c

Selamat

Senin, 17 November 2025

KULTURA

07 November 2024

14:27 WIB

Universitas Jambi Ajari Peternak Olah Limbah Batang Pisang Jadi Pakan Ternak

Sejauh ini, para petani belum memanfaatkan limbah batang pisang cavendish untuk ternak ruminansia, padahal banyak tersedia batang pisang di lokasi kegiatan

<p>Universitas Jambi Ajari Peternak Olah Limbah Batang Pisang Jadi Pakan Ternak</p>
<p>Universitas Jambi Ajari Peternak Olah Limbah Batang Pisang Jadi Pakan Ternak</p>

Dosen Universitas Jambi mengajarkan pembuatan fermentasi batang pisang menjadi pakan ternak kepada kelompok tani. Antara/ dok.Unja

JAMBI - Dosen Universitas Jambi (Unja) dari tim pengabdian Fakultas Peternakan, mengajarkan peternak setempat, untuk memanfaatkan limbah batang pisang cavendish menjadi pakan ternak. Prof Andriani, Ketua tim pengabdian masyarakat Unja di Jambi Kamis (7/11) mengatakan, mereka mengimplementasikan teknologi pakan inovatif berupa fermentasi batang pisang sebagai alternatif hijauan untuk ternak sapi.

Dalam implementasinya, mereka melibatkan peternak di Desa Kota Baru Geragai Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Menurutnya, implementasi inovasi secara langsung kepada peternak, dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peternak, dalam pengolahan pakan fermentasi dari batang pisang cavendish yang banyak tersedia di Desa Kota Baru sebagai pengganti hijauan pakan. Dengan inovasi ini, katanya, peternak tidak lagi harus mencari rumput setiap hari.

Adapun mitra yang menjadi sasaran implementasi inovasi tersebut adalah anggota kelompok tani Suka Maju. Total jumlah ternak dari para mitra mencapai 82 ekor sapi dan 37 ekor kambing. Guru besar Unja ini mengatakan, saat ini banyak tersedia limbah batang pisang cavendish yang belum dimanfaatkan, bahkan menjadi limbah yang mencemari lingkungan di sekitar perkebunan.

Padahal, di sisi lain, ia menyebutkan, peternak ruminansia (sapi dan kambing) sering kesulitan mendapatkan hijauan pakan, karena lahan yang ada sudah menjadi perkebunan kelapa sawit dan pertanian.

“Para petani belum memanfaatkan limbah batang pisang cavendish untuk ternak ruminansia, padahal banyak tersedia di lokasi kegiatan," serunya.

Dia menyebutkan, potensi batang pisang cavendish di Desa Kota Baru bisa didapat dari kebun yang luasnya lebih dari 10 hektare. Perkebunan tersebut menghasilkan 555 sampai dengan 666 ton batang pisang per musim atau lebih kurang delapan bulan.

Dari permasalahan tersebutlah, diskusi dan koordinasi dilakukan dengan mitra. Hingga disepakati pelatihan fermentasi batang pisang sebagai pakan ternak ruminansia.

Langsung Praktek
Prof Adriani menambahkan, pendekatan yang digunakan pada pengabdian ini adalah partycipatory rural approach (PRA) yang diterapkan dengan proses pendidikan dan transfer ilmu pengetahuan. Di antaranya melalui cara penyuluhan, pelatihan, praktik pembuatan batang pisang fermentasi dan pemberian batang fermentasi untuk ternak sapi.

"Penyuluhan dilakukan pada kelompok tani mengenai potensi limbah untuk pakan ternak, dan proses fermentasi batang pisang cavendish," tuturnya.

Para peternak juga langsung diajarkan praktik pembuatan batang pisang fermentasi. Komposisi pakan yang dibuat terdiri atas batang pisang cavendish yang sudah dicacah sebanyak 90%, ditambah dengan dedak sebanyak 10% sebagai aktivator, untuk proses fermentasi digunakan EM4 1%.

Dalam pembuatannya, batang pisang tercacah dan dilakukan pengurangan kadar air dengan cara ditekan menggunakan mesin press sampai kadar air mencapai sekitar 60%.

Selanjutnya, semua bahan dimasukkan ke dalam drum dengan cara dipadatkan. Setelah padat dilakukan penutupan dengan rapat untuk menjaga proses fermentasi secara anaerob.

Proses fermentasi sendiri berlangsung selama 15-21 hari. Setelah itu pakan batang pisang fermentasi sudah siap diberikan kepada sapi atau kambing.

Untuk diketahui, keuntungan dari pakan fermentasi adalah mengandung bakteri menguraikan dalam pakan, sehingga ternak dapat mencerna makanan dengan lebih mudah dan efektif. Selain itu membantu meningkatkan nilai nutrisi dalam pakan, dan bisa disimpan dalam waktu lama yang bisa digunakan sebagai cadangan pengganti hijauan.

Limbah Sekam Padi
Sebelumnya, Mahasiswa Universitas Jambi (Unja) mengajarkan masyarakat di Desa Senaning, Pemayung, Batanghari, cara pengolahan limbah sekam padi menjadi biochar atau arang hayati sehingga bernilai ekonomis. Ketua Program Inovasi Desa Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (MISETA) 2024 Ramadhani Arif Rahman mengatakan, pengolahan ini memanfaatkan limbah sekam padi sebagai pupuk yang ramah lingkungan dan bernilai ekonomis.

“Kegiatan ini diinisiasi sebagai respon terhadap kebutuhan pupuk yang semakin meningkat dan mahal di masyarakat, serta sebagai upaya mengurangi limbah pertanian yang seringkali diabaikan atau dianggap tidak terlalu berguna," katanya.

Dengan memanfaatkan sekam padi menjadi biochar, mahasiswa berharap dapat memberikan solusi praktis dan berkelanjutan bagi masyarakat. Mereka melakukan sosialisasi mengenai cara pembuatan biochar, termasuk proses pengolahan limbah menjadi bahan bakar yang efisien.

“Pelatihan ini melibatkan masyarakat setempat agar mereka dapat mengimplementasikan teknik ini di rumah masing-masing,” katanya.

Warga Desa Senaning, Gunawan berharap agar sosialisasi yang dijalankan ini dapat bermanfaat bagi warga desa. Kepala Desa Senaning Amarullah pun memberikan respon positif terhadap program ini. Ia berharap Desa Senaning menjadi contoh dalam pemanfaatan limbah secara produktif dan berkelanjutan.

“Warga desa antusias untuk belajar dan mengadopsi teknologi baru ini. Diharapkan melalui kegiatan ini, Desa Senaning menjadi contoh dalam pemanfaatan limbah secara produktif dan berkelanjutan,” tandasnya.

 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar