23 Oktober 2020
12:40 WIB
Editor: Agung Muhammad Fatwa
JAKARTA – Seiring bertambahnya jumlah pesepeda di ibu kota, angka kasus penjambretan pesepeda turut bertambah. Meski sejumlah pelaku penjambretan sudah tertangkap, tidak ada salahnya mengantisipasi tindak kriminal tersebut.
Ketua Komunitas Brompton Owner Group Kelapa Gading dan Sekitarnya, Chriswanto menyarankan para pesepeda untuk tidak menaruh barang berharga di lokasi-lokasi yang mencolok. Misalnya, menaruh ponsel di setang sepeda, belakang baju, atau di dalam tas selempang yang longgar.
Hal itu dilakukan agar pesepeda tidak terlihat mencolok dan menarik perhatian penjambret sehingga pesepeda dapat aman saat mengayuh sepeda.
"Pertama, hindari menaruh barang berharga di lokasi-lokasi yang mencolok. Seperti meletakkan ponsel (telepon seluler) di setang sepeda, di belakang baju, dan di dalam tas selempang yang longgar. Itu sebisa mungkin dihindari," ujar Chriswanto dikutip dari Antara, Jumat (23/10).
Kiat kedua, dengan bersepeda bersama komunitas atau beriringan dengan kelompok. Hal itu perlu dilakukan karena hingga saat ini penjambret spesialis pesepeda melancarkan aksinya saat pesepeda tidak ditemani orang lain atau sendirian.
Selanjutnya, kiat yang paling penting adalah selalu menggunakan alat pelindung diri seperti helm saat bersepeda. Pelindung diri menjadi penting jika terjadi penjambretan setidaknya organ terpenting, yaitu kepala dapat terlindungi.
Kiat terakhir yang dapat dilakukan pesepeda agar aman saat bersepeda di Jakarta adalah istirahat di trotoar. Jangan beristirahat di badan jalan karena rentan sekali penjambretan.
"Jambret itu melancarkan aksinya naik motor. Kalau di badan jalan otomatis dia bisa sedikit berhenti dan merebut barang berharga kita, saat istirahat di badan jalan. Jadi pastikan di trotoar sehingga memperkecil potensi penjambretan," ujar Chriswanto.
Untuk melindungi komunitasnya sendiri, komunitas ini sering mengerahkan tim khusus yang menggunakan motor biasa di depan rombongan sepeda. Biasanya aka nada tiga motor yang mendahului rombongan.
“Tim khusus ini bisa pakai motor, motor biasa saja. Kalau misalnya kita komunitas mau gowes sekitar 40 orang. Ya nanti ada tiga motor itu satu di depan, satu di tengah, dan satu di belakang untuk mengawal semua yang bersepeda. Itu jadi jika ada kejadian seperti jambret, gerakannya akan lebih cepat. Setidaknya bisa dikejar,” kata Chriswanto.
Terkait dengan aksi penjambretan yang sering terjadi dan upaya polisi menangkap oknum pelaku, Chriswanto menyampaikan apresiasi. Harapannya agar dengan adanya penjagaan dari petugas keamanan secara khusus bagi pesepeda, tidak ada lagi kasus penjambretan yang harus dialami pengguna kendaraan beroda dua yang ramah lingkungan itu.
“Kami tentu apresiasi. Kami sebagai komunitas pesepeda tentu senang dengan adanya upaya-upaya dari polisi menjaga kami. Mudah-mudahan kejadian seperti ini bisa berkurang sehingga kita para pesepeda bisa nyaman gowes,” ujar Chriswanto. (Yanurisa Ananta)