13 April 2021
14:40 WIB
JAKARTA – Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang Brodjonegoro mengatakan, proses peralihan dari laboratorium ke manufaktur untuk produksi Vaksin Merah-Putih bukan hal yang mudah. Sebab, tidak semua industri yang akan memproduksi sudah berpengalaman.
"Mereka biasanya mungkin menerima bibit vaksin yang sudah dalam bentuk bulk dan kemudian siap untuk dimasukkan untuk proses fill and finish," ujarnya dalam acara 'Pengawalan Vaksin Merah Putih Oleh Badan POM', Selasa (13/4).
Ada empat perusahaan swasta yang bakal memproduksi Vaksin Merah-Putih, yaitu PT Tempo Scan Pacific, PT Daewoong Infion, PT Kalbe Farma, dan PT Biotis Pharmaceuticals. Mereka dinilai belum pernah produksi vaksin yang bibitnya langsung dari laboratorium.
Bambang menyebutkan PT Biotis Pharmaceuticals bahkan selama ini hanya memproduksi vaksin untuk hewan. Sementara, PT Tempo Scan Pacific sebagai perusahaan farmasi yang cukup besar belum pernah mengembangkan industri vaksin itu sendiri selama ini.
Oleh karena itu, pendampingan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menjadi penting dalam mengawal proses pembuatan vaksin sejak dari laboratorium, proses uji klinis tahap satu sampai tiga, hingga manufaktur.
"BPOM sejak awal sudah menawarkan dukungan dan bantuannya, paling tidak pendampingan bagi para pihak yang diperkirakan cukup siap untuk segera beralih dari Good Laboratory Practice ke Good Manufacturing Practice," kata dia.
Dia berharap tahap persiapan menuju uji klinis bisa dipercepat di masing-masing perusahaan tersebut, sehingga Badan POM juga dapat bantu percepatan proses uji klinisnya. Namun, Bambang memastikan bahwa semua proses harus sesuai prosedur yang ditetapkan.
"Karena kita bicara mengenai vaksin, kita bicara mengenai produk yang langsung terkait manusia, yang tentunya kalau ada kesalahan bisa banyak mengancam jiwa manusia," imbuh Bambang.
Intensitas komunikasi yang tinggi dan saling percaya antara satu pihak dengan pihak yang lain sangat diperlukan dalam setiap proses manufaktur. Tahap uji klinis 1 sampai 3 diharap bisa dipercepat dalam waktu 8–9 bulan agar vaksin bisa segera diproduksi massal.
Bambang menargetkan Vaksin Merah-Putih bisa digunakan dalam proses vaksinasi tahap pertama yang berlangsung 12–15 bulan sesuai rancangan Kemenkes. Jadi vaksin ini berfungsi sebagai booster jika daya tahan tubuh yang ditimbulkan vaksin tahap awal sudah lemah.
"Maupun vaksinasi ulang apabila ternyata daya tahan tubuh yang ditimbulkan vaksin di tahap awal itu sudah hilang," tegasnya.
Dia berharap, Vaksin Merah-Putih ke depan bisa menjadi tuan rumah di Indonesia, paling tidak ketika 2 dari 6 vaksin yang tengah dikerjakan sudah selesai. Kedua vaksin itu adalah yang dikerjakan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman dan Universitas Airlangga.
Sementara, empat vaksin lainnya dikerjakan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, dan Institut Teknologi Bandung. Semua vaksin ini dikembangkan antara lain dengan platform Protein Rekombinan dan Adenovirus.
Di samping itu, Bambang juga berharap proses pengembangan Vaksin Merah-Putih nantinya sudah memperhatikan strain atau varian baru dari virus penyebab covid-19 yang ada di Indonesia. Meskipun belum ada strain baru yang saat ini memengaruhi kinerja vaksin.
"Tetapi kita tidak pernah tahu karena segala sesuatu sangat mungkin, sangat bisa terjadi, sehingga kita harus selalu waspada dan selalu harus update hasil penelitian kita agar selalu relevan dan berguna bagi upaya kita untuk menjaga kesehatan masyarakat," ujarnya. (Wandha Nur Hidayat)