c

Selamat

Senin, 17 November 2025

KULTURA

21 Desember 2021

19:43 WIB

Teknologi Robotik Biopsi Untuk Penegakan Deteksi Kanker Prostat

Teknologi robotik biopsi prostat ini disebut memiliki rasio deteksi lebih tinggi dibandingkan biopsi konvensional.

Penulis: Gemma Fitri Purbaya

Editor: Satrio Wicaksono

Teknologi Robotik Biopsi Untuk Penegakan Deteksi Kanker Prostat
Teknologi Robotik Biopsi Untuk Penegakan Deteksi Kanker Prostat
Ilustrasi pita biru simbol kanker prostat. Freepik/dok.

JAKARTA - Kanker prostat merupakan kanker yang terjadi di prostat, kelenjar kecil berbentuk buah kenari pada pria yang berfungsi untuk memproduksi air mani. Kanker prostat merupakan jenis kanker dengan angka kejadian paling banyak keempat di dunia, dan menempati urutan kedua yang paling banyak diderita oleh pria setelah kanker paru, menurut laporan Globocan di 2018.

Sama seperti kanker jenis lainnya, sel di prostat terus tumbuh dan membelah diri lebih cepat dibandingkan sel normal. Sel tersebut terus hidup dan membentuk tumor dan menyerang jaringan di sekitarnya. Sel-sel itulah yang diperkirakan menjadi penyebab terjadinya kanker prostat.

Namun selain itu, ada beberapa faktor risiko yang perlu dikenali dari kanker prostat, seperti usia, ras atau etnik tertentu, geografi, riwayat keluarga, genetik dan diet. Apalagi jika melihat kasus kejadian kanker prostat dialami oleh pria usia 50 tahun ke atas.

Untuk mencegah terjadinya kanker prostat, salah satu caranya bisa dengan melakukan deteksi dini. Deteksi dini bisa dilakukan dengan cara wawancara riwayat penyakit, colok dubur, hingga pemeriksaan antigen spesifik prostat (PSA) oleh dokter. Semakin dini kanker prostat ditemukan, maka akan semakin bagus hasil pengobatannya.

Guna mendukung hal itu, RS Pondok Indah pun menghadirkan teknologi robotic MRI (Magnetic Resonance Imaging)/US (Ultrasound) fusion prostate biopsy, untuk penegakkan diagnosis kanker prostat. Biopsi sendiri merupakan prosedur yang dilakukan oleh ahli urologi untuk mengambil sampel jaringan dari kelenjar prostat. Prosedur tersebut dilakukan untuk menentukan apakah jaringan yang ada pada prostat bersifat ganas atau tidak.

Teknologi robotik ini disebut memiliki rasio deteksi lebih tinggi dibandingkan biopsi konvensional. Sebab biopsi dilakukan dengan dipandu melalui gambar dan pencitraan MRI. Potongan gambar hasil MRI yang dicurigai memiliki indikasi jaringan kanker akan dimasukkan ke dalam robot platform, untuk kemudian di-scanning digital dan digabungkan dengan gambar USG real time.

Nantinya, secara otomatis teknologi tersebutakan ditentukan titik-titik lokasi biopsi untuk proses pengambilan sampel jaringan. Tidak hanya itu saja, tindakan ini juga minim invasif sehingga risiko komplikasi dan pendarahan pasca tindakan juga berkurang. Begitupun dengan risiko infeksi karena proses pemulihan cenderung lebih singkat tanpa perlu lakukan rawat inap.

“Keakuratan robotic prostate biopsy memungkinkan dilakukannya biopsi yang lebih terarah, pada lesi atau daerah yang dicurigai memiliki indikasi jaringan kanker. Oleh karena itu, nilai deteksinya lebih tinggi dibandingkan dengan metode lainnya, dan prognosisnya pun lebih baik,” ungkap Dokter Spesialis Bedah Urologi RS Pondok Indah Pondok Indah, dr. Hery Tiera, dalam konferensi pers HUT RSPI beberapa waktu lalu.

Hadirnya teknologi robotic prostate biopsy ini diharapkan bisa membantu penegakkan kanker prostat lebih baik lagi. Apalagi selama ini transrectal US guided biopsy yang menjadi gold standar dalam mendeteksi kanker prostat memiliki angka false negative cukup tinggi, berkisar 30%. Belum lagi, kebanyakan lesi kanker sering kali tidak dapat divisualisasikan dengan pemeriksaan USG.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar