c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

NASIONAL

04 Mei 2018

15:09 WIB

Hubungan Polisi-Pemuka Agama Harus Erat

Kekerasan antarumat Bergama terjadi akibat tidak adanya paham ajaran agama yang menyejukkan

Editor: Agung Muhammad Fatwa

Hubungan Polisi-Pemuka Agama Harus Erat
Hubungan Polisi-Pemuka Agama Harus Erat
Wakil Presiden Jusuf Kalla. ANTARA FOTO/Zabur Karuru

JAKARTA – Pada prinsipnya, polisi dan ulama memiliki peran sama dalam mengingatkan masyarakat agar jauh daripada kejahatan maupun pelanggaran. Akan tetapi, jika dilihat akhir-akhir ini, hubungan kedua profesi itu terkesan bertentangan.

Berdasarkan pemberitaan-pemberitaan di berbagai media, polisi dan ulama seolah selalu ada pada posisi yang berbeda di ranah politik. Untuk menyikapi hal ini Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) meminta jajaran Polri (Polisi Republik Indonesia) untuk membina dan memperat hubungan dengan para pemuka agama, khususnya di daerah, untuk mencegah berkembangnya paham radikalisme.

"Pemerintah dan juga Kepolisian harus juga memahami prinsip-prinsip agama yang baik dan juga berhubungan dengan pimpinan-pimpinan keagamaan, supaya jangan pimpinan-pimpinan keagamaan itu justru membuat masyarakatnya menjadi radikal," kata JK seperti dilansir Antara, Jumat (4/5).

Menurut JK, konflik sosial berdasarkan perbedaan agama mudah terjadi karena konflik tersebut bisa dengan mudah mendapatkan massa dan hampir tidak ada yang bersikap netral. Konflik semacam itu pernah terjadi di Ambon pada 1999 dan di Poso pada 1998 hingga 2001.

Ia menambahkan, semua orang, apabila masuk ke ranah agama itu tidak ada yang netral. Semua pasti berpihak ke salah satu, maka terjadilah konflik seperti di dua daerah itu yang kemudian menimbulkan korban.

Kekerasan antarumat Bergama, diakui JK terjadi akibat tidak adanya paham ajaran agama menyejukkan yang diterima pelaku kekerasan tersebut. Oleh karena itu, peran para pemuka agama dalam hal ini sangat diperlukan, untuk memberikan pemahaman hidup beragama secara damai.

"Kenapa terjadi korban yang luar biasa apabila terjadi konflik agama? Karena ada pikiran yang kadang-kadang disodorkan oleh pimpinan masing-masing kelompok, bahwa apabila membunuh lawan, membakar Masjid atau Gereja, maka dia bisa masuk surga. Itu konsep jihad yang keliru," ucap JK.

Berdasarkan pengalamannya, JK menceritakan, dalam menyelesaikan konflik di Ambon dan Poso menemukan paham jihad yang salah di kalangan para pelaku kekerasan antarumat beragama. Ketika di Ambon, JK bertanya kepada pelaku kekerasan dan mendapatkan jawaban bahwa perbuatan mereka tersebut didasarkan atas keinginan jihad yang keliru.

"Orang bunuh diri itu untuk mencari surga, dia ingin masuk surga secara tepat. Di Ambon, saya ketemu dengan mereka; mereka ingin masuk surga lewat jalan tol, segera, dan itu terjadi," tutupnya.

Oleh karena itu, JK berharap jajaran Polri di daerah dapat membina hubungan baik dengan para pemuka agama dan memahami ajaran agama yang mengutamakan perdamaian. (Fadli Mubarok)


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar