Puluhan siswa SD Taruna Bakti di Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, menjalani perawatan di Puskesmas Cugenang, setelah mengeluh pusing, mual, dan muntah usai menyantap menu MBG. ANTARA/Ahmad Fikri
JAKARTA - Badan Gizi Nasional (BGN) menutup 40 dapur Makan Bergizi Gratis (MBG) untuk batas waktu yang tidak ditentukan. Penutupan ini dilakukan karena 40 dapur tersebut tidak menjalankan standar operasional prosedur (SOP), sehingga menyebabkan insiden keamanan pangan atau keracunan.
"Empat puluh dapur kami nyatakan ditutup untuk batas waktu yang tidak ditentukan sampai semua penyelidikan, baik investigasi maupun perbaikan-perbaikan sarana dan fasilitas, selesai dilakukan," ujar Wakil Kepala BGN, Nanik S. Deyang, dalam konferensi pers di Jakarta, seperti dilansir Antara, Jumat (26/9).
Dia menjelaskan, lembaganya juga sudah mengeluarkan surat yang memerintahkan mitra MBG untuk melengkapi Sertifikat Layak Higiene dan Sanitasi (SLHS), sertifikat halal, dan sertifikat penggunaan air layak pakai. Ketiga sertifikat ini harus dipenuhi dalam waktu satu bulan. Jika tidak, BGN akan menutup operasional dapur yang bersangkutan.
Selain itu, dia akan memperbaiki kinerja Sarjana Penggerak Pembangunan Indonesia (SPPI) yang merupakan Kepala Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Dia meminta SPPI untuk mengawasi dapur MBG sejak pemilihan bahan baku hingga proses distribusi, termasuk begadang di lokasi.
"Tiga bulan empat bulan pertama hampir tidak ada masalah karena anak-anak SPPI yang dulu itu menjaga dapur, tapi belakangan rupanya sudah bergeser atau turun kinerja mereka. Hanya datang jam empat sore melihat bahan baku, jam delapan malam pulang," terang Nanik.
Pada kesempatan yang sama dia juga menangis dan memohon maaf atas kasus keracunan yang menimpa ribuan anak. Dia mengakui keracunan ini merupakan kesalahan BGN dan setiap anak yang menjadi korban merupakan tanggung jawab BGN. Sebagai pelaksana, dia pun mengaku pihaknya harus melakukan perbaikan total.
"Pada anak-anak saya yang tercinta di seluruh Indonesia dan juga para orang tua, saya mohon maaf atas nama BGN dan janji (keracunan MBG) tidak akan lagi terjadi," ungkap Nanik.
Berdasarkan data BGN per Kamis (25/9), terdapat 5.914 korban keracunan MBG sepanjang Januari hingga September tahun ini. Bulan September mencatatkan jumlah korban paling banyak yaitu 2.210 orang, disusul bulan Agustus dengan 1.988 orang.
Ada lima kabupaten/kota yang menjadi lokasi keracunan MBG dengan korban terbanyak. Kelimanya adalah Kota Bandar Lampung dengan 503 korban, Kabupaten Lebong dengan 467 korban, Kabupaten Bandung Barat dengan 411 korban, Kabupaten Banggai Kepulauan dengan 339 korban, dan Kabupaten Kulon Progo dengan 305 korban.
BGN mencatat ada lima penyebab utama keracunan MBG. Pertama, bakteri E. coli yang berasal dari menu air, nasi, tahu, dan ayam. Kedua, bakteri Staphylococcus aureus yang berasal dari menu tempe dan bakso. Ketiga, bakteri Salmonella yang berasal dari menu ayam, telur, dan sayur. Keempat, bakteri Bacillus cereus yang berasal dari menu mie. Terakhir, bakteri Coliform, Klebsiella, Proteus, dan logam timbal (Pb) yang berasal dari kontaminasi air.