c

Selamat

Senin, 17 November 2025

NASIONAL

15 Mei 2019

14:29 WIB

Kenali Beda Cacar Monyet dan Cacar Air

Demi mencegah penularan virus penyebab cacar monyet, sebaiknya hindari kontak dengan tikus dan primata.

Kenali Beda Cacar Monyet dan Cacar Air
Kenali Beda Cacar Monyet dan Cacar Air
Sejumlah penumpang berjalan melewati alat pemindai panas tubuh di terminal kedatangan internasional Bandara Sultan Syarif Kasim II di Kota Pekanbaru, Riau, Selasa (14/5/2019). Otoritas Bandara Sultan Syarif Kasim II menyatakan alat pemindai panas tubuh sudah diaktifkan untuk memantau penumpang dari Singapura dan Malaysia yang berpotensi terjangkit virus cacar monyet (monkeypox). ANTARA FOTO/FB Anggoro

JAKARTA – Sebagian orang mungkin mengira cacar monyet (monkeypox) tak jauh beda dengan cacar air karena memang tampak mirip. Sebenarnya, kedua penyakit ini berbeda, baik dari segi jenis virus maupun cara penularannya.

Badan Kesehatan Dunia (WHO), seperti yang dilansir Antara, menyebutkan bahwa penyakit ini disebabkan virus zoonosis langka yang ditularkan dari hewan ke manusia. Media penularannya antara lain kontak darah, cairan tubuh, lesi kulit, atau mukosa hewan yang terinfeksi.

Sebaliknya, cacar air disebabkan virus varicella zoozter. Biasanya cacar air ditularkan melalui pernapasan dan kontak langsung dengan lesi orang yang terinfeksi.

Penderita cacar monyet yang endemik ditemukan di desa-desa Afrika Tengah dan Barat itu biasanya mengalami sejumlah gejala yang berlangsung selama 14–21 hari. Gejalanya antara lain demam, sakit kepala hebat, pembengkakan kelenjar getah bening, sakit punggung, mialgia (nyeri otot), dan astenia yang intens (kekurangan energi).

Penderita juga biasanya mengalami ruam kulit di wajah dan menyebar di tempat lain di tubuh. Ruam umumnya diikuti munculnya kerak.

Di sisi lain, gejala penderita cacar air memang relatif sama, seperti demam, nafsu makan berkurang, dan mual. Mereka juga umumnya memiliki ruam merah kecil di beberapa bagian tubuhnya dan gatal. Ruam ini muncul 10–21 hari setelah terpapar virus dan biasanya berlangsung sekitar 5–10 hari.

Cacar monyet hanya dapat didiagnosis secara pasti melalui pemeriksaan laboratorium khusus dengan sejumlah tes yang berbeda.

Saat ini, tidak ada perawatan khusus atau vaksin yang bisa mencegah infeksi virus cacar monyet, padahal pada masa lalu vaksinasi terbukti 85% efektif mencegah cacar. Setelah cacar monyet bisa terkendali, vaksin ini tidak lagi tersedia.

Dalam kasus cacar air, dokter biasanya meresepkan obat untuk mengurangi gejala cacar air semakin parah dan, jika perlu, mengobati komplikasi. Berbeda dari cacar monyet, ada vaksin cacar air (varicella) sebagai cara terbaik untuk mencegahnya.

Demi mencegah penularan virus penyebab cacar monyet, sebaiknya hindari kontak dengan tikus dan primata. Batasi konsumsi darah dan daging yang tidak dimasak dengan baik.

Selain itu, jangan dulu melakukan kontak fisik orang yang terinfeksi atau bahan yang terkontaminasi. Sarung tangan dan pakaian pelindung lainnya perlu dipakai saat menangani hewan yang sakit atau jaringannya yang terinfeksi.

Sebelumnya, Senin (13/5), Kementerian Kesehatan (Kemenkes) juga memberikan imbauan kepada masyarakat yang baru kembali dari perjalanan di wilayah yang terjangkit monkeypox untuk segera memeriksakan diri apabila mengalami gejala.

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Anung Sugihantono, mengimbau masyarakat untuk memeriksakan diri jika mendapati gejala seperti demam tinggi mendadak, pembesaran kelenjar getah bening, dan ruam kulit dalam waktu kurang dari tiga minggu setelah melakukan perjalanan. Masyarakat yang habis bepergian juga diminta untuk menginformasikan kepada petugas kesehatan tentang riwayat perjalanannya.

Masyarakat diminta untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti cuci tangan dengan sabun, menghindari kontak langsung dengan tikus atau primata, dan membatasi pajanan (exposure) langsung dengan darah atau daging yang tidak dimasak dengan baik.

Selain itu, kontak fisik dengan orang yang terinfeksi atau material yang terkontaminasi dan hewan liar juga perlu dihindari. Jangan pula mengonsumsi daging hasil buruan hewan liar (bush meat). Kasus penyakit monkeypox dikonfirmasi terjadi di Singapura setelah seseorang kembali dari perjalanan ke Afrika.

Wilayah terjangkit monkeypox secara global meliputi Afrika Tengah dan Barat, seperti Kongo, Kamerun, Afrika Tengah, Nigeria, Pantai Gading, Liberia, Sierra Leone, Gabon, dan Sudan Selatan. Sampai saat ini, belum ditemukan kasus monkeypox di Indonesia. (Nofanolo Zagoto)


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar