c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

NASIONAL

03 September 2024

13:00 WIB

BRIN Sebut Ada Tantangan Pelajari Taksonomi Bambu di Indonesia

Taksonomi bambu di Indonesia mengalami kendala karena sejumlah hal menurut BRIN.

Editor: Leo Wisnu Susapto

<p>BRIN Sebut Ada Tantangan Pelajari Taksonomi Bambu di Indonesia</p>
<p>BRIN Sebut Ada Tantangan Pelajari Taksonomi Bambu di Indonesia</p>

Pedagang memotong bambu pesanan pembeli yang digunakan untuk pembuatan kuliner khas nasi bambu atau nasi jaha di Palu, Sulawesi Tengah, Senin (21/12/2020). ANTARAFOTO/Mohamad Hamzah.

JAKARTA - Peneliti dari Organisasi Riset Hayati dan Lingkungan (ORHL) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) I Putu Gede P Damayanto mengungkapkan hambatan dan tantangan dalam mempelajari studi taksonomi bambu di Indonesia.

Melalui keterangan di Jakarta, Selasa, Gede mengungkapkan tantangan pertama yakni kurangnya jumlah ahli taksonomi bambu. Karena, tidak banyak yang benar-benar mau mendalami penelitian tentang bambu.

"Walaupun ada misalnya dari mahasiswa yang melakukan skripsi dia hanya melakukan untuk tugas akhirnya saja setelah itu tidak melakukannya lagi," katanya.

Di samping itu, dia menyebutkan terdapat anggapan bahwa bambu sulit untuk diidentifikasi.

Dia menilai anggapan tersebut lahir karena jarang ada orang yang ingin mempelajari ilmu taksonomi bambu sehingga ilmu pengetahuan soal bambu di lokasi belum banyak tereksplorasi.

Selanjutnya, kata dia, kurang lengkapnya koleksi herbarium. Karena, umumnya hanya ada koleksi daun bambu yang jarang berbunga. Sementara itu, untuk identifikasi, menggunakan karakter vegetatif seperti dari rebung, percabangan, pelepah buluh, dan pelepah daun. 

“Jika koleksi spesimen hanya tersedia daun saja, maka akan menyulitkan proses identifikasi," kata dia.

Berbagai tantangan lainnya, ujar Gede, adanya kerusakan habitat sehingga mengancam eksistensi bambu terutama bambu liar di hutan. Kemudian, adanya kepercayaan mistis yang dapat menghambat proses koleksi dan identifikasi bambu. Hingga, adanya beberapa jenis bambu yang jarang berbunga.

Hambatan tersebut yang menghambat pengusulan taksa baru atau identifikasi jenisnya. Jika ditemukan jenis baru, tapi karena tidak ada bunganya, menyebabkan tidak bisa diterbitkan sebagai jenis baru. Karena, tidak semua marga bambu itu bisa diterbitkan sebagai jenis baru tanpa adanya bunga.

Gede berharap, generasi muda memiliki keinginan dalam mempelajari ilmu taksonomi bambu. Karena, Indonesia saat ini menjadi rumah bagi sekitar 175 jenis dan 24 marga bambu dari sekitar 1.439 jenis bambu di dunia. Sekitar 50% dari jenis bambu yang tumbuh subur di Indonesia digolongkan sebagai tumbuhan endemik.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar