c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

NASIONAL

13 Oktober 2018

16:16 WIB

22 Orang Tewas Akibat Banjir Dan Longsor Di Sumut-Sumbar

Jumlah korban bertambah setelah ditemukan dua korban meninggal akibat kendaraannya masuk sungai dan hanyut, Sabtu (13/10) pagi

Editor: Agung Muhammad Fatwa

22 Orang Tewas Akibat Banjir Dan Longsor Di Sumut-Sumbar
22 Orang Tewas Akibat Banjir Dan Longsor Di Sumut-Sumbar
Ilustrasi banjir. ANTARA FOTO/Muhammad Arif Pribadi

JAKARTA – Banjir bandang dan longsor akibat hujan deras yang melanda Sumatra Utara (Sumut) dan Sumatra Barat (Sumbar) Kamis (11/10) dan Jumat (12/10) telah menyebabkan 22 orang meninggal. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga mencatat, sebanyak 15 orang lainnya hilang karena banjir.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menerangkan jumlah korban bertambah karena pada Sabtu (13/10) pagi ditemukan dua korban meninggal lagi akibat kendaraan masuk sungai dan hanyut. Korban meninggal terdiri dari satu orang anggota Polri dan satu orang pegawai PT. Bank Sumut. Sebanyak dua orang lainnya berhasil diselamatkan dari kendaraan yang hanyut.

Sehari sebelumnya, Sutopo mendapatkan laporan sementara dari BPBD Provinsi Sumatra Utara dan Sumatra Barat, bahwa banjir dan longsor total telah menyebabkan 20 orang meninggal dunia, 15 orang hilang dan puluhan orang luka-luka di empat wilayah yaitu di Kabupaten Mandailing Natal, Kota Sibolga, Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Pasaman Barat.

Di Kabupaten Mandailing Natal, Sumut, setidaknya ada sembilan kecamatan yang terdampak banjir dan longsor, yaitu Kecamatan Natal, Lingga Bayu, Muara Batang Gadis, Naga Juang, Panyambungan Utara, Bukit Malintang, Ulu Pungkut, Kota Nopan dan Batang Natal.

Data sementara tercatat 13 orang meninggal dunia dan 10 orang hilang di Mandailing Natal. Di antaranya, 11 murid madrasah di Desa Muara Saladi, Kecamatan Ulu Pungkut, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatra Utara, yang meninggal karena tertimpa bangunan yang hancur diterjang banjir bandang pada Jumat (12/10) sore. Saat kejadian jam pelajaran sedang berlangsung.

“Diperkirakan 10 orang hilang. Kejadian berlangsung mendadak. Sungai Aek Saladi tiba-tiba mengalir dengan debit besar dan membawa lumpur dan meluap sehingga menerjang madrasah. Jumlah korban hilang masih dapat berubah karena belum dapat dipastikan. Korban tertimbun lumpur dan material tembok yang roboh,” kata Sutopo lewat siaran pers, Sabtu (13/10).

Dampak banjir bandang dan longsor di Mandailing Natal mencakup 17 unit rumah roboh, lima unit rumah hanyut, serta ratusan rumah terendam banjir dengan ketinggian 1-2 meter di Kecamatan Natal dan Muara Batang Gadis. Sutopo menerangkan, delapan titik longsor berada di Kecamatan Batang Natal.

“Evakuasi, pencarian dan penyelamatan korban masih dilakukan. Kondisi medan berat karena desa-desa terdampak berada di pegunungan, pinggir hutan dan akses sulit dijangkau karena rusak,” terang Sutopo.

Dia menyebutkan, saat ini BPBD Mandailing Natal, BPBD Provinsi Sumatra Utara, TNI, Polri, SAR Daerah, SKPD, PMI, dan relawan tengah menangani darurat bencana. Bupati pun telah menetapkan status tanggap darurat banjir dan longsor di Kabupaten Mandailing Natal, Sumatra Utara selama 7 hari hingga 18 Oktober 2018. 

“Kebutuhan mendesak adalah bahan makanan pokok dan alat berat,” sebutnya.

Selain di Mandailing Natal, longsor kata Sutopo juga terjadi di beberapa daerah di Kota Sibolga, Sumut pada Kamis (11/10) pukul 16.30 WIB. Longsor di sana telah menyebabkan empat orang meninggal dunia, satu orang luka berat, dan tiga orang luka ringan. Kemudian, kerugian material meliputi 25 rumah rusak berat, empat unit rumah rusak sedang dan sekitar 100 rumah terendam banjir dengan tinggi 60-80 sentimeter.

Sutopo menerangkan, banjir bandang juga terjadi di Nagari Tanjung Bonai, Jorong Kalo-Kalo, Jorong Ranah Batu di Kecamatan Lintau Buo Utara Kabupaten Tanah Datar, Sumbar, pada Kamis (11/10) pukul 20.30 WIB.

Banjir bandang di Kabupaten Tanah Datar telah menyebabkan empat orang meninggal dunia dan tiga orang hilang. Terdapat korban anak-anak atas nama Anis (2,5) san W.Efendi (10) yang hanyut akibat banjir bandang. Korban meninggal lain yakni Roni (30) dan Yerinda (56). Sedangkan tiga korban hilang adalah Erizal (55), Daswirman (58) dan Yusrizal (45).

Selain itu terdapat enam orang luka-luka, enam unit rumah rusak berat, tiga kedai rusak berat, satu ruko rusak berat dan dua jembatan rusak berat.

Sutopo mengungkapkan, BPBD Tanah Datar bersama TNI, Polri, SKPD, relawan dan masyarakat terus melakukan evakuasi dan pencarian korban. Pencarian dilakukan menyusuri sungai yang ada. Alat berat digunakan untuk membantu pencarian korban dan membersihkan lumpur.

Sama seperti di Mandailing Natal, Bupati Tanah Datar pun telah menetapkan masa tanggap darurat selama tujuh hari hingga 18 Oktober 2018. Pembukaan dapur umum untuk relawan dan masyarakat terdampak juga telah didirikan.

Di Kabupaten Pasaman Barat juga terjadi longsor dan banjir pada Kamis (11/10) pukul 19.30 WIB. Wilayah yang mengalami bencana adalah Kecamatan Pasaman, Ranah Batan, Koto Balingka, Sei Beremas, Lembah Melintang, Gunung Tuleh, Talamau, Sasak dan Kinali.

Di Pasaman Barat terdapat satu orang meninggal dunia dan dua orang hilang. Kerusakan meliputi sekitar 500 unit terendam banjir, tiga unit jembatan gantung roboh dan dua unit rumah hanyut.

“BPBD Kabupaten Pasaman Barat bersama aparat lain melakukan penanganan darurat. BPBD menyalurkan bantuan logistik untuk korban terdampak. Kebutuhan mendesak alat berat, sembako, selimut dan pakaian. Bupati pun telah menetapkan masa tanggap darurat selama 7 hari,” ucap Sutopo. (Nofanolo Zagoto)


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar