17 September 2024
14:50 WIB
DPR: Wasit Berat Sebelah Rusak Integritas Pertandingan
Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, mengecam keras peristiwa pemukulan wasit di PON Aceh-Sumut dan memastikan tengah menyiapkan sanksi terberat untuk pemain dan wasit yang terlibat
Penulis: Gisesya Ranggawari
Editor: Nofanolo Zagoto
Mobil ambulance mengevakuasi wasit yang dipukul saat pertandingan babak 8 besar sepak bola putra antara Aceh melawan Sulteng pada PON XXI Aceh-Sumut 2024 di Stadion H Dimurthala, Banda Aceh, Aceh, Sabtu (14/9/2024). Antara Foto/Adeng Bustomi
JAKARTA - Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian, menyesalkan keputusan wasit yang berat sebelah hingga berujung pada pemukulan dalam pertandingan sepak bola antara Aceh dan Sulawesi Tengah pada ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) baru-baru ini.
Menurutnya, keputusan wasit yang berat sebelah memang tidak profesional dan bisa merusak integritas pertandingan. Ia pun menilai hal itu bisa menimbulkan frustrasi bagi para pemain, official, dan penonton yang berpotensi ricuh.
"Selaku Wakil Ketua Komisi X DPR RI tentu sangat menyayangkan dan prihatin. Terutama karena event besar seperti PON," kata Hetifah dalam keterangannya, Selasa (17/9) di Jakarta.
Hetifah menegaskan pentingnya integritas dan fair play dalam setiap kompetisi olahraga, terutama dalam event besar seperti PON yang seharusnya menjadi sarana untuk menemukan dan mengembangkan bakat atlet dari seluruh penjuru Indonesia.
Dia khawatir pertandingan olahraga yang diwarnai oleh kontroversi bisa mempengaruhi persepsi publik tentang fair play dan profesionalisme dalam kompetisi. Hal ini juga bisa berimbas pada sulitnya membangun kepercayaan dan meningkatkan standar sepak bola di Indonesia.
"Maka penting untuk memastikan bahwa setiap pertandingan diadili secara adil dan transparan, serta untuk mencari solusi yang dapat memperbaiki sistem pengawasan dan penilaian dalam olahraga di Indonesia," beber dia.
Politikus Partai Golkar ini berharap pihak PON dan PSSI segera melakukan evaluasi menyeluruh atas kejadian ini. Dia pun ingin ke depannya perlu dipastikan setiap pertandingan olahraga di Indonesia dilaksanakan dengan menjunjung tinggi prinsip-prinsip sportivitas dan keadilan.
Komisi X DPR RI dipastikannya siap mendukung upaya-upaya yang diperlukan untuk memperbaiki kualitas penyelenggaraan kompetisi olahraga di Tanah Air. Termasuk peningkatan kualitas dan integritas perangkat pertandingan, agar olahraga di Indonesia dapat berkembang lebih baik dan profesional.
"Saya harap semua pihak terkait dapat belajar dan berkomitmen untuk meningkatkan kualitas olahraga Indonesia di masa mendatang, terutama dalam hal integritas dan fair play," tuturnya.
Diketahui kontroversi di laga PON antara Aceh dan Sulawesi Tengah (Sulteng) bermula dari kepemimpinan wasit Eko Agus Sugih Harto yang kontroversial. Setidaknya ada tujuh keputusan wasit yang dianggap menguntungkan tuan rumah Aceh, dari pinalti sampai kartu merah.
Pihak Sulteng sempat mengajukan walk out, namun wasit tetap meminta melanjutkan pertandingan. Sampai pada pertengahan laga, wasit Eko meniup peluit penalti untuk Aceh dan pemain Sulteng yang tidak terima meninju wasit hingga terkapar dan dilarikan dengan ambulans.
PSSI mengecam keras peristiwa ini dan menegaskan sedang menyiapkan sanksi terberat untuk pemain dan wasit yang terlibat dalam peristiwa.
"Memalukan. Sangat memalukan. PSSI akan mengusut tuntas peristiwa ini dan akan menjatuhkan sanksi terberat!" tegas Ketua Umum PSSI, Erick Thohir dalam keterangan tertulisnya, Minggu (15/9).
Erick mengatakan, pihaknya akan melakukan investigasi mendalam dimulai dari kepemimpinan wasit yang dinilai penuh kejanggalan. Di samping itu, reaksi yang sangat tidak sportif pemain juga dipastikan berbuah sanksi terberat.
"Pastinya akan dilakukan investigasi mendalam. Indikasi pertandingan yang tidak fair menjadi materi serius yang ditelaah. Pun halnya reaksi pemain yang dipastikan berbuah sanksi yang sangat berat," tegas Erick.
Dia menyebutkan sanksi larangan seumur hidup pun terancam diberikan kepada wasit dan pihak-pihak lain jika terbukti mengatur hasil laga. Namun Erick menegaskan, bahwa tidak ada justifikasi juga bagi pemain untuk melakukan aksi pemukulan.
"Ini adalah tindakan kriminal yang punya konsekuensi hukum. Skandal soal keputusan wasit jadi hal lain yang juga punya konsekuensi hukum jika memang ternyata terindikasi diatur oleh oknum tertentu," kata Erick.
Erick menilai peristiwa ini mencoreng kehormatan sepak bola Indonesia yang mulai menunjukkan titik cerah. Demi marwah dan tidak untuk mencegah peristiwa serupa tak terulang, Erick menjamin hukuman yang diberikan menjadi salah satu hukuman paling berat.
"Tidak ada toleransi bagi pihak yang telah dengan sengaja melanggar komitmen fair play. Sanksi bukan sekadar hukuman melainkan statement dari sepak bola Indonesia yang tidak mentolerir sedikitpun praktik di luar fair play," tandas Erick.