17 September 2018
10:06 WIB
Editor: Agung Muhammad Fatwa
BANDARLAMPUNG – Pijar api dan guguran lava pijar Gunung Anak Krakatau masih terus berlangsung. Semburan lava pijar ke arah Selatan yang disertai dentuman dan getaran menunjukkan tingkat aktivitas Gunung Anak Krakatau yang harus diwaspadai.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Senin (17/9) melaporkan, dari pantauan Pos Pengamatan Gunung Api Anak Krakatau di Selat Sunda, menunjukkan secara visual kondisi gunung kabut 0-III. Asap kawah tidak teramati.
Visual pada malam hari baik langsung maupun lewat CCTV teramati sinar api dan guguran lava pijar ke arah selatan. Terdengar suara dentuman dan getaran yang lemah dirasakan di Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau. Namun, kondisi ombak laut tenang. Kegempaan terjadi Tremor Menerus (Microtremor) terekam dengan amplitudo 17-52 mm (dominan 47 mm).
Gunung api di dalam laut (305 meter dari permukaan laut) itu cuaca cerah dan berawan. Angin bertiup lemah ke arah utara dan timur laut. Suhu udara 23-32 derajat celsius, kelembapan udara 32-91%, dan tekanan udara 0-0 mmHg.
Kesimpulannya tingkat aktivitas Gunung Anak Krakatau Level II (Waspada), dan direkomendasikan masyarakat/wisatawan tidak diperbolehkan mendekati kawah dalam radius 2 km dari kawah.
Dalam sepekan terakhir Gunung Anak Krakatau tak henti mengalami tremor. Nelayan dan wisatawan diingatkan untuk tidak mendekat dalam radius dua kilometer dari gunung tersebut.
Kepala Pos Pemantau Gunung Anak Krakatau Andi Suardi di Desa Hargopancuran, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan, mengatakan dari hasil pemantauan visual atas Gunung Anak Krakatau terhalang kabut, dan tak ada erupsi.
Karena aktivitas Gunung Anak Krakatau sulit diprediksi, namun ia menyebutkan bahwa status gunung itu tetap waspada sehingga para nelayan dan wisatawan dilarang mendekati.
Andi Suardi menjelaskan bahwa Gempa tremor adalah gempa yang bisa mengindikasikan aktivitas vulkanik dan menjadi parameter penting sebelum terjadi letusan.(Rafae Sebayang)