitar Gunung Semeru, terutama di sektor tenggara sepanjang aliran Besuk Kobokan.
Zona berbahaya meliputi radius 5 km dari puncak dan hingga 17 km di sepanjang drainase utama, dengan risiko banjir lahar dan longsor vulkanik yang signifikan.
Sepanjang 2024, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menetapkan status Gunung Semeru pada Level 3 (Siaga) pada Maret dan kemudian turun ke Level 2 (Waspada) pada September. Masyarakat diimbau untuk menghindari aktivitas di sekitar sungai dan lembah yang berpotensi terdampak, serta tetap waspada terhadap bahaya material vulkanik seperti lava pijar dan awan panas.
Potensi letusan lanjutan sendiri tetap tinggi, dengan PVMBG terus memantau aktivitas seismik dan visual dari pos pemantauan di Lumajang dan Malang. Bahaya terbesar masih berasal dari awan panas, lahar, dan longsor vulkanik yang dapat melanda pemukiman dan lahan pertanian di sepanjang aliran sungai-sungai utama di sekitar Semeru.