04 September 2017
14:39 WIB
JAKARTA – Melihat tayangan televisi, membuka surat kabar dan mengakses media online belakangan, hampir dipastikan mata kita akan menemukan satu kesamaan. Ya, iklan dan pemberitaan soal Meikarta makin merebak.
Hal yang sama juga akan kita temukan di mal-mal, khususnya mall milik Lippo Group, dan di sejumlah perkantoran. Konter-konter penjualan properti di kota Meikarta dengan staf penjualan yang rajin menawarkan barang dagangannya juga makin banyak terlihat.
Hampir semua informasi yang ditawarkan dalam beragam media tersebut, menjual mimpi baru warga kota. Meikarta seolah menjajakan cara hidup yang sangat berbeda dibandingkan dengan yang sudah dilakukan umumnya warga kota saat ini.
Mulai dari desain, visual dan aneka paket promosi memang disiapkan dengan begitu cermat dan sangat menarik. Tagline dari iklan yang didengungkan berkali-kali membuat otak kita mau tak mau merekam jika Meikarta nantinya bakal menjadi kota paling modern dengan infrastruktur dan fasilitas hidup sangat lengkap, akses yang mudah, lingkungan asri nan nyaman dan sederet kata ideal lainnya.
Betapa tidak, jika dilihat secara kasat mata, kawasan seluas 500 hektar itu memang terhubung dengan segala macam fasiltas strategis. Jarak ke Jakarta yang tak sampai 35 kilometer di pinggir tol Jakarta-Cikampek, akses ke sejumlah kawasan industri dan perdagangan di Cikarang dan Bekasi, akses ke pusat Perkantoran Pemda Kabupaten Bekasi yang hanya sepelemparan batu (sekitar 3 kilometer) dan akses ke Bandung serta daerah lain makin mudah membuat lokasi, lagi-lagi lokasi, Meikarta seperti tak ada dua.
Selain jalan tol Jakarta-Cikampek, urusan transportasi dari dan ke Meikarta dijanjikan beragam fasilitas baru. Sebut saja, kereta api cepat Jakarta-Bandung, kemudian Patimban Deep Seaport, bandara internasional Kertajati dan jalan tol Jakarta-Cikampek Elevated Higway yang kini tengah dibangun, menambah nilai plus-plus Meikarta.
“Diperkirakan waktu penyelesaian pembangunan kereta cepat akan bersamaan dengan pembangunan 100 apartemen di Meikarta,” kata Karel (bukan nama sebenarnya), salah satu Sales Executive Meikarta saat Validnews menyambangi pusat pemasaran meikarta di Maxxbox, Orange County, Cikarang, Jawa Barat akhir pekan lalu.
Sekadar mengingatkan, proses peletakan batu pertama proyek kereta cepat Jakarta – Bandung dilakukan pada 21 Januari 2016 dan direncakan selesai pengerjaannya pada 2019 sampai 2020. Proyek kereta sepanjang 142,3 km yang menghabiskan dana Rp80 triliun itu dikerjakan oleh PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) sebagai badan usaha perkeretaapian yang 60% sahamnya dimiliki oleh PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) dan 40% sisanya dikuasai China Railway International (CRI).
Investor China
China, ya China. Proyek kereta cepat seperti diketahui memang jatuh ke investor China setelah pemerintah lebih memilihnya ketimbang perushaan Jepang yang sudah melakukan pra-feasibility study sebelumnya.
Sulit rasanya jika pemilihan China dalam pengerjaan proyek kereta cepat ini tak dihubungkan dengan proyek Meikarta. Sebagai taipan berdarah Tionghoa, link bisnis Pendiri Lippo Group Mochtar Riady di China dipastikan juga kuat. Pun dengan link bisnis dan politik Lippo Group di Indonesia, mereka bisa ikut mendorong golnya proyek kereta cepat ke tangan China.
Ada alasan untuk itu. Bukan hanya keuntungan akses dan bahan jualan Meikarta yang didapat, pendanaan dari sejumlah institusi China pun berpotensi diraih. Untuk diketahui, kabarnya China Development Bank (CDB) bersedia meminjamkan dana US$4,5 miliar untuk proye kereta cepat. Bukan tak mungkin hal yang sama juga diberikan ke proyek Meikarta. Suatu simbiosis mutualisme yang benar-benar menguntungkan.
