05 Agustus 2020
15:27 WIB
Editor: Agung Muhammad Fatwa
JAKARTA – Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang Brodjonegoro menandatangani nota kesepahaman kerja sama riset dan inovasi antara Indonesia dan Inggris. Ini merupakan perpanjangan kerja sama di bawah skema Newton Fund yang sudah berlangsung sejak 2015.
"Perpanjangan kemitraan dalam riset dan inovasi dalam jangka panjang akan meningkatkan kemampuan Indonesia untuk mengembangkan ekonomi berbasis pengetahuan dan dapat bersaing di pasar global," kata Bambang dalam telekonferensi, Rabu (5/8).
Dia mengungkapkan, fokus kerja sama riset dan inovasi kedua negara terutama diupayakan di bidang penyakit menular, khususnya dalam penanggulangan pandemi covid-19. Misalnya, mulai dari pembuatan vaksin, obat, hingga alat-alat kesehatan.
Kendati demikian, kerja sama riset dan inovasi di bidang lain juga tetap terbuka untuk dilakukan. Antara lain di bidang energi baru terbarukan dan transportasi. Ruang lingkup seluruh riset mencakup riset dasar hingga riset terapan.
"Karena kebetulan kita sedang mengalami pandemi, maka otomatis perhatian atau fokus pada pandemi tetap akan menjadi bagian yang penting. Tetapi kita tidak menutup potensi kerja sama riset di bidang lainnya," ungkap dia.
Bambang menjelaskan, kerja sama yang berlangsung sepanjang 2015–2019 telah menghasilkan lebih dari 2.200 publikasi internasional. Jumlah publikasi ditargetkan meningkat pada perpanjangan kerja sama ini yang akan berlangsung hingga 2025.
"Nota kesepahaman ini akan menjadi payung bagi pelaksanaan kerja sama riset dan inovasi yang dilakukan oleh instansi riset maupun perguruan tinggi," ucap Bambang.
Kerja sama riset di bawah Newton Fund disampaikan Bambang telah menguntungkan kedua negara dan berdampak langsung bagi masyarakat. Salah satunya hasil riset kolaborasi antara Universitas Huddersfield dan Institut Teknologi Bandung (ITB) yang meraih Newton Prize di London awal 2020.
Riset yang dimaksud merupakan terkait mitigasi dampak dari tsunami di wilayah desa pinggir pantai. Bambang menyebut riset ini memang tidak berbentuk produk, melainkan terkategori sebagai riset sosial-humaniora untuk mitigasi bencana.
"Model kerja sama Newton Fund akan kami gunakan sebagai contoh dalam penerapan kemitraan ilmu pengetahuan internasional yang lainnya," imbuhnya.
Menteri Ilmu Pengetahuan, Riset, dan Inovasi Inggris, Amanda Solloway menuturkan, kerja sama riset untuk mencegah penyakit menular sangat penting saat ini. Dia sepakat dengan Bambang Brodjonegoro tentang konsep komunitas dunia ketika disampaikan saat acara Newton Prize 2020.
"Apa yang beliau ungkapkan adalah konsep yang sangat kuat, terutama dalam beberapa bulan terakhir. Krisis virus corona ini telah mengingatkan kita betapa terhubungnya kita satu sama lain di dunia ini. Namun kita juga diingatkan betapa rapuhnya kita oleh pandemi ini," kata Amanda.
Tetapi tantangan global saat ini, lanjut dia, bukan pandemi covid-19 saja, tetapi juga bencana alam lain terkait pemanasan global. Hasil riset Universitas Huddersfield dengan ITB pun dianggap berguna bagi Inggris untuk mitigasi naiknya permukaan laut di pesisir Inggris.
Lebih lanjut, Amanda meyakini berlanjutnya kerja sama ini punya manfaat besar bagi peneliti kedua negara. Para peneliti bisa saling bertukar pengetahuan dan pengalaman, serta saling mencoba fasilitas ilmu pengetahuan dan teknologi.
"Saya sangat senang dapat menandatangani perjanjian kerja sama untuk mendukung kemitraan Inggris-Indonesia dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, yang memastikan kolaborasi kedua negara kita akan terus berlanjut," pungkasnya. (Wandha Nur Hidayat)