22 Januari 2020
19:07 WIB
Editor: Agung Muhammad Fatwa
JAKARTA – PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) optimistis pembangunan jembatan penghubung antara Transjakarta di halte CSW (centrale stichting wederopbouw) dan Stasiun Moda Raya Terpadu (MRT) ASEAN akan menambah jumlah penumpang. Direktur Utama Transjakarta Agung Wicaksono mengatakan, potensinya besar, berkaca pada pengalaman di Koridor 1 (Kota-Blok M).
“Penumpang Koridor 13 ada 30 ribu sehari. MRT (di Stasiun ASEAN) ada 2.500 pelanggan. Jadi bayangkan di atas (Transjakarta) ada 30 ribu, di sini (Stasiun ASEAN) ada 2.500. Tentu potensinya akan besar,” tutur Agung Wicaksono di Stasiun MRT ASEAN, Jakarta Selatan dalam acara Pencanangan Groundbreaking halte Transjakarta CSW, Rabu (22/1).
Agung optimistis jumlah penumpang bertambah karena hal serupa pernah terjadi di halte Bundaran Hotel Indonesia (HI) Koridor 1. Kemunculan MRT fase satu (Bundaran HI–Lebak Bulus) yang satu jalur dengan Transjakarta Koridor 1 sempat membuat pengguna bertanya apakah Koridor 1 akan tetap beroperasi.
Nyatanya, kata Agung, jumlah pengguna Transjakarta Koridor 1 justru mengalami peningkatan menjadi 90 ribu sehari dari sebelumnya 80 ribu. Kendati begitu, Agung belum bisa memastikan angka pasti penambahan penumpang di Halte CSW.
“Dulu Koridor 1 Transjakarta 80 ribu. Kemudian orang-orang mengatakan, apakah Koridor 1 dilanjutkan atau tidak ketika adanya MRT. Ternyata sekarang dengan adanya MRT beroperasi, Koridor 1 malah meningkat menjadi 90 ribu dan MRT sudah 95 ribu,” jelas Agung.
Moda transportasi MRT di Stasiun ASEAN dan halte Transjakarta CSW akan terintegrasi bulan Agustus. Fase pertama yang menelan biaya Rp30 miliar akan selesai di bulan Agustus, sedangkan fase kedua selesai di akhir tahun 2020. Total biayanya Rp55 miliar.
Senada, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memperkirakan keberadaan jembatan penghubung di Halte CSW dan Stasiun ASEAN akan mendatangkan pengguna baru.
“Di samping yang sudah pengguna. Berpotensi juga pengguna baru. Dari Sudirman–Thamrin ke arah Kebayoran Lama yang dulunya menggunakan moda lain, dengan ketersambungan ini mereka bisa berputar ke MRT karena mereka bisa transit.” Imbuh Anies.
Selain menambah jumlah penumpang, pembangunan jembatan penghubung akan memberi ruang bagi Transjakarta dan MRT untuk menambah pendapatan dari non-fairbox bussiness (NFB/pendapatan non-tiket). Selama ini, pendapatan Transjakarta bersumber dari public service obligation (PSO) dan penjualan tiket. NFB akan bekerja sama dengan MRT sebagai pengelola Kawasan Transit Oriented Development (TOD) di Blok M. (Yanurisa Ananta)