08 Agustus 2020
14:30 WIB
Editor: Agung Muhammad Fatwa
JAKARTA – Ketua Pusat Bahasa Isyarat, Laura Lesmana Wijaya mengatakan, pandemi covid-19 memberikan dampak positif, di mana pemerintah menjadi sadar bahwa tunarungu juga berhak atas informasi yang lengkap.
Menurutnya, jauh sebelum pandemi, pemerintah tampaknya belum sepenuhnya perhatian, dan bahkan terlihat adanya pengabaian kepada kaum tuli.
"Fokus mereka (pemerintah) sekarang kepada kebutuhan tuli, misalnya dibutuhkan juru bicara bahasa isyarat. Tapi sebelum adanya covid, hal itu belum sepenuhnya dilakukan," kata Laura saat acara diskusi yang disiarkan melalui YouTube BNPB, Sabtu (8/8).
Laura menuturkan, dahulu ketika ada gempa, banjir besar, dan kemudian hujan deras yang menyebabkan longsor, tunarungu tidak mendapat informasi yang cukup mengenai hal tersebut. Akan tetapi, saat ini, pemerintah menjadi lebih mengerti bahwa pemenuhan hak aksesibilitas melalui juru bahasa isyarat sangat lah penting.
Namun, adanya pandemi juga memberikan dampak negatif. Salah satunya, tunarungu yang masih bersekolah dan kini belajar dari rumah, tidak bisa berkomunikasi secara maksimal dengan orang tua mereka.
Laura menuturkan, banyak dari orang tua mereka yang belum sepenuhnya tahu bagaimana cara berkomunikasi dengan anak tuli. "Sehingga anak-anak tuli tidak merasakan kenyamanan," terangnya.
Oleh sebab itu, Laura berharap semua pihak mau belajar bahasa isyarat. Sebab, yang dibutuhkan tunarungu adalah akses layanan juru bahasa isyarat atau teks ketika ada informasi, khususnya di situasi darurat seperti ini.
Apabila masyarakat mau belajar bahasa isyarat, akan membuat situasi di tengah sulitnya pandemi ini akan lebih baik.
Selain itu, dirinya juga berharap, pemenuhan hak aksesibilitas terhadap informasi untuk tunarungu oleh pemerintah tidak berhenti di persoalan pandemi saja. "Diharapkan akan dilanjutkan," ungkap dia. (Maidian Reviani)