11 Agustus 2025
10:42 WIB
Study Mode, Fitur ChatGPT Rangsang Berpikir Kritis Siswa
ChatGPT belum lama ini meluncurkan fitur Study Mode sebagai jawaban atas kekhawatiran akan chatbot yang dapat membuat siswa mengalami penurunan fungsi otak, membuat tidak berpikir kritis.
Editor: Satrio Wicaksono
Seseorang sedang mengoperasikan Chatbot AI atau layanan komunikasi dengan kecerdasan buatan. Shutter stock/Ascannio |
JAKARTA - Dalam dunia pendidikan, keberadaan AI seperti pisau bermata dua, satu sisi bisa sangat membantu dengan memberikan segala informasi yang tidak terbatas. Tapi di sisi lain membuat anak menjadi malas, membuat mereka hanya mengandalkan AI untuk mengerjakan semua tugas tanpa berpikir kritis.
Menanggapi hal itu, perusahaan teknologi kecerdasan buatan OpenAI meluncurkan Study Mode, sebuah fitur baru di dalam ChatGPT yang dirancang untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir kritis, alih-alih sekadar mencari jawaban instan.
Dilansir Tech Crunch, ketika fitur ini diaktifkan, ChatGPT akan mengajukan pertanyaan balik guna menguji pemahaman pengguna. Dalam beberapa kasus, chatbot ini bahkan menolak memberikan jawaban apabila siswa tidak menunjukkan keterlibatan aktif dengan materi yang ditanyakan
Study Mode mulai tersedia bagi pengguna ChatGPT Free, Plus, Pro, dan Team. Nantinya akan memperluas fitur ini ke pelanggan paket ChatGPT Edu, yang umumnya mencakup siswa dengan akses yang disediakan oleh pihak sekolah, dalam beberapa minggu ke depan.
Hadirnya Study Mode merupakan respons OpenAI terhadap tingginya penggunaan ChatGPT di kalangan pelajar. Sejumlah studi menunjukkan bahwa chatbot ini dapat menjadi alat bantu belajar yang efektif, tetapi di sisi lain berpotensi mengurangi kemampuan berpikir kritis siswa.
Sebuah riset yang dirilis pada Juni lalu menemukan, pengguna ChatGPT untuk menulis esai mengalami penurunan aktivitas otak dibandingkan mereka yang menggunakan Google Search atau tidak menggunakan alat bantu digital sama sekali.
Sejak diluncurkan pada 2022, kehadiran ChatGPT di lingkungan sekolah menimbulkan kekhawatiran di kalangan pendidik. Beberapa distrik sekolah di Amerika Serikat bahkan sempat menerapkan larangan terhadap penggunaan alat ini.
Namun pada 2023, sejumlah sekolah mulai mencabut larangan tersebut dan menerima kenyataan bahwa ChatGPT akan menjadi bagian dari kehidupan belajar siswa.
Dengan Study Mode, OpenAI berharap ChatGPT bisa dimanfaatkan sebagai alat bantu belajar yang aktif, bukan sekadar mesin pencari jawaban. Sebelumnya, perusahaan AI Anthropic juga telah meluncurkan fitur serupa bernama Learning Mode untuk chatbot Claude pada April lalu.
Namun demikian, efektivitas Study Mode masih memiliki keterbatasan. Siswa tetap dapat dengan mudah beralih ke mode biasa ChatGPT apabila mereka hanya ingin memperoleh jawaban cepat.
Wakil Presiden bidang Pendidikan OpenAI, Leah Belsky mengungkapkan, saat ini belum tersedia fitur kontrol untuk orang tua atau administrator sekolah guna mengunci penggunaan ChatGPT pada Study Mode saja. Meski begitu, perusahaan membuka kemungkinan untuk menghadirkan fitur semacam itu di masa depan.
Dengan demikian, penggunaan Study Mode sangat bergantung pada komitmen siswa itu sendiri. Mereka harus benar-benar memiliki keinginan untuk belajar, bukan sekadar menyelesaikan tugas.
OpenAI menyebutkan bahwa Study Mode merupakan langkah awal dalam pengembangan ChatGPT sebagai alat pembelajaran. Perusahaan juga berencana merilis lebih banyak informasi ke depan terkait bagaimana AI generatif dimanfaatkan siswa sepanjang proses pendidikan mereka.