c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

07 Februari 2025

08:19 WIB

Terlalu Sering Tonton Video Pendek Turunkan Minat Belajar Anak

Video pendek yang banyak ditonton anak dalam waktu lama, bakal mengganggu fokus mengikuti proses pembelajaran. Mereka akan lebih terbiasa dan suka dengan gambar bergerak dan warna-warni.

Editor: Satrio Wicaksono

<p>Terlalu Sering Tonton Video Pendek Turunkan Minat Belajar Anak</p>
<p>Terlalu Sering Tonton Video Pendek Turunkan Minat Belajar Anak</p>

Dua bocah bermain gawai di Jakarta, Jumat (16/4/2021). Antara Foto/Muhammad Adimaja

JAKARTA - Berbagai platform media sosial menyajikan fitur video pendek yang bisa menjadi hiburan buat para penggunanya, termasuk anak-anak. Sayangnya, terlalu sering menonton video pendek bisa berdampak buruk menurunkan minat belajar anak serta mempengaruhi sikap dan emosinya.

“Jadi kalau anak Anda melihat reels, itu kan durasinya sangat singkat, cepat dan berubah-ubah terus. Itu membuat anak mengalami hyperstimulated,” kata dokter spesialis kedokteran jiwa dari Rumah Sakit Hermina Bitung, dr. Julian Raymond Irwen.

Menurutnya, video pendek yang banyak ditonton anak dalam waktu yang lama bakal mengganggu fokus anak untuk mengikuti proses pembelajaran. Salah satu contohnya anak sering menengok ke kanan atau kiri saat diajak berbicara, akibat tidak terbiasa fokus pada satu objek saja. Emosinya juga jadi mudah meledak-ledak terutama jika orang tua membatasinya bermain gawai.

"Makanya ada sebuah penelitian yang mengatakan bahwa anak yang kecanduan gawai, itu dia bisa timbul gejala seperti anak dengan gangguan ADHD. Dia jadi sulit untuk fokus begitu, karena kebiasaan mendapat stimulasi yang tinggi," ujar dia.

Di samping itu, minat anak untuk belajar dan membaca buku dapat ikut menurun karena terbiasa untuk menatap gambar bergerak dan berwarna-warni dengan berbagai efeknya, dibandingkan dengan buku pelajaran yang cenderung berwarna hitam putih.

"Anak jadi enggak tertarik dengan pembelajaran. Apalagi dengan fokus yang pendek, sedangkan untuk belajar itu pertama butuh fokus. Dikarenakan kontras yang terlalu tinggi, anak yang terbiasa dengan kontras yang tinggi dia jadi terlalu overstimulated dengan video-video itu," kata dia.

Guna mencegah hal tersebut, dr. Julian menyarankan pada orang tua untuk melakukan pendampingan dan pengawasan sehingga anak tidak mengalami kecanduan main gawai. Salah satunya dapat dilakukan dengan memperbanyak aktivitas menarik dan positif bersama anak, seperti membaca buku bersama dibanding bermain gawai, olahraga renang atau bulu tangkis bersama hingga mencari makanan lezat.

Orang tua juga dapat menggunakan aplikasi parental control untuk mengawasi anak bermain internet. Dengan tujuan mencegah anak terpapar konten-konten negatif seperti pornografi maupun judi online (judol).

Adapun beberapa gejala dari anak yang kecanduan gawai dan perlu diwaspadai oleh orang tua adalah anak jadi mudah tantrum ketika orang tua membatasi waktu bermainnya, adanya perubahan emosi yang meledak-ledak, anak rela tidak tidur untuk bermain gawai hingga sulit menghentikan kebiasaan berjauhan dengan gawai.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar