24 Januari 2019
14:35 WIB
Editor: Agung Muhammad Fatwa
JAKARTA – Selang beberapa waktu pasca debat perdana berlangsung, dunia perpolitikan dihebohkan dengan kemunculan tabloid ‘Indonesia Barokah’. Saat ini kemunculan tabloid tersebut kerap ditemukan di sejumlah daerah. Isi tabloid ini diduga mengandung muatan politik tendensius mirip seperti tabloid Obor Rakyat pada Pemilu 2014 silam.
Terkait hal ini, Direktur Materi dan Debat Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Sudirman Said menyatakan, penyebaran tabloid yang disinyalir berisi fitnah yang menyudutkan paslon tertentu merupakan cara primitif. Dikatakannya cara tersebut bertentangan dengan prinsip Prabowo-Sandiaga, yakni menganggap pesta demokrasi sebagai ajang memberikan pendidikan politik bagi masyarakat.
"Biar masyarakat lihat deh, itu cara-cara primitif menurut saya dan sudah dari awal saya mengatakan, ayo kita adu gagasan, adu kebaikan, adu pesan-pesan baik, jangan menyebarkan hal begitu. Biar masyarakat menilai. Nggak mungkin kan kita bikin sendiri, yang bikin kan pasti orang lain. Jadi biar saja," terang Sudirman sebagaimana diberitakan Antara, Kamis (24/1).
Dikatakan Sudirman, pihak yang menyerang Prabowo-Sandi dengan membabi-buta ini adalah pihak yang takut kalah. Ia menganalogikan dengan perilaku hewan. Menurutnya, jika hewan menyerang dengan membabi-buta biasanya hal tersebut adalah tanda, bahwa hewan itu sedang tidak nyaman dan tidak aman.
Kendati demikian, Sudirman mengaku, pihaknya tidak akan risau atas peredaran ribuan eksemplar tabloid itu. Ia menekankan, bahwa beredarnya tabloid ‘Indonesia Barokah’ tidak akan menurunkan elektabilitas Prabowo-Sandi di pilpres nanti.
Baginya, masyarakat sudah cukup cerdas, karena tabloid bukan satu-satunya sumber bacaan. Untuk menghimpun informasi, lanjutnya, masyarakat dapat menonton tv, melihat media sosial (medsos), dan akses jejaring internet. Oleh sebab itu, Sudirman percaya penyebaran tabloid tidak akan mengganggu dukungan masyarakat untuk Prabowo-Sandiaga.
"Kalau menyerang terlalu bombastis, katanya yang menyerang itu tanda-tanda tidak secure. Saya pernah dengar penuturan seorang ahli perilaku hewan. Hewan yang menyerang itu, tanda hewan itu sedang tidak nyaman, sedang tidak aman. Jadi melakukan tindakan begitu," tutupnya. (Fadli Mubarok)