11 Juni 2020
17:42 WIB
Editor: Agung Muhammad Fatwa
JAKARTA – Menginap di hotel dengan segala fasilitasnya yang lengkap memberikan keleluasaan pada tamu untuk melakukan hal favoritnya. Sebut saja berenang di kolam, berolahraga di gym hingga relaksasi di tempat spa.
Namun pada fase kelaziman baru, hal-hal tersebut tak lagi sama seperti dulu. Country Stock Head OYO Hotels and Homes Indonesia Carlo Ongko menuturkan, akan ada penyesuaian selama fase kelaziman baru dijalankan. Hal ini menurutnya membuat sehingga pengalaman menginap di hotel akan sedikit berbeda dari biasanya.
Ia menuturkan, ada langkah tambahan yang harus dilewati tamu sebelum menginap di hotel. Kata Carlo, tamu yang datang untuk menginap di hotel OYO harus mengisi formulir deklarasi diri mengenai kondisi kesehatan hingga sejarah bepergian.
"Untuk swab test, belum wajib (untuk boleh menginap)," kata Carlo dalam konferensi pers daring, Kamis (11/6)
Ia melanjutkan, pemeriksaan suhu tubuh, pembatasan jarak dan berkurangnya kontak fisik dengan staf, menjadi standar baru dalam kondisi saat ini. Selain itu, fasilitas-fasilitas publik di penginapan untuk sementara akan ditutup demi menekan risiko penyebaran virus corona.
"Fasilitas publik seperti kolam renang tidak dibuka, tapi kalau diklaim sudah aman (oleh pemerintah), fasilitas publik akan dibuka," serunya.
Carlo menambahkan, hotel pun sudah siap mengakses bantuan darurat dari rumah sakit terdekat, bila ada tamu yang sakit.
Kepala Bidang Industri Pariwisata Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif DKI Jakarta Bambang Ismadi mengimbau hotel untuk menyediakan kamar khusus untuk isolasi. Hal ini sebagai langkah pencegahan bila ada tamu atau staf yang terpapar virus corona.
"New normal alias masa transisi ini bukan pembebasan PSBB, tetapi masa uji coba dengan sedikit kelonggaran. Jangan diartikan sesuatu yang sifatnya bebas, tetap ada aturan," tuturnya.
Dia berharap industri yang mulai kembali bergeliat di tengah masa transisi, termasuk pariwisata, bisa menerapkan aturan sesuai protokol kesehatan. Kelonggaran selama masa transisi pun akan dievaluasi setelah 2 Juli 2020. Bila hasil evaluasinya bagus, pembatasan akan semakin dilonggarkan.
"Misalnya restoran dan mal bisa buka (kapasitas) lebih dari 50%, mungkin bisa dine in dengan kapasitas 70%. Kalau banyak penularan, bisa dikurangi atau ditutup lagi," cetusnya.
Pekerja hotel menggunakan alat pelindung diri saat menyiapkan kamar di Hotel Inaya Putri Bali, Nusa Dua, Badung, Bali, Jumat (5/6/2020). Menjelang penerapan tatanan hidup normal baru (new normal), hotel tersebut menerapkan protokol kesehatan seperti dengan penggunaan alat pelindung diri, melakukan penyemprotan cairan disinfektan secara rutin, memeriksa suhu tubuh tamu hotel, memberi jarak antar kursi di restoran serta menyiapkan menu makanan secara digital sebagai upaya pencegahan penyebaran COVID-19. ANTARAFOTO/Fikri Yusuf.
Sanitized Stay
Sementara itu, OYO Hotels & Homes meluncurkan program kualifikasi Sanitized Stay di Indonesia yang telah diterapkan hampir 200 mitra se-Indonesia. Program ini diklaim memberikan kenyamanan dan keamanan konsumen dalam menyambut fase kelaziman baru.
Program kualifikasi ini, kata Country Head Emerging Business OYO Hotels and Homes Indonesia Eko Bramantyo, membuat mitra OYO menerapkan standard baru dalam beroperasi. Di antaranya meminimalisasi kontak fisik antara staf dan konsumen selama pandemi covid-19.
"Harapannya ini akan kembali menaikkan gairah bisnis semua mitra OYO, meningkatkan gairah industri hospitality di Indonesia," ujarnya dalam konferensi pers virtual, Kamis.
Eko menambahkan, program ini secara bertahap akan diterapkan ke seluruh jaringan OYO se-Indonesia. Sekadar informasi, program Sanitized Stay bukan cuma diluncurkan di Indonesia, tapi di berbagai wilayah operasional OYO di Asia.
Properti yang telah sesuai dan mengikuti protokol program ini akan mendapatkan label dan logo Sanitized Stay. Tamu juga dapat mencari properti yang telah mendapatkan kualifikasi tersebut melalui aplikasi.
Carlo Ongko menambahkan, ada beberapa hal yang harus dipatuhi properti dengan kualifikasi Sanitized Stay. Pertama, lingkungan harus dijaga tetap higienis. Desinfeksi dilakukan secara rutin di semua kamar dan area umum hotel yang sering disentuh seperti gagang pintu dan kunci pintu, serta menempatkan hand sanitizer di area publik di hotel seperti resepsionis.
Selain itu, staf akan dibekali dengan masker dan sarung tangan untuk melindungi diri. Mereka juga diberi pelatihan terkait protokol kesehatan dan keselamatan selama pandemi.
Tamu pun diminta untuk memakai masker. Pembersih tangan seperti hand sanitizer tersedia di area-area publik penginapan.
Pembatasan jarak fisik juga akan diterapkan di lingkungan hotel, begitu pula kontak fisik yang diminimalkan sebisa mungkin. Proses yang tadinya bisa dilakukan secara tatap muka, misalnya pemesanan hingga pembayaran, diupayakan dilakukan secara daring. (Faisal Rachman)