05 November 2021
08:42 WIB
Penulis: Andesta Herli Wijaya
Editor: Satrio Wicaksono
JAKARTA – Film terbaru Riri Riza dan Mira Lesmana, Paranoia akan tayang secara resmi mulai 11 November di seluruh bioskop Tanah Air. Film yang masuk nominasi film terbaik Piala Citra ini menjadi film Indonesia kedua yang kembali ke bioskop setelah film animasi Nussa.
Paranoia agaknya kandidat spesial untuk dijadikan pilihan tontonan di masa kembali ke bioskop saat ini. Pasalnya, film ini merupakan capaian eksplorasi baru Riri Riza, yang pertama kali membuat film bergenre thriller. Selain itu, film ini juga menawarkan cerita yang relevan dengan situasi manusia di masa pandemi.
Sinopsis Paranoia
Paranoia berkisah tentang Dina (Nirina Zubir) yang melarikan diri dari suaminya Gion (Lukman Sardi). Dina kabur bersama anaknya, Laura (Caitlin North-Lewis) sembari membawa sebuah barang berharga milik sang suami. Kisah pelarian itu ditampilkan begitu mendebarkan, dan Dina dan anaknya diselimuti ketakutan atau paranoia.
Dina menyimpan trauma mendalam terhadap suaminya. Karena itu, secara psikologis pun ia tak bisa tenang tanpa memikirkan kemungkinan sang suami akan berhasil menemukan mereka.
Ketakutan itu begitu mendalam sampai membuat ia sulit mempercayai orang lain yang ditemuinya. Begitu pula ketika bertemu seorang lelaki bernama Raka (Nicholas Saputra), yang memberi warna tersendiri dalam bangunan kisah penuh kecemasan itu.
Paranoia Menurut Riri Riza
Paranoia yang membekap Dina adalah paranoia yang juga melanda semua orang. Riri Riza selaku sutradara menangkap dengan baik paranoia itu, yang kemudian ia sublimasi ke dalam sebuah drama di dalam film. Riri menyelipkan konteks latar kisah yang di-set terjadi pada masa tahun pertama pandemi melanda Indonesia.
Secara apik, Riri memadukan teror virus corona itu dengan teror dalam pikiran Dina sang tokoh utama. Tayangan-tayangan berita di televisi, “dijahit” dengan bayangan-bayangan ketakutan Dina akan suaminya. Jadilah film ini sebagai ungkapan paranoia yang begitu kelam, berat dan mengiris perasaan.
Riri Riza mengatakan, Paranoia adalah film yang lahir dari refleksi atas masa pandemi. Ia menilai, situasi sulit dan menakutkan itu sangat relevan dengan semua orang. Karenanya, ia optimis film ini bisa memberi suatu kesan mendalam bagi penontonnya.
“Ini adalah suatu film yang penting. Saya yakin ada hal tentang diri saya, dan penonton semua yang ada di film ini yang layak untuk di-share dan dibagikan,” ungkap Riri dalam sesi konferensi pers di Epicentrum XXI, Jakarta Selatan, Kamis (4/11).
Film terbaru produksi Miles Films ini sebelumnya telah melalui sesi pemutaran khusus atau advance screenings di dua kota, yaitu Jakarta (30 Oktober) dan Bekasi (31 Oktober). Selanjutnya, sesi ini akan bergulir ke Bandung (6 November), serta Yogyakarta (8 November).
Dua pemutaran spesial yang sudah berjalan mendapat sambutan antusias dari publik penonton. Miles mencatat, tiket advance screening Jakarta bahkan habis hanya dalam waktu kurang dari 20 menit sejak penjualan dibuka. Antusiasme ini menjadi angin segar di tengah masih belum optimalnya geliat perfilman nasional di bioskop-bioskop Tanah Air.
Menggaet Kembali Penonton Film Dalam Negeri
Produser Paranoia, Mira Lesmana, mengatakan sejak bioskop mulai dibuka kembali beberapa minggu lalu, masyarakat sudah kembali ramai datang ke bioskop.
Namun, menurutnya perfilman nasional menghadapi tantangan besar karena di saat bersamaan mesti bersaing dengan film-film luar negeri yang lebih besar secara promosi dan produksinya.
Mira menilai hingga saat ini, angka penonton film nasional di bioskop masih belum begitu besar jika dibandingkan dengan di masa normal sebelum pandemi. Karena itu, lewat Paranoia, ia berharap bisa menarik lagi antusiasme penonton untuk menikmati sekaligus mengapresiasi perfilman nasional.
“Kita tahu film-film Hollywood, Sang-Chi, Dune, itu sudah rame (penontonnya di Indonesia-red). Tapi yang mendatangi film-film Indonesia kita tahu, belum. Nussa (film animasi produksi Visinema Pictures dan Little Giantz) sangat berusaha, mulai menggeliat, kalau nggak salah sudah 2.500 penontonnya. Tapi penting sekali untuk kehadiran atau kepercayaan penonton untuk mau kembali ke bioskop,” katanya.
“Jadi mudah-mudahan bisa disuarakan bahwa untuk mereka yang belum tahu bahwa bioskop itu aman, untuk kembali ke bioskop dengan tetap menjaga prokesnya, dan film Indonesia membutuhkan kembali penonton film Indonesia-nya,” tutup Mira.
Sebagai informasi, Paranoia termasuk salah satu film nasional yang berprestasi di skena internasional. Sebelumnya, film ini telah berlaga dan tayang di ajang 25th Bucheon International Fantastic Film Festival (BIFAN) 2021, Korea Selatan. Film ini juga terpilih untuk berkompetisi di Spanyol untuk Asian Film Festival Barcelona 2021.
Di negeri sendiri, Paranoia masuk dalam empat kategori nominasi FFI 2021, yaitu Film Cerita Panjang, Terbaik, Sutradara Terbaik, Pemeran Utama Perempuan Terbaik, serta Penata Kamera Terbaik.
Sederet pencapaian itu, cukup untuk dijadikan alasan kenapa film ini layak ditunggu kehadirannya di bioskop 11 November mendatang.