c

Selamat

Senin, 17 November 2025

KULTURA

29 Agustus 2025

16:34 WIB

Titimangsa Bawakan "Bunga Penutup Abad" Dengan Relevansi Anak Muda

Dialog-dialog dalam adegan "Bunga Penutup Abad" ditampilkan begitu dinamis, relevan dengan komunikasi sehari-hari masyarakat saat ini.

Penulis: Arief Tirtana

Editor: Satrio Wicaksono

<p>Titimangsa Bawakan &quot;Bunga Penutup Abad&quot; Dengan Relevansi Anak Muda</p>
<p>Titimangsa Bawakan &quot;Bunga Penutup Abad&quot; Dengan Relevansi Anak Muda</p>

Pementasan media preview "Bunga Penutup Abad". Foto: Validnews/ Arief Tirtana.

JAKARTA - Dua jam tanpa jeda, Happy Salma, Reza Rahadian, Chelsea Islan, Andrew Trigg, juga aktor cilik Sajani Arifin, sukses mementaskan "Bunga Penutup Abad" saat media preview yang digelar di Ciputra Artpreneur, Jakarta, Kamis (28/8) malam.

Para penampil membawakan karakternya dengan penuh totalitas. Terutama Happy Salma yang berperan sebagai Nyai Nyai Ontosoroh, Reza rahadian sebagai Minke, dan Chelsea Islan sebagai Annelies.

Tanpa celah, mereka berhasil membawa penonton terlarut dalam emosi. Dari rasa getir dan kesedihan kisah cinta Minke dan Annelies yang dipaksa berpisah oleh pengadilan kolonial saat itu, hingga perasaan bahagia saat Minke mengenang perkenalan pertamanya dengan Annelies, yang membuatnya langsung jatuh hati. 

Bumbu-bumbu humor pun diselipkan dengan apik dalam sejumlah adegan, sehingga memantik tawa penonton yang hadir malam itu.

Happy Salma dalam pertunjukan ini juga memerankan karakter Nyai Ontosoroh, yang dalam kisah asli di buku Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer. Sosok yang digambarkan cerdas dan tegas itu mampu diejawantahkan Happy Salma dengan baik, lewat gerakan dan juga kalimat-kalimat kutipan ikonik dari sosok Nyai Ontosoroh.

Selain kualitas akting para pemain, pementasan teater produksi Titimangsa yang dipersembahkan oleh Bakti Budaya Djarum Foundation ini begitu memikat berkat kecakapan Wawan Sofwan dalam meramu naskah.

Bagaimana ia memilih penggalan cerita terbaik dari buku 700 halaman, buku pertama Tetralogi Buru karya Pramoedya Ananta Toer, yaitu Bumi Manusia dan Anak Semua Bangsa, yang menjadi dasar cerita pertunjukan ini.

Wawan juga memberikan sejumlah pembaruan pada naskah yang ditulisnya. Dialog-dialog dalam adegan ditampilkan begitu dinamis, relevan dengan komunikasi sehari-hari masyarakat saat ini. Tidak terlalu kaku seperti percakapan masyarakat di era 1900-an yang menjadi latar waktu cerita.

"Saya mau memperkuat struktur dramatiknya, terutama perkembangan psikologis sosok Annelies. Dengan begitu, cerita ini akan terus relevan, bahkan bagi generasi muda," kata Wawan.

Hal menarik lain dari "Bunga Penutup Abad’ ini ada pada desain panggung yang dibuat memutar. Membuat perpindahan antar adegan menjadi lebih cepat, sehingga pertunjukan begitu mengalir, tanpa jeda yang cukup lama.

Dalam keterangannya usai pementasan, Happy Salma yang juga produser pementasan itu mengaku, pengalaman puluhan tahun menjadi aktor benar-benar diuji di atas panggung ini.

Bukan hanya harus mampu menjaga stamina, namun juga memainkan emosi, menyatukan musik, agar apa yang coba disampaikan dalam cerita di dua buku itu bisa wahanakan dengan baik.

"Itu jadi tantangan yang luar biasa. Tadi  kita semua merasakan sedang di dalam ujian, tapi kita bisa menyelesaikan tuga-tugas itu dengan baik. Karena memang di cerita Tetralogi (Pulau Buru) Pram ini banyak sekali yang ingin disampaikan, jadi kita harus menjaga itu agar tidak lepas kendali dari inti cerita tersebut," tuturnya.

Pementasan "Bunga Penutup Abad" mulai dibuka untuk umum mulai hari ini, Jumat (29/8) sampai Minggu (31/8). 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar