c

Selamat

Senin, 17 November 2025

NASIONAL

28 Juli 2025

16:47 WIB

BMKG Anjurkan Patroli Cegah Karhutla

Patroli untuk memantau dan mencegah karhutla saat musim puncak kemarau seperti di Riau.

Penulis: Aldiansyah Nurrahman

Editor: Leo Wisnu Susapto

<p>BMKG Anjurkan Patroli Cegah Karhutla</p>
<p>BMKG Anjurkan Patroli Cegah Karhutla</p>

Foto udara permukiman warga di Muara Sabak Timur yang diselimuti kabut asap akibat kebakaran hutan d an lahan (karhutla) di Tanjung Jabung Timur, Jambi, Selasa (27/8/2024). Antara Foto/Wahdi Septiawan.

JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) minta ada patroli untuk mencegah terjadinya kebakaran, hutan, dan lahan (karhutla) mulai hari ini, Senin (28/7). BMKG menilai, patroli penting untuk memantau lahan di Riau kini mudah terjadi karhutla.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan puncak ancaman karhutla di Riau diprediksi 30 dan 31 Juli 2025 dan mulai menurun pada 3 Agustus 2025.

“Ini mohon patroli di wilayah-wilayah merah itu. Kemudian 3 Agustus alhamdulillah merahnya mulai berkurang. Namun nanti fluktuasi lagi. Merah meningkat lagi. Nah ini yang terus kami informasikan,” jelasnya, dalam Rapat Monitoring Karhutla bersama Menteri Kehutanan secara daring, Senin (28/7).

Adapun warna merah menjelaskan kawasan lahan di Riau yang sangat mudah terbakar berdasarkan kondisi cuaca dan iklim yang ada di lokasi setempat.

Dwikorita menerangkan, untuk hari ini warna merahnya sangat sedikit dikarenakan modifikasi cuaca yang dilakukan sejak 25 Juli 2025. Sayangnya, pengaruh modifikasi cuaca ini mulai berkurang di Riau.

Baca juga: BMKG: Riau Sedang Rawan Alami Karhutla   

“Besok juga merahnya semakin meluas. Semakin meluas tanggal 29, bahkan dikhawatirkan tanggal 30 Juli, ini merahnya semakin hampir menutup seluruh wilayah Riau, terlepas keberhasilan kemarin,” tegas dia.

Dia menyebut, kondisi tingkat kemudahan terbakar di lapisan atas permukaan tanah itu memungkinkan karhutla terjadi meski tanpa dibakar.

Dwikorita menjelaskan, kini pertumbuhan awan hujan di Riau kondisinya rendah. Kondisi itu berbeda seperti sebelumnya yang bisa memaksimalkan operasi modifikasi cuaca (OMC) untuk cegah karhutla. Jika tetap melakukan modifikasi cuaca, keberhasilannya rendah.

Sementara itu, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Suharyanto meminta kepada jajarannya di daerah, pangdam, satgas OMC, hingga pemda untuk mencermati perkiraan BMKG.

“Dengan begitu kita bisa memperkirakan kapan harus melakukan OMC dengan maksimal, kapan istirahatkan OMC, dan dilanjutkan dengan patroli darat yang lebih masif sehingga betul-betul langkah-langkah di lapangan sesuai dengan perkiraan atau tepat sebagaimana yang diharapkan,” ucap dia.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar