c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

NASIONAL

02 Mei 2024

14:20 WIB

Banyak Masalah Hingga Hardiknas 2024

Hardiknas 2024, saat tepat refleksi hasil dari kebijakan pendidikan di Indonesia hingga saat ini.

Penulis: Gisesya Ranggawari

Editor: Leo Wisnu Susapto

<p>Banyak Masalah Hingga Hardiknas 2024</p>
<p>Banyak Masalah Hingga Hardiknas 2024</p>

Sejumlah peserta mengenakan pakaian adat Galenggo pada upacara peringatan Hari Pendidikan Nasional t ahun 2024 di Lapangan Buladu, Kota Gorontalo, Gorontalo, Kamis (2/5/2024). Antara Foto/Adiwinata Solihin

JAKARTA – Memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2 Mei 2024, anggota Komisi X DPR, Fahmy Alaydroes menilai, masih banyak masalah pendidikan di Indonesia. Mulai dari sisi kualitas pendidikan, sarana dan prasarana sampai kualitas moral yang anjlok.

Ia menjabarkan, banyak ruang kelas sekolah yang sudah rusak bahkan hampir roboh. Halaman sekolah sempit dan jajanan sekolah yang kotor serta minim gizi. 

"Guru pun masih banyak yang kebingungan menerapkan Kurikulum Merdeka. Gagap menggunakan teknologi digital, dengan jaringan dan kuota internet yang terbatas,” urai Fahmy dalam keterangan tertulis, Kamis (2/5) di Jakarta.

Kesejahteraan pengajar pun, kata Fahmy, masih jauh dari cukup. Saat ini, banyak guru yang menggunakan pinjaman online (pinjol) untuk kelangsungan hidup, akibatnya terlilit utang tinggi karena bunga pinjol yang mencekik.

Selain itu, persoalan yang juga mencuat dalam dunia pendidikan adalah semakin terkikisnya pendidikan moral dan etika yang bersumber dari pendidikan agama dan akhlak.

Menurut dia, hal itu karena anak-anak terlalu sering dijejali teknologi digital seperti media sosial yang dianggap melemahkan semangat membaca dan belajar.

"Seringkali, anak-anak terpapar berbagai konten yang buruk, baik yang bernuansa kekerasan, pornografi atau gaya hidup mewah tapi minim kerja keras," cetus Politikus PKS ini.

Dia menambahkan, masih adanya tawuran, perundungan, kekerasan seksual yang terjadi di dunia pendidikan pun menunjukkan pengamalan Pancasila masih jauh dari harapan.

“Rapuhnya pendidikan moral dan akhlak semakin menjadi-jadi ketika anak-anak kita tidak mendapatkan contoh atau teladan, yang merupakan pilar utama pendidikan moral," tegas Fahmy.

Fahmy pun meminta kepada seluruh pihak terkait, termasuk para pejabat negara dan public figure agar bisa bersikap menjadi contoh dan teladan bagi anak-anak. Lantaran, selama ini mereka terkesan mempertontonkan sikap dan perilaku yang tidak beradab.

"Jangan lagi ada yang menabrak etika dan norma hukum secara kasat mata dan tanpa rasa bersalah. Korupsi, janji palsu, nepotisme, bertindak curang, ujaran kebencian, kata-kata kasar dan kotor, dan sebagainya,” beber dia.

Legislator Dapil Jawa Barat ini pun berharap, pemerintahan selanjutnya bisa membereskan segala persoalan di dunia pendidikan ini. Walaupun masalah yang ada cukup banyak dan menjadi tantangan bersama.

Kendati demikian, Fahmy meyakini jika kepemimpinan nasional mampu mengedepankan sikap negarawan, menjunjung tinggi etika dan moral, akan mampu menjadikan program pendidikan nasional sebagai panglima pembangunan.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar