05 Januari 2023
18:44 WIB
JAKARTA – Pemerintah Provinsi DKI Jakarta didesak untuk memperbanyak jumlah kamera pengawas (CCTV) di seluruh penjuru Ibu Kota. Hal ini diperlukan merespon maraknya kasus kriminalitas seperti penculikan anak di wilayah Gunung Sahari, Jakarta Pusat yang baru-baru ini ramai diperbincangkan public.
"Kita harus mengupayakan Jakarta menjadi kota yang aman dari kriminalitas. Jika ada kejadian pun kita inginnya cepat terungkap. Dalam hal ini Pemprov DKI bisa ikut andil dengan memperbanyak titik CCTV," kata Wakil Ketua Komisi E DPRD DKI Jakarta Anggara Wicitra Sastroamidjojo seperti dilansir Antara, Kamis (5/1).
Menambah jumlah CCTV terpasang, kata Anggara, juga diperlukan agar Pemprov DKI Jakarta punya andil dalam mencegah aksi kriminalitas. Anggara menyebut keberadaan CCTV juga dapat menjadi upaya preventif dalam mengatasi tindak kejahatan.
"Selain untuk membantu penegak hukum menjalankan tugasnya, jika banyak CCTV para pelaku juga akan berpikir dua kali saat ingin melakukan kejahatan," tuturnya.
Selain kasus penculikan, dengan penambahan titik CCTV, kasus kriminalitas lain yang marak di Jakarta juga bisa direduksi.
"Kasus yang marak seperti tawuran, narkoba, pencurian dan sebagainya juga dapat sekaligus kita upayakan untuk dikurangi. Pemprov DKI Jakarta dapat berkoordinasi dengan Kepolisian setempat untuk penentuan titik pemasangannya," ucap Anggara.
Waspada Menjaga Anak
Sebelumnya Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Komarudin mengatakan, MA diculik tersangka Iwan Sumarno alias Jacky alias Herman alias Yudi pada pada 7 Desember 2022. Orang tua korban kemudian melaporkan kejadian tersebut kepada pihak berwajib yang langsung melakukan pencarian terhadap korban.
Kasus penculikan tersebut juga viral di media sosial, karena pelaku penculikan tersebut tertangkap kamera CCTV, terlihat menculik korban yang bernama Malika menggunakan bajaj. Malika kemuian berhasil ditemukan personel Satreskrim Polres Metro Jakarta Pusat di kawasan Pasar Cipadu, Tangerang Kota pada pada 2 Januari 2023 malam.
Korban kemudian langsung dibawa ke Rumah Sakit Polri Kramat Jati untuk menjalani pemeriksaan kesehatan setelah satu bulan diculik. Petugas juga melakukan visum kepada korban dan hasilnya menyatakan, korban tidak mengalami kekerasan seksual, namun mengalami beberapa tindakan kekerasan fisik dari pelaku penculikan.
Sementara itu, Deputi Bidang Perlindungan Khusus Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nahar, meminta masyarakat untuk lebih waspada dalam menjaga anak.
"Masyarakat untuk lebih sensitif lagi memahami adanya kemungkinan anak berada dalam ancaman penculik atau orang lain yang punya niat jahat," tutur Nahar dalam keterangan, Jakarta, Rabu.
Menurut Nahar, belajar dari kasus penculikan MA, anak perempuan berusia 6 tahun di Kelurahan Gunung Sahari, Jakarta Pusat, upaya pencegahan harus di kedepankan. "Belajar dari kasus ini, mudah-mudahan tidak terulang lagi kasus yang sama, unsur pencegahan juga harus diutamakan," kata dia.
Nahar pun mengajak semua pihak agar bersama-sama memastikan upaya perlindungan anak bisa dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. "Seluruh pihak, baik orang tua, masyarakat, dan pemerintah, termasuk aparat harus bersamasama memastikan upaya perlindungan anak bisa dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, sehingga ancaman yang berdampak lebih buruk bisa kita hindari," tuturnya.