Meikarta yang digadang-gadang menelan investasi Rp 278 triliun ini merupakan proyek terbesar sepanjang 67 tahun sejarah berdirinya Group Lippo. Sebelumnya, Lippo sudah membangun beberapa ‘kota’, di antaranya Lippo Cikarang, Bukit Sentul Bogor dan Lippo Karawaci, Tangerang.
Bagi Lippo, gagasan Meikarta sesungguhnya bukan hal baru. Meikarta, mengacu kepada nama Ibu dari James Riady atau istri dari Mochtar Riady, justru telah lebih dulu memiliki proyek sejenis.
Lippo Village atau dulu dikenal dengan nama Lippo Karawaci di Tangerang. Berdiri di lahan seluas 1.300 hektare atau hampir tiga kali lipat Meikarta dengan kualitas lingkungan setara Eropa. Kawasan ini sudah dibangun sejak 1991 oleh Lippo.
Namun, Lippo menjanjikan Meikarta lebih dari semua yang pernah mereka bangun. “Ini pembangunan kota baru ke sembilan namun akan terindah dan lengkap", begitu kata CEO Lippo Group James Riady.
Dalam beberapa kesempatan, James menyebutkan pengembangan Meikarta bahkan akan mencontoh kota Shenzen di China. Shenzen yang pada tahun 80-an hanya kota kecil di utara Hong Kong, kini memang menjadi salah satu pusat bisnis paling penting di dunia
Menurut James, lokasi Meikarta berada di jantung ekonomi RI di koridor Jakarta-Bodetabek-Bandung yang berkontribusi sebesar 60% ekonomi nasional. Dari jumlah tersebut 80% di antaranya berada di pusat Bekasi-Cikarang dengan penduduk yang akan mencapai 20 juta dalam waktu 15-20 tahun ke depan.
Direktur Lippo Design Institute Alwi Sjaaf juga berani mengatakan kalau Meikarta itu menyajikan keunikan pola desain New York City dengan traffic-efficient grid system dan satu taman terbuka hijau seluas 100 hektar. Di tengah taman tersebut, disiapkan danau buatan besar yang mampu menampung 300 ribu m2 air yang juga berfungsi sebagai penanggulangan banjir.
Di Meikarta dirancang jalan raya sistem grid yakni membuat hunian dengan sistem blok, dan dikombinasikan dengan jalan utama yang berukuran lebar. Desain Meikarta juga disebutnya sangat memperhatikan lingkungan hidup modern yang bersahabat dengan lingkungan.
“Infrastruktur yang sangat up to date,” serunya.

Tawaran Fasilitas
Dalam siaran pers yang disampaikan kepada media, Lippo Group menyebutkan persiapan kota Meikarta sudah dimulai sejak 2014 dan mulai dibangun di 2016. Tahap pertama pembangunan di atas lahan seluas 22 Juta m² di luar lahan parkir ini, rencananya akan di bangun selama 3 tahun. Pada pembangunan tahap pertama ini juga, akan ada 400 ribu rumah yang ditargetkan akan selesai tahun 2020.
Sebanyak 200 gedung pencakar langit yang masing-masing berketinggian 35-46 lantai juga saat ini tengah dibangun. "Tahap pertama akan selesai dalam tiga tahun dan keseluruhannya rampung dalam lima tahun. Pengerjaannya melibatkan 85.000 pekerja. Sebanyak 50 gedung akan siap dihuni pada Desember 2018,” tutur James.
Fasilitas lainnya, bakal ada tujuh perbelanjaan dengan total luas 1,5 juta meter persegi. Pusat kesehatan dan rumah sakit internasional, pusat keuangan internasional, sepuluh hotel berbintang lima, perpustakaan nasional, pusat kesenian, dan pusat riset industry.
Memanfaatkan pasar yang besar di bisnis MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition) Lippo Group juga akan membangun International Exhibition and Convention Center dengan kapasitas 200 ribu orang di Meikarta. Lippo yakin, dengan adanya tempat yang luas disertai dukungan fasilitas memadai dan akses yang mudah, daerah tersebut akan menjadi daya tarik bagi pebisnis.
Dibidang Pendidikan, disiapkan pula sebanyak 10 SD internasional dan nasional plus, 5 SMP/SMA nasional dan internasional, tiga univesitas, internasional exhibition centre, serta Indonesian Silicon Valley.
