03 September 2025
09:03 WIB
Spons Punya Banyak Manfaat Kesehatan Dan Farmasi
Di bidang kesehatan atau farmasi misalnya, spons bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan bahan antikanker, berkat senyawa kimia yang bisa dihasilkannya.
Penulis: Arief Tirtana
Guru Besar ke-227 ITS Prof. Edwin Setiawan menunjukkan berbagai bentuk hewan spons yang diidentifikasinya. Foto: ITS.
JAKARTA - Hewan spons merupakan salah satu hewan primitif yang banyak dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia maupun alam. Di bidang kesehatan atau farmasi misalnya, spons bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan bahan antikanker, berkat senyawa kimia yang bisa dihasilkannya.
Kemampuan itu salah satunya telah dibuktikan melalui penelitian yang hasilnya dipublis di indonesianjournalofcancer.or.id. Telah dilakukan uji antikanker ekstrak etanol spons Hyrtios erecta yang berasal dari perairan Pulau Pari Kepulauan Seribu, Jakarta.
Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan etanol 70% pada suhu kamar, serta Skrining toksisitas dilakukan dengan metode Bhrine Shrimp Lethality Test (BSLT), dan uji antikanker secara invitro ekstrak tersebut menggunakan sel HeLa. Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh bahwa ekstrak etanol spons Hyrtios erecta terbukti bersifat antikanker dengan harga LC50 sebesar 26,35 ppm.
Selain itu, spons juga mengambil peran penting dalam pengamatan mengenai pencemaran lingkungan dan teori evolusi. Sebab dengan perannya sebagai filter feeder, hewan ini bisa menjadi salah satu acuan pengkajian utama dalam pengamatan lingkungan yang dilakukan
Dengan peran dan manfaatnya yang penting, secara global, termasuk di Asia Tenggara, bioprospeksi atau identifikasi mengenai spesies spons ini sudah banyak dilakukan. Sayangnya di Indonesia yang memiliki perairan yang luas, upaya penelitian maupun identifikasi untuk mengungkap beragam spesies spons masih sangat jarang dilakukan.
Padahal menurut Guru Besar Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Prof. Edwin Setiawan, minimnya upaya tersebut dan terbatasnya pengetahuan mengenai biodiversitas spons dapat berdampak pada hasil penelitian yang kurang valid. Selain itu, kesalahan identifikasi dari keberagaman spons juga dapat ikut menghadirkan dampak negatif, misalnya ancaman kepunahan spesies spons itu sendiri.
"Dampak besarnya lagi, kegagalan dalam pengklasifikasian makhluk hidup ini dapat menjadi potensi kepunahan dari spesies tersebut,” tandasnya mengingatkan.
Karena itu, Prof. Edwin mendorong agar penelitian dan proses identifikasi hewan spons dilakukan lebih masif. Ia sendiri saat ini telah menjadi salah satu peneliti di Indonesia yang gencar mendukung adanya identifikasi dan eksplorasi mengenai berbagai spesies spons. Perannya sudah banyak membantu berbagai pihak untuk mengenal dan memahami lebih dekat hewan multiseluler paling sederhana ini.
Lulusan doktor dari University of Munich, Jerman itu sempat melakukan berbagai ekspedisi ke sejumlah perairan di Indonesia, salah satunya dalam South Java Deep Sea Biodiversity Expedition (SJADES) 2018. Dalam ekspedisi bersama National University of Singapore (NUS) dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tersebut menghasilkan spesies spons baru Semperella sjades di perairan dalam Pantai Selatan Jawa Tengah.
Upayanya mendorong semakin masifnya dilakukan penelitian atau identifikasi terhadap hewan spons, juga kini ada pendekatan yang lebih mudah dan akurat, yakni dengan integrative taxonomy, yang menggabungkan metode klasik taksonomi dan marka molekuler.
Metode integratif ini menambahkan marka molekuler seperti mitokondria (mtDNA) dan ribosom (rDNA). Hal ini membantu dalam analisis taksonomi, filogeni, dan hubungan filogeografi spesies.
Metode ini jauh lebih baik dari metode yang kerap digunakan sebelumnya, yakni bioprospeksi, yang dilakukan dengan pendekatan morfologi atau karakter eksternal. Metode tersebut menelurkan hasil yang kurang akurat mengingat spons termasuk hewan yang sulit dicandra atau dideterminasi jenis spesiesnya. Hal ini disebabkan hewan spons memiliki struktur tubuh sederhana dan plastis.