30 April 2019
19:38 WIB
Editor: Agung Muhammad Fatwa
BANDA ACEH – Budayawan Tarmizi A Hamid menilai identitas Aceh sekarang ini semakin tergerus dan dikhawatirkan hilang. Penyebabnya, karena masyarakat tidak lagi melestarikannya.
"Identitas ini merupakan tradisi yang ditinggalkan oleh leluhur. Namun, kini semakin ditinggalkan," kata Tarmizi A Hamid atau akrab disapa Cek Midi pada diskusi publik membahas "Identitas Aceh, Masih Adakah?" di Kantor LKBN Antara Biro Aceh. di Banda Aceh, seperti dilansir Antara, Selasa (30/4).
Selain Tarmizi A Hamid, juga menampilkan Masrul Aidi dari kalangan ulama, serta TA Sakti dari akademisi. Dia menyebutkan, berbicara identitas Aceh, secara otomatis berkaitan dengan Islam. Sebab mayoritas masyarakat Aceh beragama Islam.
"Apa tradisi kita Islam. Ulama sudah membahas semua, misalnya pada bulan suci Ramadan, ulama mengeluarkan imbauan bahwa berjualan dibolehkan setelah salat Asar, tapi jam tiga sudah ada yang berjualan. Ke mana identitas kita Aceh?" Kata Cek Midi.
Penyebab identitas Aceh semakin tergurus, kata Tarmizi, karena kurangnya pendidikan masyarakat Aceh tentang konsep identitas keacehan itu sendiri. Terutama peran orang tua menjadi penyebab hilangnya nilai keacehan pada anak-anak generasi penerus.
Untuk membangun kembali identitas Aceh, maka harus melalui jalur akademik. Caranya, melalui sebuah rekomendasi Pemerintah Aceh ke kampus-kampus guna membangkitkan identitas Aceh yang betul-betul berkarakter.
"Identitas Aceh luar biasa. Begitu hebat Aceh ini karena identitas yang sangat melekat. Hebatnya Aceh karena identitas keacehannya pada orang Aceh yang sangat melekat," kata Tarmizi A Hamid.
Sementara itu, Akademisi Unsyiah TA Sakti juga menyampaikan terkait hilangnya identitas Aceh dari huruf Arab Jawi yang dulunya digunakan orang Aceh untuk berkomunikasi.
"Namun, penggunaan huruf ini semakin tidak terlihat. Cara mengembalikannya, tentu dengan kebijakan pemerintah daerah masukkan melalui kurikulum inti,” kata TA Saksi. (Nofanolo Zagoto)