Kepercayaan diri Lippo Group melihat kawasan Meikarta berkembang pesat lantaran daerah ini juga ditopang dengan keberadaan beberapa wilayah baru lainnya, seperti Lippo Cikarang, Jababeka, dan MM2100, yang tumbuh sebagai kawasan industri.
Sementara dari sisi infrastruktur, akses Meikarta akan ditunjang oleh sejumlah infrastruktur pemerintah, seperti kereta cepat Jakarta-Bandung, ruas jalan tol Jakarta-Cikampek Elevated Highway, pelabuhan Patimban, Bandar Udara Internasional Kertajati, serta kereta api jenis monorail yang menyatukan tujuh kota di sekitar Meikarta.
Pergerakan penghuni di internal kota sendiri telah dipersiapkan dengan matang. Lippo mengaku menyiapkan transportasi internal, yaitu APM (Automated People Mover) yang dapat menghubungkan semua bagian titik di Meikarta. Nilai lebih lainnya sebuah kota yang dijanjikan Lippo adalah lebar jalan. Meikarta dikatakan akan memiliki lebar jalan ROW 6 lane (30 meter), 8 lane (48 meter) dan 10 lane (60 meter).
Lalu, berapa harga yang harus dikeluarkan masyarakat untuk menikmati semua mimpi tersebut? Saat ini, harga tanah di kawasan Meikarta pun sudah dipatok di bawah Rp12.5 juta per meter persegi dengan kredit kepemilikan rumah atau apartemen selama 20—25 tahun dengan suku bunga 8,25%.
Menurut Lippo Group harga tersebut sudah 50 persen lebih rendah harga di koridor Bekasi-Cikarang yang sudah mencapai Rp 18-20 juta per meter persegi. Pembeli juga bisa membayar booking fee hanya Rp 2 juta dan selanjutnya uang muka sebesar 10 persen. James menilai, harga hunian di kota baru full access ini hanya sekitar sepertiga dari hunian di Kemang Village, Jakarta Selatan.
Sisakan Masalah
Di luar semua keuntungan yang dipromosikan tersebut, proyek seperti Meikarta tentu menimbulkan ekses sampingan. Beberapa di antaranya adalah harga tanah disekitarnya yang bakal makin melambung meski tanpa daya dukung yang mumpuni. Akhirnya akan tumbuh perumahan-perumahan baru di sekeliling kota baru yang tidak seusai dengan rencana tata kota.
Peralihan lahan pertanian tadah hujan dan kawasan pedesaan menjadi kompleks perkotaan mewah juga menyimpan masalah lain. Warga lokal bakal terpinggirkan dan berganti dengan pendatang yang memiliki uang untuk mengkases semua fasiltas yang ditawarkan. Kesenjangan yang tidak dikelola dengan baik tentu berpotensi menimbulkan kecemburuan sosial.
Pembangunan kota-kota baru seperti Meikarta biasanya juga berpotensi semakin mengurangi kendali pemerintah terhadap suatu wilayah. Kesan eksklusifitas karena merasa mampu ‘mengatur dirinya sendiri’, bakal menimbulkan gesekan ke pemerintahan lokal.
Saat ini saja, pemerintahan daerah baik pemerinta Provinsi jawa Barat dan pemerntah Kabupaten Bekasi merasa dikangkangi lantaran Meikarta terus saja membangun meskipun belum melengkapi sejumlah persyaratan dan perizinan sesuai aturan yang berlaku.
Kesan ada ‘negara dalam negara’ seperti yang dilontarkan Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar, tentu memantik pertentangan dan membangunkan sikap kritis masyarakat. Bukan tanpa sebab, ‘pelecehan’ yang dilakukan Lippo dengan tak acuh pada peringatan pemerintahan daerah, bisa saja menjadi senjata masyarakat untuk menentang pemerintah daerah juga.
Rakyat bakal bisa bilang, kenapa kalau bangun warung di pinggir jalan, kita harus digusur dan dikejar-kejar aparat. Bahkan sekalipun lahan milik sendiri tetap harus sesuai izin dan peruntukan. Sedangkan yang pengusaha raksasa, masih bisa jalan dengan tenang meskipun izin bisa diurus belakangan. (Nofanolo Zagoto, Faisal Rachman, James Manulang)