02 Oktober 2025
15:11 WIB
Smart Robotic IMTA Cage, Sistem Keramba Dengan Robot Cerdas
Smart Robotic IMTA Cage didukung dengan tujuh modul utama robot cerdas terintegrasi. Mulai dari sensor kualitas air, patroli keamanan, hingga pemberian pakan otomatis berbasis energi terbarukan.
Penulis: Arief Tirtana
Editor: Andesta Herli Wijaya
Smart Robotic IMTA Cage, keramba dengan sistem robot cerdas. Dok: UNDIP.
JAKARTA - Pemanfaatan teknologi jika dimaksimalkan dengan kolaborasi lintas disiplin ilmu, bisa menghasilkan manfaat yang lebih nyata bagi masyarakat. Hal itu dibuktikan salah satunya oleh riset dari Center of Marine Ecology and Biomonitoring for Sustainable Aquaculture (Ce-MEBSA), Universitas Diponegoro (UNDIP), Semarang, yang berhasil mendesain sebuah sistem keramba modern dengan robot cerdas terintegrasi, dinamakan Smart Robotic IMTA Cage.
Model bernama Smart Robotic IMTA Cage hasil riset lintas bidang ilmu yang dipimpin oleh Prof. Drs. Sapto Purnomo Putro dari Departemen Biologi Fakultas Sains dan Matematika (FSM) UNDIP. Akat ini bisa digunakan selayaknya keramba tradisional, tempat pembudidayaan ikan. Bedanya, alat ini didukung teknologi robotika, Internet of Things (IoT), hingga sistem dashboard pintar.
Smart Robotic IMTA Cage didukung dengan tujuh modul utama robot cerdas terintegrasi. Mulai dari sensor kualitas air, patroli keamanan, hingga pemberian pakan otomatis hemat energi karena berbasis energi terbarukan.
Semua dirancang untuk mendukung keberlanjutan. Dengan begitu, nelayan atau pembudidaya ikan tidak perlu lagi melakukan kontrol secara manual. Hasilnya pun lebih terkontrol, sehingga bisa menciptakan budidaya perikanan yang lebih produktif sekaligus ramah lingkungan.
“Riset lintas disiplin, kolaborasi dengan industri, serta dukungan pemerintah daerah menjadi kunci untuk mewujudkan budidaya perikanan modern yang produktif sekaligus ramah lingkungan," ungkap Prof. Sapto, dikutip dari laman resmi UNDIP, Kamis (2/10).
Keramba modern ini mengintegrasikan sejumlah fitur. Mulai dari smart feeder, sensor kualitas air, hingga kendaraan bawah air (Remotely Operated Vehicle – ROV). Dengan begitu pembudidaya bisa memantau kondisi laut secara real time dari perangkat mereka di manapun.
Di dalam dasbor ini juga terdapat tujuh modul inovatif, mulai dari Smart Edu-Ecotourism, pembangkit listrik hibrida, Smart Market, Smart Security, IoT Monitoring/ sensor kualitas air dan cuaca hingga Geoportal Coastal Environment. Salah satu inovasi uniknya adalah Integrated Smart Class, ruang belajar terapung yang memfasilitasi mahasiswa, peneliti, dan masyarakat untuk belajar langsung dari ekosistem laut.
Baca juga: AVA, Kendaraan Otonom Hemat Biaya Buatan ITB
Di luar sistem kerja keramba tersebut, Tim peneliti UNDIP juga menghadirkan aplikasi "Dokter Ikan" yang berbasis kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI). Aplikasi ini memungkinkan pembudidaya ikan menganalisis spesies ikan dan mendiagnosis penyakit hanya dengan mengunggah foto. Harapannya dapat meningkatkan ketahanan pangan dan kesejahteraan nelayan sekaligus menekan kerugian petambak.
Melalui inovasi lintas ilmu yang mereka kembangkan, UNDIP berharap riset mereka tidak hanya melahirkan teknologi canggih, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru yang selaras dengan prinsip ekonomi biru. Artinya, prinsip untu tetap menjaga kelestarian laut sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir.
Deretan inovasi tersebut telah diuji coba di Kepulauan Seribu, Karimunjawa, dan Jepara. Hasilnya diklaim cukup menjanjikan, berupa pertumbuhan ikan meningkat, efisiensi pakan terjaga, serta kualitas air lebih stabil, bahkan limbah pakan dapat dimanfaatkan kembali untuk budidaya kerang dan rumput laut.