08 Juli 2022
14:37 WIB
Penulis: Tristania Dyah Astuti
Editor: Rendi Widodo
JAKARTA - Di wisata perairan Pantai Selatan, setiap tahunnya dilaporkan kasus orang tenggelam dan hilang.
Pada Mei lalu saja, Badan Penyelamat Wisata Tirta (Balawista) Kabupaten Sukabumi melaporkan ada sebanyak 11 orang wisatawan yang mengalami kecelakaan laut, mulai terseret ombak, hingga tenggelam.
Kejadian ini sering disangkutpautkan terhadap kepercayaan klenik atau kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal magis tak kasat mata.
Contohnya, menganggap bahwa tenggelam dan hilangnya wisatawan adalah keinginan Nyi Roro Kidul, yang dipercaya menguasai Laut Selatan.
Namun, sebenarnya secara keilmuan kasus orang tenggelam tersebut terkait fenomena rip current atau ombak/arus balik.
Dikutip dari situs Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisik (BMKG), dijelaskan rip current adalah arus kuat dari air laut yang yang bergerak menjauh dari pantai.
Rip current memiliki kecepatan balik yang sangat singkat yakni 2 m/detik, sehingga atlit renang sekali pun akan mudah terseret hingga ke tengah pantai.
Dosen dan peneliti Department Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran, Noir Primadona Purba menjelaskan, rip current tidak terjadi di sepanjang pantai, namun hanya pada titik-titik tertentu di pantai tersebut.
Karena sangat cepat, rip current ini tampak seperti memecah atau membelah arus pantai, karena itu sebenarnya mudah mengenali titik-titik rawan terjadinya rip current.
Penjaga pantai atau lifeguard diminta untuk selalu mengawasi titik-titik rawan arus balik agar wisatawan tidak berada dan berenang di sana.
Pasalnya, rip current datang sejajar dengan arus pantai namun berbalik dengan lebih cepat, sehingga banyak wisatawan tidak menyadari fenomena rip current.
“Kebanyakan orang tersebut tidak mengetahui bahwa mereka terseret arus balik,” tulis Noir seperti yang ia tuliskan di laman Theconversation.com.
Ciri lain rip current adalah warna air yang berbeda dengan sekitarnya dengan lebar sekitar 2-3 meter. Selain itu, kondisi airnya juga sedikit lebih tenang jika dibandingkan dengan sekitarnya.
Umumnya rip current terjadi di pantai yang terbentang panjang dengan kedalaman dan kontur pasir pantai yang berbeda. Namun kadang terjadi juga di pantai yang berkarakter semi tertutup seperti diapit dua dinding (tebing tinggi dan sejenisnya).
Noir menambahkan, rip current bisa permanen di satu titik pantai namun bisa pula berpindah-pindah mengikuti pasang surut air laut.
Pada bulan Juni-Agustus seperti saat ini arus balik dapat terjadi lebih banyak di pantai, terutama pantai yang membentang panjang dan kontur yang berbeda serta kondisi gelombang yang cepat, seperti di Pantai Pengandadan dan Pelabuhan Ratu.
“Di pantai selatan Jawa seperti Pangandaran dan Pelabuhan Ratu, arus balik dapat berlangsung lebih banyak pada siang hari, terutama pada Juni-Agustus, ketika angin monsun bertiup dari Australia,” ujar Noir.
Karena itu ia menghimbau agar masyarakat yang akan berlibur ke wisata perairan terutama pantai wilayah selatan Jawa untuk selalu waspada terhadap datangnya arus dan mengikuti himbauan penjaga pantai.
Cara Menyelamatkan Diri Dari Rip Current
Jika terbawa arus menjauhi bibir pantai dengan cepat, tidak disarankan untuk berenang melawan arus sebab arus rip current sangat cepat. Berenang melawan arus hanya akan menghabiskan tenaga dengan sia-sia.
Maka, cara yang paling baik adalah berenang dengan membentuk pola L atau berenang keluar dari arus. Caranya tetap tenang dan berusaha berenang ke kanan atau ke kiri mengikuti garis pantai. Setelah merasa berada di arus yang lebih tenang barulah berenang tegak lurus ke arah pantai.
Jika merasa lelah berenang menuju pantai maka berhenti dan beristirahatlah untuk menenangkan diri sekaligus mengisi energi.