22 Oktober 2025
12:11 WIB
Cuaca Panas Ekstrem Perparah Kondisi Medis
Cuaca panas ekstrem memicu kondisi medis seseorang yang sudah ada sebelumnya makin parah dan diminta mesti waspada.
Penulis: Ananda Putri Upi Mawardi
Editor: Leo Wisnu Susapto
Pejalan kaki menggunakan payung untuk menghindari terik panas matahari di kawasan Matraman, Jakarta, read more... Rabu (10/5/2023). ValidNewsID/Fikhri Fathoni.
JAKARTA - Pakar kesehatan dari Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), Evi Rinata menjelaskan, cuaca panas ekstrem bisa berdampak cukup serius terhadap kesehatan. Efeknya tidak hanya berupa lemas dan pusing, tapi juga bisa memperparah kondisi medis yang sudah ada.
Evi menjelaskan, ada beberapa masalah kesehatan yang terjadi akibat cuaca panas ekstrem. Masalah kesehatan pertama yang paling sering ditemui adalah dehidrasi atau kehilangan cairan tubuh.
“Tubuh kehilangan banyak cairan lewat keringat,” terang Evi dikutip dari laman resmi Umsida, Rabu (22/10).
Dia melanjutkan, masalah kedua adalah gangguan kulit seperti biang keringat. Kondisi ini dapat memperburuk penyakit jantung dan pada beberapa kasus berpengaruh pada fungsi ginjal karena kekurangan cairan.
Masalah ketiga, heat exhaustion atau kelelahan yang muncul setelah tubuh terkena suhu tinggi. Gejalanya mencakup lemas, pusing, mual, penurunan tekanan darah, dan sering terjadi bersamaan dengan dehidrasi.
Baca juga: BMKG Minta Waspada Hujan Disertai Petir dan Cuaca Panas
Evi menjelaskan, heat exhaustion yang tidak segera diatasi bisa berkembang menjadi heat stroke, yaitu peningkatan suhu tubuh hingga di atas 40°C. Kondisi ini merupakan cedera panas paling serius yang bisa mengancam nyawa.
“Heat stroke bisa terjadi karena kegagalan proses pengendalian panas dan kegagalan sistem jantung serta pembuluh darah tubuh," tambah Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Umsida itu.
Evi juga menjelaskan, ada beberapa kelompok masyarakat yang lebih rentan sakit akibat cuaca panas. Pertama, lansia karena kemampuan tubuh dalam menyesuaikan suhu sudah menurun. Kedua, anak-anak karena sistem pengaturan suhu tubuhnya belum sempurna. Ketiga, ibu hamil karena sistem metabolismenya membuat mereka lebih mudah dehidrasi.
Selain itu, pekerja lapangan seperti petani, nelayan, atau pekerja konstruksi, juga berisiko karena terpapar langsung sinar matahari dalam waktu panjang. Lalu, individu dengan penyakit kronis, seperti hipertensi, diabetes, atau gangguan jantung juga berisiko karena cuaca panas dapat memperberat kerja organ vital.
Evi pun menyarankan masyarakat untuk menjaga kesehatan di tengah cuaca panas. Caranya, dengan minum banyak air putih, mengonsumsi makanan bergizi seimbang, mengenakan pakaian longgar, dan menghindari aktivitas fisik luar ruangan pada siang hari.
"Dengan langkah sederhana tersebut, kita bisa tetap sehat dan beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang semakin tidak menentu,” tutup Evi.