c

Selamat

Rabu, 5 November 2025

KULTURA

16 Juli 2025

10:58 WIB

Tips Lepas Dari Kebiasaan Doom Spending Yang Bikin Kantong Jebol

Doom spending merujuk pada kebiasaan berbelanja berlebihan sebagai pengalihan atas kondisi stres. Jika tidak diatasi, jelas kebiasaan ini akan buat kantong jebol. Mau tahu cara mengatasinya? 

Penulis: Gemma Fitri Purbaya

Editor: Satrio Wicaksono

<p>Tips Lepas Dari Kebiasaan <em>Doom Spending</em> Yang Bikin Kantong Jebol</p>
<p>Tips Lepas Dari Kebiasaan <em>Doom Spending</em> Yang Bikin Kantong Jebol</p>

Warga menggunakan ponsel untuk berbelanja secara daring di salah satu situs belanja di Bogor, Jawa B arat, Selasa (14/5/2024). Antara Foto/Yulius Satria Wijaya

JAKARTA - Doom spending populer di kalangan anak muda, khususnya milenial dan gen Z. Istilah ini merujuk pada kebiasaan belanja impulsif untuk merespon stres, kecemasan, atau ketakutan akan persoalan dan masa depan yang tidak pasti.

Banyak anak muda memilih menggunakan uangnya pada hal-hal yang dirasa dapat membuat mereka melupakan tekanan hidup, semisal dengan belanja online. Masalahnya, belanja bisa menjadi kebiasaan apabila dilakukan secara terus menerus.

Jumlah dan jenis yang dibelanjakan pun dapat berlebihan. Apalagi, belanja online dapat dilakukan secara instan. Masalahnya, saat jika tidak tersedia dana di tabungan, pembayaran dengan kartu kredit atau sistem paylater, pun dianggap sebagai sesuatu kelaziman dan pemakluman.

"Doom spending berpotensi menjadi masalah serius jika tidak disertai dengan perencanaan keuangan. Generasi muda perlu mempelajari dan disiplin melakukan perencanaan keuangan, meskipun sebagian orang merasa melakukan perencanaan keuangan tidak mudah dan mengekang," kata Faculty Head Sequis Quality Builder, Fandi Murdani.

Nah, bagaimana cara supaya terhindar dari perilaku doom spending? Berikut tipsnya dari Sequis.

Atur Emosi

Fandi menyarankan agar ketidakpastian finansial bisa direspon dengan bijaksana, seperti giat menabung dan berhemat. Termasuk juga tidak sering-sering membuka aplikasi belanja dan mencari pendapatan tambahan. 

Pahami bahwa tidak semua permasalahan bisa diatasi dalam waktu singkat. Ada banyak pilihan untuk mengatur emosi.

"Ketika merasa stres daripada membuka aplikasi belanja online, coba lakukan aktivitas lain, seperti meditasi, menjalankan hobi, minum teh sore bersama pasangan atau orang tua, dan berolahraga," saran dia.

Merencanakan Keuangan

Memiliki pekerjaan dan penghasilan yang lebih dari cukup, membuat siapa saja lebih mudah mengeluarkan uang untuk berbelanja. Namun, hati-hati terjebak dalam kebiasaan doom spending

Maka itu, lakukan perencanaan keuangan agar gaji dapat dimanfaatkan untuk hal-hal yang lebih berguna. 

Baca juga: Empat Tipe Kepribadian Finansial Gen Z Menurut Ahli

Rencanakan keuangan dengan rumus 40-30-20-10. Dari anggaran yang dimiliki, sisihkan 40% untuk keperluan sehari-hari, 30% untuk utang, 20% untuk investasi dan tabung, dan 10% untuk keperluan sosial.

"Disiplin menjalankan perencanaan keuangan sebenarnya memudahkan hidup. Seseorang masih dapat memanjakan diri dengan berlibur, ngopi, belanja, dan menjalankan hobi tanpa merusak kestabilan keuangan sebab dari awal sudah diatur sedemikian rupa," imbuh Fandi.

Alokasikan Dana Darurat

Dalam perencanaan keuangan, sangat penting mengalokasikan dana darurat dan investasi. Cara ini bisa dimulai dengan mengalokasikan gaji sebesar 10% dan tingkatkan menjadi 20% dalam beberapa bulan selanjutnya. 

Nilai ini bisa terus ditingkatkan seiring meningkatnya pengalaman menjalankan perencanaan keuangan dan bertambahnya penghasilan. 

Siapkan dana darurat untuk keperluan darurat saat tidak mungkin untuk mencairkan investasi atau mendapatkan pinjaman. Semisal untuk perbaikan mobil, renovasi rumah, memperbaiki barang rusak, dan lainnya.

Miliki Asuransi

Asuransi jiwa dan asuransi kesehatan adalah strategi efektif untuk mengelola risiko finansial yang dapat terjadi pada masa depan. Asuransi kesehatan bermanfaat melindungi kondisi finansial dari ketidakpastian biaya medis. 

Sementara asuransi jiwa menyediakan uang pertanggungan yang dapat digunakan oleh anggota keluarga ahli waris untuk melanjutkan hidup jika terjadi risiko kematian atau kecelakaan. 

Untuk itu, generasi muda disarankan tidak skeptis pada asuransi. Selama mengisi Surat Permintaan Asuransi (SPA) dengan benar, maka asuransi menjadi strategi finansial untuk mempersiapkan dan mengurangi dampak ancaman kelangsungan hidup.

Berinvestasi

Daripada menghabiskan uang untuk doom spending, ada baiknya generasi muda belajar berinvestasi di jalur formal yang berizin dan diawasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Investasi bermanfaat untuk memperkuat kemandirian finansial, menjaga nilai aset dari inflasi, serta membantu tersedianya dana untuk keperluan masa depan. Bagi pemula dapat berinvestasi di deposito dan reksadana. 

Seiring bertambahnya pengetahuan investasi dan dana, tidak ada salahnya ikut mencoba berinvestasi di produk lainnya seperti obligasi dan saham dengan menyesuaikan profil risiko masing-masing.

Itulah beberapa cara supaya terhindar dari perilaku doom spending. Selamat mencoba!


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar