02 Februari 2022
13:44 WIB
Penulis: Gemma Fitri Purbaya
Editor: Satrio Wicaksono
JAKARTA – Hentai merupakan salah satu genre pornografi populer berdasarkan anime atau gaya animasi yang berasal dari Jepang. Meski telah banyak penelitian yang menunjukkan faktor psikologis seseorang terhadap konsumsi pornografi, namun masih sedikit penelitian yang mengaitkannya secara spesifik terhadap hentai.
Para peneliti dari Macquarie University Australia Jonathan Park et al melakukan penelitian tersebut untuk mencari, apakah ada perbedaan antara mereka yang mengonsumsi pornografi manusia dan hentai. Penelitian tersebut dilakukan kepada 208 partisipan yang rata-rata berusia 20 tahun.
Dari data yang dikumpulkan diketahui, 29% partisipan mengonsumsi hentai, 38% pornografi manusia, dan 33% tidak mengonsumsi porno sama sekali.
Hasil penelitian yang diterbitkan dalam jurnal "Sexologies" pada Desember 2021 itu menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan pada avoidant attachment pada partisipan. Avoidant attachment merupakan gaya keterikatan yang membuat seseorang menjadi sangat mandiri, baik secara fisik dan emosional. Namun, skor lebih tinggi ditemukan pada pada partisipan wanita yang mengonsumsi hentai.
Peneliti memperkirakan karena pada porno, termasuk hentai di dalamnya, sering kali menunjukkan adegan-adegan yang cenderung berlebihan. Hal tersebut membuat wanita menjadi merasa tidak aman dan cemas untuk menjalin hubungan seks, maupun romantis dengan orang lain. Mereka khawatir tidak bisa memenuhi ekspektasi pasangan mereka.
"Salah satu penjelasan yang mungkin untuk penemuan ini adalah karena hentai dapat meningkatkan kecemasan. Pornografi sering membesar-besarkan aspek perilaku seksual dalam upaya meningkatkan gairah dan reaksi dari konsumen. Hal inilah yang memperburuk insekyur wanita sehingga mereka merasa cemas untuk memiliki seks atau hubungan yang romantis," tulis Park et al dalam penelitiannya, dikutip dari Science Direct.
Selain dari itu, peneliti tidak menemukan adanya perbedaan lain dari mereka yang mengonsumsi hentai, porno, dan yang tidak mengonsumsi porno sama sekali. Baik dari ketertarikan mereka pada manusia, maupun alasan mengonsumsi pornografi. Partisipan cenderung menggunakan porno sebagai salah satu cara untuk memenuhi keingintahuan dan kepuasan seksual mereka.
Meski begitu, penelitian ini masih memiliki sejumlah keterbatasan. Semisal dari jumlah partisipan dan media untuk menemukan ketertarikan pada partisipan yang terlibat. Jadi peneliti mengatakan perlu ada lebih banyak lagi penelitian yang melibatkan hentai dan dampak psikologis pada seseorang.
"Kurangnya pengetahuan pada dampak psikologis hentai dan anime pada orang memberikan konsekuensi yang cukup berat namun tidak beralasan. Semisal, beberapa negara membuat hentai dan anime tertentu ilegal. Harapannya, banyak orang yang akan meneliti mengenai hentai atau anime seperti yang kami lakukan," harap Park dilansir PsyPost.