c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

25 April 2025

13:57 WIB

WHO Umumkan Tema Global Untuk Peringatan Hari Malaria Sedunia 2025

WHO mengangkat tema "Malaria Ends With Us: Reinvest, Reimagine, Reignite" untuk peringatan Hari Malaria Sedunia 2025.

Penulis: Annisa Nur Jannah

Editor: Rendi Widodo

<p>WHO Umumkan Tema Global Untuk Peringatan Hari Malaria Sedunia 2025</p>
<p>WHO Umumkan Tema Global Untuk Peringatan Hari Malaria Sedunia 2025</p>

Ilustrasi nyamuk menghisap darah manusia. Unsplash

JAKARTA - Hari Malaria Sedunia yang diperingati setiap tanggal 25 April menjadi momen penting untuk meningkatkan kepedulian masyarakat dunia terhadap penyakit malaria. Sejak digagas oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2007, peringatan ini menjadi sarana untuk mendorong kolaborasi global, menyebarkan informasi terbaru, serta memperkuat strategi dalam rangka mengeliminasi malaria secara menyeluruh.

Malaria sendiri masih menjadi ancaman serius di berbagai negara, terutama di kawasan tropis dan subtropis. Laporan WHO menunjukkan bahwa kasus malaria global masih tinggi. Pada tahun 2023, tercatat sekitar 263 juta kasus, meningkat dibandingkan 252 juta kasus pada tahun sebelumnya.

Angka kematian akibat malaria juga masih tinggi, dengan estimasi mencapai 597.000 jiwa pada tahun 2023, sedikit menurun dari 600.000 kematian pada tahun 2022. Afrika tetap menjadi wilayah dengan beban malaria tertinggi, mencatat sekitar 94% dari total kasus global dan 95% dari seluruh kematian, dengan anak-anak di bawah 5 tahun menyumbang lebih dari tiga perempat jumlah kematian tersebut.

Tahun ini, WHO mengangkat tema "Malaria Ends With Us: Reinvest, Reimagine, Reignite" untuk peringatan Hari Malaria Sedunia 2025. Tema ini menekankan pentingnya peran kolektif dari semua elemen masyarakat dalam menghentikan penyebaran malaria, dengan mendorong upaya baru dalam pendanaan, pemikiran inovatif, dan semangat yang diperbarui untuk mengakhiri penyakit ini.

Fokus WHO tahun ini secara khusus tertuju pada kawasan Pasifik Barat, di mana tantangan pemberantasan malaria masih sangat kompleks. Malaria di wilayah ini umumnya tersebar di daerah terpencil dan sulit dijangkau, seperti hutan, kawasan perbatasan, hingga komunitas migran dan pengungsi.

Negara-negara seperti Papua Nugini, Kepulauan Solomon, dan Malaysia menghadapi tantangan tersendiri, termasuk dalam mengatasi malaria zoonosis seperti knowlesi, serta pencegahan kekambuhan malaria vivax yang memerlukan pengobatan lengkap secara konsisten.

Untuk menjawab tantangan tersebut, WHO bersama negara-negara mitra menyusun strategi global yang bertumpu pada tiga pilar utama. Pilar pertama, Reinvest menekankan pentingnya peningkatan pendanaan, baik dari dukungan internasional seperti Global Fund dan Gavi, maupun pembiayaan domestik, guna memperkuat sistem kesehatan dan memperluas intervensi malaria yang terbukti efektif.

WHO menyerukan agar negara-negara endemis meningkatkan investasi pada layanan kesehatan primer, sehingga seluruh masyarakat berisiko dapat mengakses layanan yang dibutuhkan. Pilar kedua, Reimagine, berfokus pada pengembangan pendekatan inovatif, seperti penggunaan data untuk mengarahkan kebijakan, percepatan inovasi teknologi, dan transformasi riset menjadi solusi nyata.

WHO juga menyoroti kebutuhan mendesak akan obat baru yang lebih efektif, peningkatan diagnostik, insektisida, vaksin, serta metode pengendalian vektor yang lebih efisien. Sementara itu, pilar ketiga, Reignite, mengajak semua pihak untuk memperbarui komitmen dalam memerangi malaria.

Ini mencakup peningkatan partisipasi dalam gerakan global untuk mengakhiri malaria, memperkuat kepemimpinan politik, serta memberdayakan komunitas agar terlibat aktif dalam pencegahan dan pengendalian malaria.

Melalui tema dan strategi tahun ini, WHO berharap dapat membangun kembali momentum global, mempercepat kemajuan eliminasi malaria, dan memastikan bahwa tidak ada satu pun komunitas yang tertinggal dalam perjuangan menuju dunia bebas malaria.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar