23 April 2025
11:11 WIB
Teknologi Pengambilan Sampel HPV-DNA Mandiri Untuk Eliminasi Kanker Serviks
Teknologi pengambilan sampel mandiri ini memungkinkan perempuan melakukan pemeriksaan dengan lebih nyaman dan fleksibel.
Penulis: Gemma Fitri Purbaya
Editor: Rendi Widodo
Ilustrasi nakes melakukan swab. Unsplash
JAKARTA - Becton, Dickinson and Company (BD) berkolaborasi dengan Rumah Sakit Kanker Dharmais memperkenalkan pendekatan pengambilan sampel human papillomavirus (HPV)-DNA secara mandiri untuk memperluas akses perempuan terhadap skrining yang bisa mencegah kanker serviks. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan akses layanan kesehatan, khususnya bagi perempuan di Indonesia.
Data Kementerian Kesehatan sendiri menunjukkan kanker serviks adalah jenis kanker terbanyak kedua pada perempuan di Indonesia dengan 36.633 kasus baru per tahunnya di 2021. 95% kasus kanker serviks berkaitan erat dengan infeksi HPV, tetapi angka skrining masih rendah akibat rasa tidak nyaman, kurangnya kesadaran, dan keterbatasan akses di masyarakat.
"Masih banyak perempuan yang belum memahami risiko infeksi HPV, serta peran penting deteksi dini dalam pencegahan kanker serviks. Dengan metode pengambilan sampel mandiri untuk uji skrining HPV DNA, kami bisa menjangkau lebih banyak perempuan dan memastikan penanganan yang cepat dan tepat," ucap direktur utama RS Kanker Dharmais dr. Raden Soeko Werdi Nindito Daroekoesoemo dalam keterangan tertulisnya.
Teknologi pengambilan sampel mandiri ini memungkinkan perempuan melakukan pemeriksaan dengan lebih nyaman dan fleksibel. Untuk melakukan pengambilan sampel mandiri ini, pasien umumnya akan mendapatkan paket berisikan swab atau brush khusus dan tabung atau medium cair steril.
Swab dimasukkan ke dalam vagina sekitar 5cm ke dalam secara perlahan dan diputar selama beberapa detik supaya sel yang diambil dari dinding vagina cukup.
Swab kemudian dimasukkan ke dalam tabung yang telah disediakan dan tutup rapat dan dapat diserahkan pada tenaga kesehatan. Dibandingkan pengambilan sampel konvensional, pengambilan sampel mandiri ini lebih aman dan tidak menyakitkan. Akurasi untuk mendeteksi HPV pun sangat tinggi, meskipun sedikit lebih rendah dibandingkan pengambilan oleh tenaga medis.
Metode ini pun sudah diadopsi di berbagai negara seperti Belanda, Denmark, dan Swedia, dan terbukti membantu negara-negara tersebut mencapai target skrining yang ditetapkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan sangat cocok untuk program skrining massal dan wilayah dengan akses layanan kesehatan terbatas.
"Kami senang dapat bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, rumah sakit milik negara maupun swasta, dan pakar medis global dalam menghadirkan upaya pencegahan kanker serviks yang lebih dekat dengan masyarakat. Inisiatif ini mencerminkan komitmen kami dalam mendukung target eliminasi kanker serviks Indonesia pada 2030," ucap Country Business Leader BD Indonesia Hari Nurcahyo.
Teknologi tersebut juga memungkinkan analisis risiko kanker serviks dengan identifikasi tipe HPV yang lebih rinci dan spesifik, dan memberikan efisiensi akurasi proses pengolahan sampel dalam proses laboratorium.
Melalui kehadiran teknologi pengambilan sampel mandiri HPV-DNA yang dilengkapi teknologi extended genotyping dan sistem automasi pra-analitik penuh, diharapkan setiap perempuan yang hasil tesnya positif akan segera mendapatkan penanganan medis dan perawatan lanjutan secara menyeluruh.
"Melalui peningkatan akses terhadap skrining inovatif dan edukasi tentang pengambilan sampel mandiri untuk uji skrining HPV-DNA, kami berharap lebih banyak perempuan dapat mengambil langkah proaktif untuk menjaga kesehatannya. Kolaborasi dan inovasi menjadi kunci menuju masa depan bebas kanker serviks bagi perempuan Indonesia," tutup Hari.