13 Juni 2025
19:31 WIB
Thunderbolts* Jadi Salah Satu Film MCU Paling Merugi
Thunderbolts* tercatat hanya mengumpulkan US$371 juta (sekitar Rp6 triliun) secara global, jauh di bawah film-film utama Marvel selama ini.
Editor: Andesta Herli Wijaya
Cuplikan film Thunderbolts* . Sumber foto: YouTube/ Marvel Entertainment.
JAKARTA - Film Thunderbolts* dari Marvel sukses mendapat ulasan positif dari kritikus. Sayangnya, itu tak sejalan dengan pencapaian komersial film tersebut di layar lebar. Bahkan, film ini disebut-sebut sebagai salah satu rilisan paling merugi dari Marvel Studios.
Thunderbolts* yang rilis pada 02 Mei lalu, semula mencatatkan penjualan tiket yang tinggi di bioskop. Namun itu tak bertahan, karena lama kelamaan minat penonton pun terhenti. Enam minggu setelah penayangannya, Thunderbolts* tercatat hanya mengumpulkan US$371 juta (sekitar Rp6 triliun) secara global, jauh di bawah film-film utama Marvel selama ini.
Dengan pendapatan global saat ini, Thunderbolts* yang menjadi film ke-36 dari Marvel Cinematic Universe (MCU) ini menjadi salah satu film dengan pendapatan terendah dalam sejarah MCU.
Direktur analisis film Fandango, Shawn Robbins mengatakan bahwa kegagalan Thunderbolts* menandai perubahan dalam fenomena budaya dan industri Marvel masa kini. Studio ini kini mulai berhadapan dengan fakta bahwa tak ada jaminan film-film besar Marvel akan sukses di pasaran.
"Perhitungan Marvel telah berubah. Kita berada di era baru di mana tidak semua film Marvel akan mencapai $1 miliar," ungkap Shawn Robbins dilansir dari Variety, Jumat (13/6).
Marvel selama ini dikenal sebagai studio pencetak film-film laris, dan juga merupakan waralaba dengan pendapatan terbesar. Mereka menghasilkan film-film laris, di antaranya seri Avengers hingga Spider-Man.
Para pengmat industri menilai, fenomena Thunderbolts* menjunjukkan bahwa ada perubahan dalam minat penonton dalam memilih tontonan di masa kini. Situasi pasar lobal yang menyusut dan terlalu banyaknya cerita superhero di layar lebar dan layar kaca menjadi salah satu penyebab penurunan tersebut.
Selain itu, kebiasaan dan selera penonton juga tampaknya semakin bergeser ke film-film non-superhero. Bisa diperhatikan, film terlaris Amerika Serikat tahun ini, sejauh ini adalah film ramah anak seperti A Minecraft Movie dan Lilo & Stitch.
"Film-film komik kelas bawah ini tidak lagi menjadi film yang sukses besar. Thunderbolts* yang berakhir setelah hanya sebulan tayang di bioskop juga menjadi perhatian. Film-film ini tidak laris manis seperti film-film sebelumnya," kata analis Exhibitor Relations Jeff Bock.
Kegagalan Thunderbolts* juga bisa menjadi tanda kian menurunnya minat penggemar terhadap film-film MCU yang penuh dengan jalinan cerita dan karakter yang rumit serta terlalu banyak spin-off. Meski Thunderbolts* sendiri adalah film dengan kualitas yang berbeda, gaya yang berbeda.
Fakta bahwa film ini juga tak mendapat dukungan biaya promosi sebesar judul-judul besar lainnya dari Marvel, juga barangkali menjadi faktor. Biasanya, film-film andalan studio tersebut menghabiskan biaya pemasaran sebesar US$120 juta hingga US$140 juta. Thunderbolts* sedikit lebih murah, menghabiskan biaya pemasaran mendekati $100 juta, menurut laporan Variety.
Thunderbolts* perlu meraup US$425 (sekitar Rp6,9 triliun) juta di seluruh dunia untuk mencapai titik impas.
Baca juga: Blood Brothers: Bara Naga, Sajian Aksi Dari Negeri Jiran
Thunderbolts adalah kisah tentang kelompok antisuperhero yang disebut-sebut sebagai "The New Avengers". Berpusat pada sekelompok manusia yang tak memiliki kekuatan super, namun memiliki kekuatan serta keberuntungan yang unik dalam menghadapi musuh-musuhnya.
Berbeda dengan film-film MCU selama ini, Thunderbolts* adalah sebuah kisah komedi tentang agen rahasia yang ceroboh. Mereka adalah pembunuh Rusia sekaligus saudara angkat Black Widow bernama Yelena (Florence Pugh), mantan pahlawan nasional Red Guardian (David Harbour), sahabat Captain Amerika bernama Winter Soldier (Sebastian Stan), John Walker (Wyatt Russell), Bob (Lewis Pullman), dan Ghost (Hannah John-Kamen). Mereka mengadapi ancaman dari Valentina Allegra de Fontaine (Julia Louis-Dreyfus), sosok pengusaha di balik beberapa operasi rahasia yang berhubungan dengan pahlawan super.
Para agen Thunderbolts yang tadinya tak yakin menamakan diri mereka sebagai sebuah tim, pada akhirnya bersama-sama melawan Fontaine yang berusaha membinasakan mereka.
Secara premis dan gaya penuturan, Thunderbolts* adalah sajian yang segar dari Marvel, atau dari jagat MCU. Namun sayangnya itu pun belum cukup. Para agen yang memang diperkenalkan sebagai "The New Avengers" itu hanya bertahan tidak lama di bioskop, setelah cukup berhasil di pekan-pekan pertamanya.